Adventure Begins

1K 60 2
                                    

Mobil yang ditumpangi Afif dan Lucky telah keluar dari pekarangan rumah mereka. Mobil Fortuner yang Lucky kemudikan itu kini telah melaju membelah jalanan Malioboro yang tengah ramai, walau jarum jam masih menunjukkan pukul 05.03. Banyak orang berlalu lalang menjalani rutinitas di pagi hari mereka. "Sudah dong sayang nangisnya, cup,cup, cup". Lucky mengelus-elus puncuk kepala Afif yang tertutup kerudung. "Ih apa an sih mas, aku tuh rindu Cantika". Afif menepis tangan Lucky yang berada diatas kepalanya, yang membuat kerudungnya sedikit berantakan. "Masak, baru beberapa menit kita keluar dari rumah sudah rindu saja". Lucky menyodorkan sebotol air mineral agar Afif sedikit tenang. "Iya mas, aku kaya gak tega ninggalin Cantika". Afif meminum air yang Lucky berikan. "Ya udah, cup. Jangan nangis. Secepatnya kita selesaikan misi dan kita bisa kumpul lagi bersama Cantika. Oke?". Lucky mencoba meraih tubuh Afif dengan tangan kirinya dengan tangan kanannya tetap fokus menyetir. "Iya  mas". Jawab Afif dengan suara lemah kemudian dia mendekatkan tubuhnya sehingga Lucky bisa mudah memeluknya. "Aku sayang mas Lucky". Ucap Afif tulus sambil mengeratkan pelukannya, sedangkan Lucky hanya membalasnya dengan senyuman dan elusan di punggung Afif.

Setelah hampir satu jam, mobil yang dikendarai Lucky berhasil sampai di rumahnya pakde Gan. Setelah mematikan mesinnya, Lucky turun kemudian disusul Afif di belakangnya. "Assalamu'alaikum". Lucky mengetuk pintu yang masih tertutup. "Waalaikumsalam". Terdengar suara jawaban salam dari dalam rumah. Seorang wanita berkerudung hijau keluar. "Eh Luc, Fif...Mari masuk dulu. Mas Gandi sama anak-anak masih sarapan". Gina mempersilahkan Lucky dan Afif memasuki rumahnya.
Di dalam rumah, Afif dan Lucky langsung disuguhi pemandangan anak-anak sedang makan bersama diruang tengah milik Pakde Gan, yang kebetulan menjadi satu dengan ruang tamu. "Astagfirullah, dasar anak gratisan. Ada kesempatan sedikit, langsung sosor". Lucky meledek kawan-kawannya yang sedang menikmati sarapan gratis dari istri pakde Gan. Lucky dan Afif kemudian ikut duduk bergabung bersama mereka."Iya nih Luc, teman-temanmu, subuh-subuh sudah datang numpang mandi sama sarapan". Pakde Gan turut serta melayangkan penghinaan terhadap Gandi, Carlo dan Rahmat yang sedang menikmati sepiring nasi beserta lauk dan sayur. Lucky tertawa mendengar ucapan pakde Gan. "Kalian sudah sarapan Luc, Fif". Gina memotong tawa Lucky. "Sudah kok mbak, kami sudah sarapan". Afif ikut duduk di tikar di samping suaminya. "
"Hai Fif", Rahmat yang telah selesai menghabiskan sepiring nasinya menyapa Afif yang duduk berhadapan dengannnya. "Hai Mad, kok kamu disini?". Afif terkejut mendengar suara Rahmad di depannya, pasalnya dia tidak menyadari kalau Rahmad yang dimaksud adalah teman seprofesinya. Sedangkan seluruh penghuni rumah melayangkan tatapan kepada mereka. "Kan kemarin aku dah bilang, aku temannya Lucky". Saat Afif hendak menjawab, suara Lucky lebih dahulu memotong pembicaraannya. "Weh Mad, kamu sudah kenal sama istriku". Rahmad manggut-manggut, " kenalah,
Afif kan teman kerjaku". Sejenak Lucky kemudian berfikir. "Jangan bilang kamu juga yang kemarin pergi sama Afif ke Semarang". Kini yang sedang asik berdialog hanya Rahmad dan Lucky, sedangkan yang lain sibuk mengemasi barang-barang untuk dimasukkan kedalam mobil. "Iya". Karena semua orang tengah sibuk, mau tidak mau mereka akhirnya menyudahi dialog tak penting itu. Eh bukan tak penting, itu juga penting, kalau tak ada dialog itu, mereka kan gak tau jawabnya.

Saat semua orang disibukkan dengan aktivitas memasukkan barang kedalam mobil, dari arah gerbang rumah pakde Gan, berjalan dua orang memasukki area tersebut. "Assalamu'alaikum". Ucap laki-laki berambut panjang, kemudian disusul, perempuan berhijab coklat. Semua aktivitas terhenti, teralihkan dengan kedatangan dua orang tersebut. "Waalaikumsalam". Hanya Lucky yang tetap stabil dan mampu menjawab salam tamu tersebut, sedangkan yang lain baru tersadar dari kondisi syoknya, kemudian ikut serta menjawab salam tersebut. "Hello all my friends". Sapa laki-laki tersebut. Ketika laki-laki itu hendaknya menyapa seluruh kawannya, suara pakde Gan mengintrupsi. "Hei Wan, kalian ada acara apa kesini". Laki-laki yang bernama Awan itu hendak menjawab tadi keduluan temannya. "Mau ikut misi lah Pakde". Perempuan itu mendekati Gina, memeluknya, melepas perasaan rindu antar dua sahabat yang saat ini jarang bertemu. Kemudian berganti memeluk Afif, saat Meta ingin mengajak bicara Afif, suara yang dilayangkan Fandi lebih dahulu ia dengar, kemudian keinginannya ia urungkan. "Kalian berdua tau dari mana kita ada misi". Fandi menyahut, setelah mendengar ucapan perempuan tersebut. Perempuan yang bernama Meta menatap temannya. Sedang yang ditatap bingung, hendak menjawab bagaimana. Karena tidak ada jawaban pakde Gan mengulang pertanyaan Fandi. "kalian berdua tahu dari mana kita ada misi". Awan hendak mengeluarkan suaranya, tapi dia kalah cepat. "Dari aku pakde". Itu suara Carlo, dia mengaku karena telah membocorkan misi ini kepada kawannya Awan.  Fandi yang berada di samping Carlo langsung melayangkan tatapan membunuh. "Edan kowo, ngopo kowe crita bi bocah-bocah, dek kae kan Wis dikandani, Ra sah ngomong sopo-sopi cukup Sik teka wae (Gila kamu, kenapa kamu cerita sama anak-anak, dulu kan sudah di beritahu, jangan bilang siapa-siapa, cukup yang datang saja)". Ucap Fandi sambil mendorong tubuh Carlo hingga menabrak bemper depan mobil. "Wis-wis Fan, gak usah padu, Ndak dadi dowo masalah.e (sudah-sudah Fan, tidak usah berantem, nanti malah menjadi panjang masalahnya)". Pakde Gan melerai keributan yang akan dilakukan Fandi. "Eh Car, alasan kamu kasih tahu Awan itu apa". Lucky mencoba mencari alasan kawannya sampai membocorkan misi ini. "Gini Gaes, Minggu kemarin aku ada acara reuni anak jurnalistik di Jakarta, kamu juga di undang kan  Luc, tapi kamu tidak datang". Yang disebut namanya hanya manggut-manggut. "Nah di acara itu, waktu aku bicara sama si bocah tengil itu". Carlo menunjuk kearah Awan, yang ditunjuk hanya cengenges. "Si Carlo keceplosan, kalau dia ada misi..ya udah daeh akhirnya dia gue korek-korek, trus ngaku. Tapi tenang Gaes yang tahu cuma gue sama si Meta saja kok. Si Meta tau gara-gara dia tiap hari kintilin aku terus, saat gue bilang mau ke Jogja, ya udah akhirnya gue kasih tahu, Sorry banget ya Gaes,btapi benar ini bukan kesalahan Carlo, cuma ketololannya aja". Awan dengan lancar melanjutkan alasan Carlo, beserta sedikit melayangkan penghinaan pada sahabatnya itu.  "Beneran yang tahu cuma kamu sama si Meta". Fandi menekan lagi, tapi bukannya menjawab Awan malah menggoda Fandi. "Cie-cie yang nyebut nama mantannya. Belum bisa move on yeee...". Awan cengengesan, sedangkan yang digoda malas menanggapi. "Udah-udah Gaes ini sudah pagi, hampir jam setengah tujuh, ayo segera berangkat". Lucky mengalihkan percakapan yang telah menemui titik terang tersebut. "Ya Allah, Bang masak sudah berangkat aja, baru aja gue sampai". Keluh Meta, pasalnya dia sama sekali belum mendudukkan pantatnya di kursi rumah pakde Gan, dari tadi hanya berdiri menonton adegan kawannya berdialog. "Salah sendiri, datang tepat waktu". Kali ini istri pakde Gan ikut ambil suara, memojokkan Meta. "Ya Allah mbak, aku dari tadi malam belum makan, cuma makan roti aja. Berangkat nanti dulu deh... Aku izin sarapan". Meta memelas, minta belas kasihan pada Lucky. "Nanti kamu makan di mobil aja ya...,nih aku bawain, nanti takutnya kemalaman sampai sama, kalau harus nunggu kalian makan". Lucky memperlihatkan rantang bawaanya. "Ya udah deh", berjalan mendekat ke arah Lucky dengan wajah sok sedih. "Pakde, kayaknya gak cukup deh kalau kita pakai satu mobil". Teriak Carlo yang sedang memasukkan beberapa barang ke dalam Jeep. "Ya wis, kowe nganggo Jeep sing neng bagasi kae. Rinio, iki kuncine (Ya sudah, kamu pakai Jeep yang berada di bagasi. Kesini, ini kuncinya)". Carlo berjalan mendekat ke arah pakde Gan dan Lucky yang masih sibuk berembuk tentang misi mereka ini. "Pakde ndi kuncine (Pakde, mana kuncinya)". Pakde Gan mengambil kunci di dalam saku celananya. "Nyoh, Kana ndang di tokne, gek Ndang mangkat (ini, sana segera di keluarkan, biar cepat berangkat)". Carlo menerima kunci yang diberikan pakde Gan. "Siiiiaaaap Gan". Mereka bertiga tertawa bersama, mendengar ucapan Carlo. "Siap Dan keles". Lucky mentonyor dahi Carlo.

Dua mobil Jeep modifikasi warna merah dan hijau terparkir rapi di depan rumah pakde Gan. Barang-barang yang mereka perlukan untuk misi kali ini telah mereka masukkan dengan rapi kedalam dua mobil tersebut. Saat ini mereka semua telah masuk kedalam mobil. Mobil pertama warna merah diisi oleh Pakde Gan, Lucky, Afif, Gina serta Meta, dengan Lucky sebagai pengemudinya. Sedangkan mobil kedua warna hijau, yah pasti.... diisi laki-laki somplak, kecuali Rahmad. Keempat laki-laki itu bahkan ribut dulu, untuk menentukan siapa yang akan jadi sopirnya. Akhirnya setelah keributan tak berujung, Fandi memaksa Carlo sebagai supirnya, sebagai hukuman atas kesalahannya membeberkan misi kali ini kepada Awan dan Meta. Dengan terpaksa Carlo menerima hukuman tersebut. Si biang kesalahan Carlo, siapa lagi kalau bukan si Awan cengengesan mengejek kawannya yang sedang kesusahan, eh bukan kesusahan, tapi.....yah seperti itulah.

~••~

Estafet JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang