Persiapan Pernikahan (End)

1.6K 90 0
                                    

"Ngapain aja kok lama banget?", Tanya Lucky saat Afif sudah berada di depannya. "Udah ayok", ucap Afif dengan wajah menyembunyikan kesedihannya. Afif dan Lucky berjalan beriringan. Seperti saat masuk, saat keluarpun banyak karyawan yang menyapa Afif. Sungguh tak di pungkiri hampir semua karyawan di perusahaan ini kenal sama Afif dengan keramahan dan kecerdasannya sebagai accounting yang handal dan mudah bergaul dengan siapapun.
Saat sedang berjalan keluar, Afif dikagetkan dengan suara Lucky. "Kita mau kemana lagi, mobilnya kan di parkiran depan", ucap Afif membuyarkan lamunan Afif. "Nyari Fara", jawab Afif singkat. "Nyari Fara?, bukannya tadi diatas dia pamit nyari Fara?, Trus diatas tadi dia ngapain?", Tanya Lucky pada dirinya sendiri. Sedangkan Afif sudah melenggang meninggalkannya.
"Far..", teriak Afif saat dilihatnya Fara sedang duduk disalah satu bangku menikmati baksonya. Fara yang dipanggil tolah-teleh mencari arah suara tersebut. Afif berjalan mendekati Fara dengan Lucky mengikutinya di belakangnya. "Kamu ngapain disini fif?", Tanya Fara. "Minta kunci dong, aku gak bawa kunci", jawab Afif. "Buat apa kunci?", Tanya Fara. "Buat ngrampok", jawab Afif. "He,he,he, yaudah yuk, aku ikut", ucap Fara. "Ikut???, Emangnya, kamu udah selesai kerjanya?", Tanya Afif. "Udah ah, biarin, Si Rudi juga gak ada og, jadi bebas", ucap Fara. "Gila kamu far, bicara si Rudi, dapat SP baru tahu rasa kamu", ucap Afif. "Udah ah, ayok, jadi ke kontrakan gak?", Tanya Fara sambil menarik tangan Afif dan belum menyadari kehadiran Lucky. "Fif, kamu kesini sama siapa?", Tanya Fara. "Tuh", jawab Afif sambil menoleh kebelakang, kearah Lucky. "Eh, Mas Lucky, kok aku gak nyadar ya, kalau dari tadi ada cowok ganteng", ucap Fara sambil senyum-senyum kearah Lucky. Afif yang melihat kelakuan Fara hanya geli-geli sendiri.
Mereka kini dalam perjalanan menuju ke kontrakan, setelah perdebatan panjang tentang keinginan Afif yang ingin naik motor dengan Fara. Tapi sayangnya Fara menolak mentah-mentah keinginan sahabatnya itu. Alhasil motor Fara ditinggal di kantor.
"Yeah, sampai juga, selamat datang di kontrakan aku dan Afif mas wartawan ganteng", ucap Fara setelah meraka memasuki kontrakan. Lucky hanya tersenyum melihat tingkah sahabat Afif, ia berfikir mungkin Afif sama Fara itu sejenis, sama² jenis² manusia kurang sepermili, bedanya Afif itu orangnya galak dan keras kepala, sedangkan Fara lebih energik dan mungkin tidak galak. Fara kemudian menyuruh Lucky untuk duduk di sofa, sedangkan dia menyusul Afif yang sudah masuk kedalam kamar untuk mengemasi pakaiannya. "Fif, kok pakaianmu tok masukin koper semua?", Tanya Afif. "Ya, iyalah, emangnya kenapa?", Jawab Afif balik tanya. "Gak usah di bawa semua kali, orang cuma seminggu, kamu bawa tiga atau empat baju aja udah cukup, dari pada besuk kamu balik kesini bawa barang nya berat", ucap Fara. "Siapa yang disana cuma seminggu?, Aku bakalan tinggal disana selamanya, mungkin", jawab Afif. "Maksud kamu???. Kamu gak balik lagi kesini?", Tanya Fara. "Iya", jawab Afif singkat, sambil memasukkan kembali baju²nya. "Trus kerjaan mu gimana?, Kamu bakalan bolak balik Jogja-Solo?"tanya Fara. "Enggak, aku udah Resign tadi", ucap Afif. "What, maksud mu, kamu udah bakalan gak kerja lagi, kenapa sih Fif, padahal laporanmu kemarin itu meledak, pak Rudi mau promosiin kamu", ucap Afif. "Makasih ya fif udah mau gantiin presentasi aku, tapi aku gak bisa....(Afif menceritakan semua yang terjadi padanya tentang dia harus jadi ibu dadakan buat Cantika, dan juga dia harus siap jadi istri buat musuh nya semuanya dia ceritakan sama Fara, karena bagi Afif , Fara adalah teman ceritanya setelah kakaknya, begitupun sebaliknya)", ucap Afif panjang lebar, dan ditengah-tengah dia bercerita, dia tak mampu lagi membendung air matanya. Afif menumpahkan semua keluh kesahnya pada Fara. Fara yang mendengar cerita Afif hanya bisa mendoakan dan meminta yang terbaik untuk sahabat nya itu. Obrolan mereka terhenti ketika mendengar suara Lucky yang meminta izin untuk sholat dhuhur di masjid depan kontrakan Afif. Lucky baru sadar ternyata dia belum mengerjakan sholat dhuhur. Afif tidak sholat (biasa wanita), sedangkan Fara katanya sudah sholat di kantor tadi, katanya pas dengar azan langsung sholat.
Acara mengemasi barang² Afif telah selesai. Dan dilihatnya Lucky juga pulang dari masjid setelah menunaikan sholat ashar sekalian. "Udah selesai kemasin barangnya?", Tanya Lucky pada Afif. Afif tidak menyadari tentang pertanyaan itu, dia malah fokus pada foto dia dan Fara yang menempel didinding tepat di hadapan dia duduk saat ini. "Fif, di tanya casu?", Ucap Fara sambil menyenggol lengan Afif. " Heh, apa Far?, Casu apaan?", Ucap Afif sambil menoleh kearah Fara. "Di tanya calon suami tidak?", Jawab Fara. "Kok Fara tahu pasti Afif udah cerita semuanya sama Fara", ucap Lucky pada dirinya sendiri. "Heh, apa Luk?", Tanya Afif sambil menatap mata Lucky. Lucky yang di tatap baru sadar ternyata wajah Afif sembab dan matanya merah seperti habis menangis. "Ehm, enggak, kalau udah selesai beberesnya, mending kita balik sekarang, daripada nanti takut kemalaman", ucap Lucky halus. "Tapi kayak.e aku mau mandi disini dulu aja deh, takut gak berani mandi kalau kemalaman", jawab Afif. " Ya udah aku tunggu disini", ucap Lucky
Tepat pukul lima sore Afif dan Lucky siap meninggalkan Kontrakan Fara. "Aku pamit ya Far, kalau kamu gak berani tinggal sendiri kamu suruh Maya aja, buat tinggal sama kamu", ucap Afif. "Iya Afif sayang, nanti aku suruh si Maya buat nemenin aku. Tapi jangan lupa undangan nya tetap harus di kirim lho ya", goda Fara. "Insyallah, nanti aku kirim", jawab Lucky mendahului Afif yang ingin menjawab pertanyaan Fara. "Oh iya mas Lucky, jagain Afif ya, jangan bikin dia nangis, dia itu gembeng soalnya", ucap Fara sambil senyum-senyum kearah Afif. Afif yang dilihat hanya hanya manyun-manyun, dan memainkan HP-nya. "Iya, emang dia gembeng banget oh", ucap Lucky. Fara tertawa mendengar jawaban Lucky, sedangkan Afif tidak terlalu mendengar ucapan Lucky karena terlalu asik memainkan HP-nya.

Didalam mobil, perjalanan menuju Yogya. Afif hanya diam saja, marah² sendiri dalam hatinya, karena sejak tadi mereka berangkat sampai pulang, Lucky tidak sekalipun mengajaknya untuk makan. "Emangnya aku itu kayak kamu yang bisa gak makan berhari-hari hanya minum saja", gerutu Afif dalam hatinya. Afif yang benar² gak bisa menahan nyanyian cacing² di perutnya yang dari tadi hanya dia beri sebungkus roti, akhirnya meminta Lucky memberhentikan mobilnya di salah satu warung bakmi, kebetulan saat ini dia ingin makan bakmi godhok. "Luk berhenti", ucap Afif membuat Lucky mengerim mendadak. "Ada apa?", Tanya lucky. "Aku lapar", ucap Afif singkat kemudian langsung turun dan masuk kedalam salah satu warung yang menjual bakmi godhok. Lucky yang masih di dalam mobil masih terheran-heran dengan tingkah casinya itu. Kemudian setelah berfikir beberapa detik dia akhirnya sadar, bahwa sedari siang Afif tidak makan, hanya makan sebungkus roti. Lucky benar² merutuki dirinya sendiri, kok bisa²nya dia menyamakan Afif dengan dirinya yang mampu tidak makan Seharian demi mendapatkan sebuah berita. Lucky kemudian menyusul Afif yang telah duduk disalah satu bangku warung tersebut. "Buk, bakmi godhok satu, sama wedhang jeruk satu", ucap Afif pada pegawai warung yang menanyakan pesanannya. "Saya sama juga buk", ucap Lucky mengerti isyarat mata ibunya yang menatapnya. Mereka berdua menunggu pesanan makanan dengan asik sendiri² dengan HP-nya. "Fif, maafin aku ya, aku gak tau kalau kamu lapar, kalau saja kamu ngomong kan aku tahu", ucap Lucky memecah keheningan diantara meraka. "Heem", ucap Afif singkat, malas menanggapi ucapan lucky.
Kini mereka telah selesai menikmati makanannya masing². "Fif, aku sholat magrib dulu, kamu tunggu di mobil dulu ya", ucap Lucky. "Aku ikut kamu aja ya, aku takut di mobil sendiri", ucap Afif. Dia masih trauma atas peristiwa setahun yang lalu, saat tiba² kaca mobil yang di tumpanginya di pecah oleh orang yang gak dikenal, untuk ada yang melihat peristiwa itu, sehingga tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Afif mengikuti Lucky kemasjid dekat tempat dia membeli makanan tadi. Dia duduk di serambi masjid sambil memainkan HP-nya dan sesekali melihat arah orang yang sedang berlalu-lalang di depannya. Selesai sholat magrib, mereka memutuskan menunggu sampai sholat isya.
Setelah perjalan yang melelahkan, tepat pukul sebelas malam kurang sepuluh menit, mereka sampai di kediaman Almarhum kakaknya. Lucky yang baru saja selesai memarkirkan mobilnya di garasi, bingung dengan Afif yang tak kunjung masuk. "Kamu ngapain malah mondar-mandir?", Ucap Lucky. "Meraka pasti sudah tidur, aku takut nanti malah bikin Cantika bangun", ucap Afif. "Trus, kita tidur diluar gitu?", Ucap Lucky. Afif bingung, dan masih terus mondar-mandir, tiba-tiba ingatan tentang dia pernah di beri kunci rumah ini terlintas di pikirannya. "Aha, oh iya, kak Ifaf kan dulu pernah kasih aku kunci", ucap Afif, kemudian dia membongkar isi tasnya dan menemukan dompet tempat dia menyimpan kunci itu. Mereka berdua akhirnya bisa masuk ke rumah tanpa membangunkan siapapun.

Estafet JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang