Semua orang kini nampak segar kembali, termasuk tiga wanita yang sedang menata makan di tikar yang tadi mereka gunakan untuk beristirahat. "Ayo lingguh, di pangan sak anane (ayo duduk, dimakan seadanya)". Sembilan lelaki yang baru datang, langsung duduk mengambil posisi masing-masing. Di depan mereka kini tersaji beberapa makanan seperti tumis jantung pisang, sayur bayam, plencing, sayur asam, dan ikan goreng. Semua sayuran tersebut langsung dipetik dari kebun Eyang, sedangkan ikan tersebut hasil mancing Yangkung tadi sore. Ternyata makannya tidak hanya itu saja. Dari arah dapur, yangti datang membawa rendang kelinci dan sate kelinci hasil buruan Yangkung tadi pagi.
Ketika yangti meletakkan makan yang dibawanya, tiba-tiba perut Afif terasa mual, sebenarnya sedari tadi saat membantu Yangti masak rendang, Afif sudah merasakan gejolak di perutnya, tapi dia tahan. "Hoek...hoe...". Afif tak dapat lagi menahan mual di perutnya. Afif bangkit dari duduknya, berjalan kerah kamar mandi sambil menutup mulutnya. "Fif, kamu kenapa". Lucky hendak bangkit meninggalkan makanan yang telah dia ambil tapi keburu dihentikan oleh Yangti. "Uwis, kowe mangan Sik ae, istrimu gen Yangti Sik ngurus (udah, kamu makan dulu aja, istrimu biar yangti yang mengurus)". Yangti berjalan menuju kamar mandi. Sedangkan semua melanjutkan acara makan-makannya.
Afif keluar dari dalam kamar mandi, setelah dirasa rasa mualnya telah mereda. Sebelum Afif benar-benar meninggalkan kamar mandi, rasa mual tersebut kembali hadir, tapi nihil, hanya cairan saja yang sedari tadi dia keluarkan. "Nduk, isih mual (nduk, masih mual)". Yangti ikut masuk kedalam kamar mandi, memijat tengkuk Afif. Pijatan ditengkuknya memberikan kenyamanan, dan rasa mual itu sedikit demi sedikit hilang. Yanti membatu Afif keluar dari kamar mandi menuntunnya berjalan. "Yangti, aku duduk di disini dulu aja". Afif menunjuk kursi panjang yang terletak tidak jauh dari kamar mandi. Dikursi tersebut Afif dapat melihat pepohonan dan sungai yang mengalir, tempat Afif duduk saat ini seperti balkon kalau dirumah mewah bertingkat. "Ya wis nduk, kowe lungguh Sik, eyang tak mlebu Sik (ya, sudah nduk, kamu duduk dulu, eyang mau masuk dulu)". Afif menjawab ucapan yangti dengan anggukan. Yangti masuk kedalam rumah , meninggalkan Afif yang tengah duduk menikmati pemandangan malam.
Yangti berjalan memasuki rumahnya, terlihat mereka telah usai menikmati santap malamnya. Belum juga Yangti berada didekatnya, Lucky yang telah usai makan menyambut yangti dengan pertanyaannya. "Eyang, Afif dimana?". Yanti duduk mengambil piring dan mengisinya dengan nasi dan beberapa sayuran serta ikan. "Istrimu neng emper mburi (Istrimu di teras belakang)". Lucky manggut-manggut, seraya berdiri hendak menghampiri istrinya. "Kosek iki digawa (sebentar, ini dibawa)". Yangti memberikan sepiring makanan yang telah dia ambil kepada Lucky.
Lucky duduk tepat disamping Afif, ketika itu Afif tengah menatap bintang-bintang malam yang bertaburan menghias langit malam. "Fif". Afif mengalihkan pandangannya. "Mas". Afif sedikit menggeser duduknya sehingga Lucky lebih leluasa duduk disampingnya. "Ini kamu makan dulu". Lucky memberikan sepiring makanan tersebut. Belum juga Afif menyentuhnya, rasa mual di perutnya kembali hadir. Dia berjalan cepat menuju kamar mandi yang tidak jauh dari posisi dia saat ini. "Fif, kamu masuk angin". Lucky meletakkan makanannya, mengikuti sang istri ke kamar mandi. Setelah dirasa mualnya kembali mereda Afif keluar dari kamar mandi, diikuti Lucky. "Mas, makanannya kamu bawa masuk aja, aku mual lihat makanan". Afif tampak pucat dan lemas. "Tapi kamu belum makan sayang, nih apalagi, kamu pucat sama lemas gitu". Lucky memapah istrinya untuk duduk kembali. Belum Afif duduk yangti datang dengan segelas minuman. "Ngopo (kenapa)". Yangti membantu Afif untuk duduk. "Dia mual lagi yangti". Bukannya sedih, yangti malah tersenyum. "Iki diombe, mengko rak muthahmu mari (ini diminum, nanti juga mualmu sembuh)". Yangti memberikan segelas minuman hangat yang langsung Afif minum. Benar kata yangti, rasa mual Afif sirna, dia bahkan saat ini bisa menghabiskan sepiring makanan yang dibawakan Lucky tadi.
Yangti meninggalkan sepasang suami istri tersebut, karena dia hendak membantu dua wanita yang tengah sibuk di dapurnya. Sepeninggalnya Eyang, suami istri tersebut masih dalam zona diam sambil menatap bintang malam, hingga sebuah kalimat terucap dari bibir seorang Lucky. "Andai mas gak ngajak kamu ke misi ini dek, mungkin kamu gak akan sakit seperti ini". Lucky merangkul pundak istrinya. Afif tersenyum menatap sang suami yang masih fokus menatap bintang malam. "Mas...aku gak papa, tadi cuma mual biasa, soalnya tadi aku bayangin kelinci kita yang dirumah, yang biasa main sama Cantika, aku kasihan, trus aku gak tau kenapa bisa mual. Tapi sekarang, aku sehat kok mas". Afif memasang wajah ceria kemudian ia menghambur ke pelukan suaminya. Lucky mengelus pucuk kepala Afif yang tertutup kerudung. "Beneran kamu gak papa". Lucky menatap wajah istrinya. Afif tersenyum sambil mengangguk, kemudian dia eratkan pelukan ditubuh suaminya. "Ya udah yuk kita tidur". Lucky masih mengelus-elus lengan istrinya. "Bentar dulu mas..., aku masih ingin kita seperti ini". Afif memainkan jarinya di dada bidang suaminya. Lucky hanya diam, tetap memeluk tubuh istrinya. "Mas....". Lucky diam tak memberikan Jawaban. "Mas.....". Afif mendongakkan wajahnya. "Iya sayang...". Bola mata mereka berdua bertemu. "Mas capek gak, sewaktu gendong aku". Lucky mengecup kening Afif. Bibirnya dia tarik keatas. "Capek. kamu ternyata berat". Afif mengerucutkan bibirnya. "Kalau berat kenapa gak kamu turunin". Lucky menghembuskan nafasnya secara perlahan-lahan. "Ya...karena berat kamu itu...... kelebihan rasa sayang dan cinta sama aku". Lucky tertawa kemudian noel hidung istrinya. "Ishh, mas gombal". Afif memukul-mukul pelan dada suaminya. Lucky dengan sigap menangkap tangan istrinya.
Yangkung yang sedari tadi masih asik menganyam daun pandan, menghentikan kegiatannya, berjalan kerah pasutri yang masih sibuk bercanda, di tengah malam seperti ini. "Kowe do Ra turu (kalian tidak tidur?)". Pandangan mereka teralihkan menatap yangkung yang berada di pintu. "Iya eyang". Pasutri tersebut beranjak dari duduknya, berjalan mengikuti Yangkung yang telah kembali memasuki rumah. "Nduk, Kowe turu neng kamar iku, bareng yangti. (Nduk, kamu tidur di kamar itu, sama yangti)". Yangkung menunjuk bilik kayu yanag berada tepat didepan tempat mereka makan tadi, yang saat ini digunakan para lelaki tidur. "Njih Eyang".
Afif berjalan meninggalkan dua lelaki yang masih berdiri, memasuki bilik yang tadi di tunjuk oleh Yangkung. Ketika kaki telah menginjak lantai bilik, Afif melihat yangti telah terlelap. Dengan perlahan-lahan Afif membaringkan tubuhnya disamping wanita tua tersebut. Merasa ada pergerakan di ranjang kasurnya yangti membuka matanya perlahan. "Nduk". Afif merasa tak enak hati telah mengganggu tidur yangti. "Maaf yangti, sudah mengganggu tidurnya". Yangti bangun, kemudian duduk dipinggiran tempat tidur. "Ra papa, yangti ameh neng mburi, wis gek turu (gak papa yangti mau kebelakang, sudah cepat tidur)". Yangti beranjak meninggalkan Afif yang akan tidur. Dengan perlahan-lahan Afif mulai terlelap dalam tidurnya.
~••~
Thanks Gaes sudah membaca .....Gaes menurut kalian sosok Lucky itu kalau artis Indonesia mirip siapa???
Komen ya Gaes.....😘😘😘😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Estafet Jodoh
Adventure(Tamat) Mungkin ini adalah jalan dari takdir kehidupan dari Nya. Aku rela mengambil alih semua darimu, kan ku jaga dia selalu. Kan ku berikan seluruh waktuku untuknya.~ Afif~ Saat aku melihat mu pertama kalinya, tingkah mu langsung membuatku ilfil...