Pamit Kerja

1.6K 91 2
                                    

Hari-hari Lucky hanya biasnya saja, tiada hal yang istimewa. Lucky yang masih memiliki cuti sehari dari cuti pernikahannya, kegiatannya hanya bermain dengan cantika, atau menulis. Selain sebagai wartawan lucky juga seorang juru tulis dan penulis. Sedangkan Afif, kesehariannya merawat Cantika, dan melakukan kegiatan rumah membantu mbok Harno. Ini bahkan sudah hampir dua Minggu mereka menikah, kedua orang tua meraka, dan sanak-saudara merekapun kini telah pergi kerumah masing². Kegiatan mereka masih sama, belum ada cinta diantara mereka. Mereka masih merutuki nasib kemalangan mereka dengan mengadakan pernikahan. Hampir setiap malam dua manusia itu saling merenung dalam tempat berlainan. Lucky di balkon, sedangkan Afif di sudut kamar Cantika, sambil memperhatikan anak kecil itu terlelap dalam tidurnya.

"Pagi mbok", ucap Afif yang baru saja memasuki area dapur. "Pagi mbak Afif", balas mbok Harno. "Mau masak apa mbok?", Tanya Afif. "Masak rica² kepiting, mbak Afif suka?", Tanya mbok Harno. "Suka kok mbok, tapi kok sambalnya banyak banget mbok", ucap Afif saat melihat mbok Harno memasukkakan sambal kedalam masakannya. "Iya mbak, kebetulan mas Lucky itu suka yang pedas², mbak Afif gak suka pedas to?", Ucap mbok Harno. "Suka mbok, lha tapi nanti Cantika gimana?", Tanya Afif. "Non Cantik, nanti dibuatin sayur sop mba", ucap mbok Harno. "Oalah, ya udah biar aku saja mbok yang buatin sayur sopnya, plus aku nanti juga mau buat bolu gulung", ucap Afif. "Siip mba, bolu gulung, mbak Afif itu beber² juara", jawab simbok sambil jempol tangan kanannya dinaikkan. Mereka berdua menikmati kesibukan memasaknya. Afif sekarang memiliki hobby baru yaitu membuat roti atau Kue. Afif yang dulu belum begitu mahir memasak, belajar banyak dari mbok Harno. Dulu yang cuma bisa masak oseng² sama masak sop, kini Afif telah mahir membuat banyak makanan, mulai dari makanan tradisional seperti rendang, gudeg, gulai, dll, sampai makanan modern. Waktu dia dirumah, benar² dia gunakan dengan sangat baik, walupun dia belum bisa mencintai lucky, setidaknya dia bisa menjadi wanita rumah tangga yang baik, dan ibu bagi Cantika yang baik.
Selesai memasak dan membuat bolu gulung, Afif akan memandikan Cantika. Walaupun anak² Cantika sudah terbiasa bangun pagi, dan biasanya setiap pagi dia akan diajak berjalan-jalan keliling komplek bersama Luqman dan kini digantikan Lucky.

"Cantik sayang, sampai deh, kita dirumah, sekarang cantik mandi dulu ya", ucap Lucky pada Cantika, sambil mmengambil tubuh Cantika dari sepada dorongnya. Walau Cantika belum dapat bicara seperti layaknya anak dua tahun lainnya, Afif dan Lucky selalu mencoba mengajak Cantika bicara. Mereka yakin, bahwa Cantika tahu yang mereka bicarakan, walaupun ia belum bisa merespon balik. Saat akan masuk ke dapur, Lucky dikagetkan Afif yang ingin keluar dari dapur. Afif yang tak melihat Lucky yang menggendong Cantika, dia tabrak. "Aduh", ucap Afif saat kepalanya tak sengaja menabrak lengan lucky yang kuat. Afif sebenarnya sudah ingin marah dan memaki-maki Lucky, tapi karena Cantika ada di gendongan lucky, ia urungkan niatnya. "Cantika sayang, mandi dulu yuk sama Tante", ucap Afif pada Cantika sambil mengambil Cantika dari gendongan Lucky. "Mamah kali. Kamu kan sekarang gantiin Kak Ifaf jadi Mamahnya Cantika, iya kan Cantika?", Ucap Lucky sambil melihat Cantika, karena dia sadar dia pasti akan mendapatkan pelototan mata dari Afif. Afif belum siap jika dia harus di panggil mamah oleh Cantika. Sedangkan lucky sudah mulai mengajar kan Cantika memanggilnya ayah setelah tiga hari pernikahannya dengan Afif. Mendengar ucapan Lucky membuat hati Afif benar² jengkel. Karena tak ingin marah di depan Cantika, Afif segera meninggalkan Lucky bersama Cantika yang sudah di gendongannya. "Fif, nanti jam 10 Cantika ada terapi, jadi kamu siap² nanti aku antar", ucap lucky sebelum Afif hilang dari pandangan matanya. Afif yang mendengar hanya diam dan berlalu menuju ke kamar mandi.

Lucky dan Afif kini telah berada di tampat terapi Cantika. Mereka hanya melihat bagaimana proses terapi itu berlangsung. Dan ini adalah pengalaman pertama Afif mengantarkan dan melihat secara langsung keponakannya itu diterapi seorang dokter Cantik bernama Irma dan dibantu asistennya. "Pak Lucky silahkan masuk", ucap dokter Irma yang meminta Lucky masuk ke ruangannya, sedangkan Afif mendekati Cantika yang telah usai diterapi. Setelah membereskan perlengkapan terapi Cantika, Afif mengikuti Lucky masuk keruangan dokter itu dengan Cantika digendongnya. "Emabak istrinya pak lucky ya?. Saat ini memang seharusnya Cantika terus dalam bimbingan dan asuhan keluarganya yang lengkap, karena itu juga sangat membantu perkembangannya. Dan saya turut berdukacita atas meninggalnya kedua orang tua Cantika", ucap dokter itu panjang setelah Afif berhasil duduk di kursi samping Lucky. "Iya, dok insyallah kami akan selalu menjaga, dan mengasuh Cantika seperti anak kami sendiri", ucap Lucky. "Oh iya, selain di terapi sebaiknya Cantika juga harus terus sering² di latih di rumah juga, supaya merangsang pita suara dan kakinya", ucap dokter Irma. "Baik dok", ucap Lucky. Karena belum jelas, dengan jenis² latihan apa saja yang harus di lakukan saat dirumah, akhirnya Afif buka suara untuk mengetahuinya. "Maaf dok, kalau boleh saya tahu, jenis latihan apa yang dapat dilakukan untuk merangsang pita suara dan kemaun kakinya untuk bergerak?", Tanya Afif. "Untuk merangsang pita suara Cantika, Ibu Lucky bisa mengajaknya terus berkomunikasi walaupun dia belum bisa meresponnya, dan lagi ibu juga bisa mengajarkan lagu² yang menarik untuknya, dan untuk stimulus kakinya, bisa dilakukan dengan sedikit² mengajarkan menggerakkan kakinya", jawab dokter Irma. "Terimakasih dok", ucap Afif.

Setelah sampai di rumah, Afif langsung membawa Cantika melamarnya. Kebetulan saat perjalanan pulang, Cantika tertidur pulas. Mungkin efek kecapean terapi. Lucky hanya melihat Afif yang menggendong Cantika melewati tangga, ia belum berniat bicara banyak pada Afif. Padahal, besuk dia sudah harus masuk kerja lagi. Menulis. Mungkin itu adalah cara terbaik ya untuk melupakan sebentar masalah di kehidupan nyata nya. Selesai menidurkan Cantika, Afif turun menuju ke dapur. Dibukanya kulkas tempat biasa dia menyimpan kue dan roti. "Mbok suka sama brownies ku ya?, Tanya Afif dengan Mbok Harno yang sedang mengelap kompor. "Suka banget Mbak Afif, soalnya brownies nya mbak Afif itu beda, rasanya itu pas. Emang kenapa mbak?", Ucap mbok Harno. "Enggak kok mbok, kalau mbok suka besuk aku buatin lagi", ucap Afif masih memegang pintu kulkas. "Kan brownies nya kemarin masih non", ucap mbok Harno, kemudian dia melihat dalam kulkas tempat biasanya Afif menyimpan kue dan rotinya. "Lho, kok bisa habis ya, padahal kemarin simbok baru cicipi satu", ucap mbok Harno, sambil di kepalanya memikirkan sesuatu. "Oiya, mbok ingat. Tadi malam itu mas Lucky kedapur, katanya cari makan. Mungkin  mas Lucky yang makan mba", ucap mbok Harno. Afif hanya manthuk-manthuk, merasa heran. 'masak Lucky suka makan brownies aku sih', ucap Afif dalam hati. Kemudian Afif keluar dari dapur menuju ruang tv.

Lucky yang melihat Afif sedang santai, didekatinya ia. Lucky duduk tepat disamping Afif yang masih fokus melihat drama Korea favoritnya. "Fif, aku mau ngomong sama kamu", ucap Lucky. "Ngomong-ngomong aja", jawab Afif masih fokus sama Drakor dan cemilannya. "Besuk aku udah mulai kerja, mungkin seminggu aku baru pulang setelah disana", ucap Lucky. "Whatt. Kok lama banget. Trus nanti yang nganterin Cantika terapi siapa?", ucap Afif sambil memalingkan wajahnya kearah Lucky. "Kamu kan bisa naik taksi atau pakai mobil di garasi", ucap Lucky. " Kamu kan tahu, aku gak bisa naik mobil", ucap Afif. " Ya, besuk setelah aku pulang, aku ajarin, kamu pakai taksi aja dulu", ucap Lucky. " Oke deh kalau gitu", ucap Afif singkat. 'kok aku kayak gak rela gitu ya, Lucky mau kerja', ucap Afif dalam hati. Dua manusia berlainan jenis ini, kini sibuk sendiri pada pikirannya masing-masing. 'kenapa aku kayak gak rela tinggalin mereka berdua', ucap lucky dalam hati. "Yaudah fif, aku kekamar Cantika dulu", ucap Lucky. Tapi tidak mendapatkan respon balik dari Afif, yang masih sibuk dengan pikirannya sendiri.

Estafet JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang