(48)

698 51 1
                                    

"Lavina!" Suara itu terdengar lagi.

Seketika buku kuduk gue berdiri. Gue menghela nafas berat. Mata gue terpejam. Entah apa yang ada di dalam pikiran gue sekarang.

"Ya Tuhan, apa yang harus hamba-Mu lakukan saat ini" Batinku yang terus berdoa. Nafas gue sedikit terengah-engah.

Beberapa menit berlalu, nyali gue akhirnya sepenuhnya sudah terkumpul. Gue memutar kepala menuju ke sumber suara.

"Al" Panggil gue kaget. Ternyata yang memanggil gue sejauh ini adalah dia, Al si hantu kecil. Tak jauh dibelakangnya terlihat sesosok hantu perempuan yang jauh lebih dewasa, Cicil si kakak Al.

"Ternyata kamu yang dari tadi memanggil aku?" Tanya gue heran. Al membalas dengan panggilan pertanda 'benar'. "Kamu dipanggil ga liat. Kita kan juga udah janjian bakalan ketemuan di pinggir lapangan" Sambung Al.

"Oiya aku lupa. Maaf" Gue menyengir kuda. "Mangkalnya jangan bawaan negatif terus Lab, ujung-ujungnya Kamu sendiri yang susah" Terang Al, menunjuk kaki gue.

Gue melempar senyuman kepadanya "Iya deh iya" Sambung gue lagi. Al mendekati gue yang membalas dengan senyuman pula.

"Oiya kamu kenal mereka ga?" Bisik gue mendekati Al dan Cicil sembari menunjuk para penghuni disekitar sini.

Al dan Cicil saling melempar tatapan. Mereka menggeleng.

Cicil angkat bicara "Lavina sebenarnya kita berdua takut ada disini" 

seketika, gue terkejut bukan main. Mereka berdua sendiri yang bilang. Filling negatif gue ternyata selama ini menuju kepada para penghuni disini, bukanlah kepada Al dan Cicil.

Gue mengangkat salah satu alis "Takut?".

"Iya, mereka jahat" Jelas Al, ragu. 

Tidak ada pembicaraan apapun diantara gue, Al, dan Cicil. Kita bertiga hanyalah saling melihat satu sama lain dan membaca tingkah laku penghuni disini.

Grok Grok Grok

Tiba-tiba terdengar suara dari arah depan. Al dan Cicil menghilang dari pandangan gue. 

Bulu kuduk gue berdiri. Gue akhirnya terpaksa mundur hingga pojok kasur. 

Gue memeluk kedua kaki gue dan memejamkan mata. Keringat dingin mulai menetes perlahan dari tubuh gue.

"Mbak" Panggil seseorang. Gue melihat ke ara sumber suara. Ya, dia didata sepupu gue, Bagas. Disitu gue menghela napas lega.

"Lo ngapain?" Tanyanya heran. Gue menggeleng dan langsung menggenggam tangan nya senang.

"udahlah keluar yuk" Ajak gue. Bagas mengangguk dan mengambil tasnya dan tas gue. Gue pun beranjak dari kasur dan berdiri disamping tubuh besarnya.

Tak perlu basa basi, gue dan Bagas langsung meninggalkan ruang UKS. 

"Thanks God" Gumam gue kecil memegang tangan Bagas.

Do You See What I See [?]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang