Sepanjang perjalan menuju rumah sakit, Afif tak dapat menghentikan air matanya. Dia benar-benar syok, sangat sedih, dan takut. Dia takut kehilangan gadis kecilnya itu. Cantika adalah buah hatinya, Cantika adalah anaknya. Afif akan sangat-sangat bersalah jika sesuatu yang buruk terjadi pada Cantika. "Sudah sayang, Cantika itu gadis kecil kita yang kuat, dia pasti baik-baik saja". Lucky menoleh sebentar kearah sang istri yang masih setia dengan cucuran air matanya, kemudian dia kembali fokus dengan stir kemudinya. "Tapi aku takut mas, perasaan ku campur aduk". Dengan kedua tangannya, Afif menghapus air mata yang membasahi kedua pipinya. "Berdoa dan beristighfarlah sayang, semoga Allah memberikan ketenangan pada hati dan pikiran mu". Lucky membelai dengan halus pucuk kepala sang istri yang masih mengenakan kerudung yang tadi. Afif langsung mempraktekkan apa yang dikatakan suaminya. Iya benar. Hatinya sedikit tenang, walupun bayangan tentang Cantika tidak dapat dia hilangkan.
Afif kini telah mampu menguasai dirinya. Dia masih nampak sedih tapi tak serisau dan sekhawatir tadi. "Yuk turun". Lucky memberhentikan mobilnya didalam parkiran rumah sakit. Begitu mobil berhenti, Afif langsung memegang kenop mobil. "Tunggu yang...". Lucky menghentikan gerakan Afif yang hendak membuka pintu. "Kenapa". Afif menoleh kearah suaminya. "Kerudungnya dibenerin dulu". Lucky membetulkan letak kerudung istrinya yang agak morat-marit efek digunakan mengelap air mata. "Terimakasih". Ucapan itu keluar ketika Lucky telah menjauhkan tubuhnya dari Afif. Lucky hanya membalasnya dengan senyuman.
Dua orang itu akhirnya turun dan berjalan keluar dari parkiran menuju tempat dimana Cantika di rawat. Kebetulan tadi Afif sempat menelepon Ibunya ketika dalam perjalan ke rumah sakit. Kata Ibu Sari saat ini Cantika berada di Bangsal kenanga, bangsal yang digunakan untuk pasien anak-anak. Afif mempercepat langkahnya, dia tak peduli pada rasa lelah yang bergelayut pada dirinya, dia terus berjalan, bayangan wajah Cantika yang tersenyum kepadanya memacu semangatnya untuk segera menatap wajah anak tercintanya itu. "Ibu...". Afif memanggil ibu Sari dengan suara agak keras, sehingga perempuan tua yang tengah duduk itu menolehkan wajahnya ke sumber suara. "Afif, Lucky". Ibu Sari berdiri dari posisi duduknya, hendak menyambut anak dan menantunya. Afifi berlari dan langsung menghambur kepelukan ibunya, sedangkan Lucky berjalan agak cepat mengejar sang istri. "Bu...., Cantika gimana". Afif masih menikmati hangatnya pelukan sang ibunda. "Cantika baik-baik saja sayang... Kebetulan beberapa jam tadi baru selesai operasi, dan operasinya berjalan lancar. Jadi, saat ini kita hanya menunggu sampai dia siuman saja". Ibu Sari menyalurkan ketenangan untuk anaknya yang terlihat lumayan kacau itu. "Bu, aku mau lihat Cantika". Afif melepaskan pelukan diantara mereka. Ibu Sari membalas ucapan itu dengan anggukan. Kemudian dua orang itu berjalan memasuki ruangan Cantika, diikuti Lucky yang berjalan dibelakangnya.
Perasan Afif mengguncah melihat Gadis kecil itu tengah memejamkan matanya. Ada rasa bahagia bisa melihat dan menyentuh anaknya, tapi perasaan sakit lebih mendominasi hatinya, ketika melihat perban melingkar dikepala sang anak. Afif sebagi ibu merasa tak becus merawat gadis kecil ini, dia merasa telah gagal menjadi ibu sambung Cantika. "Kak Ifaf, Maafin Afif, gak bisa jaga Cantika dengan baik". Afif menggenggam tangan mungil milik Cantika. Lucky datang menghampiri sang istri yang saat ini tengah sibuk menciumi tangan mungil sang anak. "Sayang...kita gak gagal jaga Cantika, kamu ibu yang hebat, kamu bisa belajar begitu cepatnya untuk menjadi ibu yang baik untuk Cantika". Lucky memeluk tubuh lelah milik istrinya. "Mas...". Afif menenggelamkan wajah sendunya didada bidang suaminya. "Jangan nangis, Cantika akan sedih jika lihat kamu menangis". Afif mengangguk, dia melepaskan tubuhnya dari pelukan Lucky. Sepasang suami istri itu kemudian duduk berdampingan di samping ranjang Cantika.
Ibu Sari yang menyaksikan pemandangan itu merasa terharu. Dia gak nyangka begitu mudahnya anak menantunya menaklukkan hati anak perempuannya yang terkenal badung dan dulu katanya tak menyukai Lucky. Setelah menikah dengan Lucky, ibu Sari juga merasakan perubahan besar pada diri anak perempuannya. Afif menjadi wanima yang lebih lemah lembut, lebih fenimin, dan ibu Sari juga melihat semakin hari anaknya itu semakin dewasa saja. Ibu Sari berjalan mendekat kearah mereka. Memeluk dari belakang dua tubuh yang membelakanginya. "Kalian berdua adalah dua orang tua yang hebat, Ibu bangga dengan kalian berdua". Dua orang yang merasa dipeluk itu menoleh kebelakang. "Ibuk". Afif membalas pelukan ibunya begitupun Lucky. "Udah, sekarang gak ada acara sedih-sedih. Kalian berdua istirahat, biar ibu yang jaga Cantika". Ibu Sari memegang pundak Afif dan Lucky. "Enggak Bu, biar Afif aja yang jaga Cantika, ibu istirahat aja dirumah, ibu pasti capek udah jaga dan rawat Cantika sendiri selama beberapa hari ini". Afif mengambil tangan ibunya, kemudian menggenggamnya. "Iya Bu...ibu istirahat aja, biar kami yang jaga Cantika". Lucky menambahi. Ibu Sari menatap bergantian wajah anak dan menantunya. "Baiklah, ibu akan istirahat di rumah, tapi ibu janji, besuk pagi-pagi ibu akan kembali bawa sarapan yang enak buat kalian berdua". Ibu Sari memamerkan wajah sumringahnya. "Benar ya Bu...Afif pingin lotek, besuk ibu bawa lotek ya...". Mendengar ibunya hendak membawakan makanan, Afif langsung terbayang nikmatnya makan lotek yang pedas. "Lotek". Ibu Sari mengernyitkan dahinya. "Bukannya kamu gak suka lotek sayang". Lanjut ibu Sari. "Enggak tahu Bu...Afif tiba-tiba kebayang nikmatnya lotek yang pedas-pedas dan sedikit kecut". Afif berucap sambil membayangkan nikmatnya makanan itu. "Ya udah oke-oke, ibu akan masakan buat kalian berdua". Ibu Sari manggut-manggut. "Terimakasih ibuk". Afif mencium singkat pipi ibunya. Lucky yang melihat tingkah ibu dan anaknya itu hanya tersenyum dan geleng-geleng. "Bu...udah hampir dini hari, mari Lucky antar biar ibu bisa cepat istirahat". Ucapan Lucky mengintrupsi dua wanita itu untuk mengakhiri perbincangan malam ini. "Iya...luc. Fif...ibu pulang dulu ya...kalau ngantuk kamu tidur aja disofa, Cantika pasti baik-baik aja". Ibu Sari mengecup singkat kening anaknya, kemudian berjalan keluar sambil menenteng tasnya. "Sayang...aku antar ibu dulu ya..., Nati aku segera kembali, kamu istirahat aja kalau capek". Lucky tak mau kalah dengan ibu mertuanya, dia juga ikut mengecup singkat kening istrinya, kemudian berjalan keluar menyusul ibunya. "Hati-hati mas". Afif melambaikan tangannya dan menurunkannya ketika wajah ibu dan sang suami telah hilang dari pandangannya.
Selesai mengantarkan ibu mertuanya pulang kerumah, Lucky langsung menuju ruangan Cantika. Dilihatnya sang istri tengah duduk tertidur disamping ranjang anaknya. Satu tangan istrinya memeluk tubuh anaknya, sedangkan tangan satunya dia gunakan untuk bantalan kepalanya. "Ya Allah sayang, badanmu bisa pegal-pegal, kalau tidur seperti ini". Lucky berbicara pada dirinya sendiri. Kemudian dia berinisiatif untuk membopong tubuh istrinya kesofa, agar saat bangun tidur tubuhnya tidak pegal-pegal. Ketika Lucky hendak melakukan aksinya, tiba-tiba Afif terbangun. "Eh mas...sudah balik". Afif berbicara dengan mata belum sepenuhnya terbuka. Lucky tersenyum. "Iya. Sekarang kamu tidur disofa gih, biar Cantika mas yang jaga". Afif geleng-geleng. "Enggak mas, aku mau disini. Biar nanti kalau Cantika bangun, dia langsung lihat wajah aku". Lucky mengeluarkan karbondioksida dengan mulutnya. "Tapi sayang...nanti badanmu bisa legal..." Afif menggelengkan kepalanya dengan tegas. "Enggak....pokoknya enggak". Afif tetep kekeh untuk duduk disamping putri kesayangannya, sambil memegang tangannya. "Oke-oke". Lucky mengalah, dia gak bisa memaksa istrinya. Lebih baik dia ikut duduk disamping Afif agar Afif dapat menyandarkan kepalanya di pundaknya.
Tak butuh beberapa lama, dua orang itu malah ikut tertidur.~••~
Heppy reading gaes...
Semoga kalian sehat-sehat ya...
Love you💙💙💙Thank for reading........😘😘😘😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Estafet Jodoh
Adventure(Tamat) Mungkin ini adalah jalan dari takdir kehidupan dari Nya. Aku rela mengambil alih semua darimu, kan ku jaga dia selalu. Kan ku berikan seluruh waktuku untuknya.~ Afif~ Saat aku melihat mu pertama kalinya, tingkah mu langsung membuatku ilfil...