(21)

1.6K 105 3
                                    

Gue dan Refiani berjalan melewati lorong sekolah untuk menuju gerbang utama sekolah. Namun, perjalanan tiba-tiba terhenti dan terfokus kepada satu makhluk. Ia yang menemani pertama gue masuk sekolah ini dan yang membantu Refiani membereskan ruang kelas 10 IPA 1

Ya, Stevia.

"Lav.... Ref.... kalian mau kemana?" Tanyanya yang terlihat murung dan sedih

"Kita berdua mau pulang dulu Stev, nanti keluarga kita nungguin gimana dong? Mereka nyariin kita nanti" Balas gue sembari menatapnya

"Iya, kita pulang dulu ya Stev..." Lanjut Refiani

"Jangan... kalian jangan pulang" Stevia melarang dan mencegat kita untuk lewat.

"Kenapa Stev?" Tanya Refiani.

Kali ini kita berdua bener-bener bingung, hingga kita berdua saling bertatapan wajah.

"Aku ga ada temen lagi Ref... Lav..." Balasnya. Kali ini ia menunduk.

Gue memberanikan diri mendekati Stevia yang terlihat sedih dan tepat saat lorong sepi. Gue duduk dihadapannya, sedangkan Refiani tetap berdiri ditempatnya

"Stev..." Panggil gue.

"Inshallah, besok kita ke sekolah lagi kok. Kamu jangan sedih, disini ada temen-temen kamu kok. Mereka kan yang nemenin kamu selama ini, bukan kita berdua" Lanjut gue.

Setelah mendengar penjelasan gue, Stevia bertatapan mata dengan gue. Namun, gue tetap ngontrol ekspresidan mencoba untuk tenang, walaupun aslinya gue merinding.

"Tapi, disini penghuninya jahat-jahat Lav. Mereka terkadang ngusilin aku, sedangkan aku ga bisa ngelawan mereka semua. Mereka banyak, ada ribuan. Sedangkan aku, hanya sendirian" Jelasnya.

"Huffttt..." Gue menghembus nafas.

Jujur, gue bingung semua ini, termasuk Refiani. Kita berdua bertatapan lagi setelah mendengar penjelasan dari Refiani.

"Stev..." Panggil gue

Gue duduk tepat di hadapannya. Takut? Merinding? Pasti iya. Tapi, mau gimana lagi daripada teman alam sebelah gue ini sedih.

"Kita berdua yakin, kamu kuat kok ngadepin semua ini. Lagian, kamu juga kan udah lama bareng sama mereka kan? Kamu bisa kok, pasti bisa" Lanjut gue.

Spontan, aku dan Stevia saling bertatapan mata. Jujur, gue tambah merinding. Tapi, gue masih bisa ngontrol ekspresi dan emosi untuk ngadepin dia.

"Tapi, Lav... selama ini aku nahan. Baru kali ini ada manusia yang peduli denganku. Manusia disini menganggap aku makhluk halus yang 'jahat', karena aku dekat dengan mereka disini" Jelasnya.

Jujur, konsentrasi dan pikiran gue seketika buyar total.

Total

Dan gue ngerasa, Refiani juga ngerasain apa yang gue rasain ini. Refiani menepuk phndak gue dan duduk disamping kanan gue. Aku dan Refiani bertatapan sebentar lalu kita kembali terfokus pada Stevia.

"Stev..." Panggilnya

"Kamu baik kok, asalkan kamu jangan aneh-aneh disini. Kita berdua bakalan bela kamu kok, itupun kalau kamu ga salah. Ada Lavina dan Refiani disini yang selalu ada untuk Stevia. Jadi, jangan sedih ya..." Lanjutnya.

Seketika ruangan lorong sepi. Ga ada pembicaraan yang terlontarkan sedikitpun dari kita bertiga. Gue, Refiani, dan Stevia merenungkan pembahasan kita kali ini

"Kalian"Panggil Stevia, secara tiba-tiba Stevia memecah keheningan yang hampir membuat gue dan Refiani jantungan.

"Iya, kenapa Stev?" Tanya Refiani kepadanya

"Kalian beneran mau pulang?" Tanya nya lagi memastikan

"Sumpah ni makhluk mau nya apaan coba. Udah dijelasin dari tadi masih aja nanya" Gumam gue di dalem hati

"Iya Stev" Balas gue

Refiani kembali menundukan kepalanya.

"Aku ikut kalian boleh ga?" Tanyanya lagi.

Sumpah, aku dan Refiani seketika bingung. Karena kita berdua adalah anak indigo, jadi kita berkomunikasi melewati tatapan mata.

"Ref, gimana nih? Stevia malah mau ngikut kita berdua" Sahut gue.

"Iya Lav, gue bingung banget. Takutnya malah ada hal yang aneh-aneh" Balas Refiani.

"Nih ya Ref kalau kita ijinin dia pulang bareng kita, takutnya nanti dijalan kita bertiga kena masalah. Tapi, kalau kita ga ngijinin dia pulang bareng kita, takutnya juga dia malah marah sama kita" Jelas gue.

Gue dan Refiani lalu melepaskan pandangan kita terhadap satu sama lain dan kembali terfokus pada Stevia.

Stevia masih menundukkan kepalanya.

"Jangan ya Stev, kamu disini aja. Kita kan besok kesini lagi. Pokoknya aku dan Refiani janji, sebelum kita berdua masuk kelas harus nemuin kamu dahulu" Balas gue.

Kali ini, Stevia melihat gue dan Refiani dengan tatapan berharap.

"Iya, kita janji. Pokoknya selama SMA ini" Lanjut Refiani.

Stevia mengangguk kepada kita berdua, lalu menghilang dari hadapan gue dan Refiani. Setelah Stevia menghilang dari tatapan kita berdua, kita merasa lega dan berharap semoga dia ga marah terhadap kita.

Gue dan Refiani berdiri dari duduk. Kita, cepat-cepat keluar dari lorong tersebut dan berlari menuju keluar gerbang utama sekolah.

Do You See What I See [?]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang