(25)

1.6K 104 0
                                    

Ngekkk…
Pintu ruang musik terbuka. Gue dan Refiaini melangkah masuk ke dalam ruangan musik tersebut.

Gue terfokus ke arah piano hitam yang mulai tertutupi debu dan Refiani terfokus kepada biola coklat yang tergantung di dinding pojok ruangan. Gue mengambil kemoceng lalu berjalan menuju ke arah piano sedangkan Refiani berjalan menuju biola.

“Lav, biolanya bagus banget. Lo beli ini berapaan, ini kan biola lama yang harganya mahal banget di pasar” Ucap Refiani yang memecah keheningan seisi ruangan musik. Refiani mengambil biola tersebut lalu m,menggendong ditangannya.

“Gue ga tau dan ga mudeng Ref, itu biola punya bunda gue yang dulu dipake sama Almarhumah nenek gue” Bales gue sembari membersihkan piano yang sedikit demi sedikit mulai tidak tertutupi  debu.

“Oalah…” Balasnya yang masih menggendong biola.

“Lo bisa maininnya Ref?” Tanya gue yang meilihat ke arahnya.

“Gue bisa, tapi ga pro banget Lav” Jawabnya sembari menunjukkan sennyum khas nya.

“Oke deh oke, gini aja gue dan Cicil ngajarin lo piano dan lo ngajarin gue biola” Jelas gue sembari mendekatinya.

"Sepertinya cukup adil" Ucapnya

Gue tersenyum mendengar ucapannya lalu terfokus kembali ke arah piano hitam.

“Bentar geh, Cicil? Siapa dia?” Lanjutnya yang bertanya-tanya dengan sesosok nama yang gue sebut tadi dengan wajah sangat penasaran.

Gubrakkk
Salah satu buku di rak pojok ruangan terjatuh ke lantai.

“Hmmmm…”
Terdengar suara dari pojok ruangan yang terdengar samar-samar  dan seperti suara orang bergumam.

Spontan, gue dan Refiani menoleh ke arah sumber suara, tapi kita berdua tidak menemukan seorang pun yang berada di ruangan itu, kecuali hanya ada gue dan Refiani. Gue yang sedikit ciren dengan suara tersebut mengarah kepada seorang Cicil, temen guie dari alam sebrang yang baik hati dan pendai bermain alat musik terutama piano.

“Cil…? Cicil…? Apa itu kamu?” Tanya gue sembari melihat sekeliling isi ruangan.

Tetapi, ga ada jawaban satupun.

Refiani seketika membisu dan sedikit penasaran dengan nama tersebut. Dia hanya memperhatikan gue dan sesekali menatap kesekeliling ruangan.

“Cil… Cicil…? Aku yakin itu pasti kamu. Tolong dong dateng kesini, jangan nyumput terus. Kita kan lagi ga main petak umpet.” Lanjut gue lagi yang masih mlihat sekeliling ruangan musik

“Gue yakin banget itu pasti Cicil” Gumam gue di dalem hati yang tetap masih memperhatikan seisi ruangan  musik.

“Ada apa kalian berdua memanggilku?” Sahut seseorang dari arah pojok belakang ruangan.

Karena gue dan Refiani merasa terpanggil, kita berdua menoleh secara bersamaan ke arah yang sama juga.

Sudah terduga, firasat gue bener dan ternyata itu adalah se sosok Cicil.

“Siapa perempuan itu? Siapa kamu?” Tanya perempuan itu sembari manunjuk ke arah Refiani.

Dengan cepat gue langsung mendekati Cicil

“Cil, kenalin dia Refiani. Dia itu temen aku di sekolah” Jelas gue kepadanya

Lalu, gue berjalan mendekati Refiani.

“Ref, kenalin dia Cicil. Dia itu temen musik gue. Dia juga adalah salah satu penghuni dirumah ini, yang tepatnya menghuni ruang musik ini” Jelas gue kepada dia.

“Dia ga ganggu kan Lav?”
“Dia ga nakutin kan Lav?”

Tanya mereka berdua bersamaan. Gue hanya bisa menanggapi tingkah laku kedua temen-temen gue dengan segaris senyum. Jujur, mereka terlihat lucu tapi gue harus tetep ngontrol ekspresi dan emosi gue.

“Ref… Cil… kalian berdua itu kenapa? Kalian berdua jangan saling takut dong. Kalian harus percaya satu sama lain. Aku percaya kalian karena kalian baik bukan pengganggu” Jelas gue yang masih menahan tawa karena tingkah laku mereka berdua.

“Iya” Sahut Cicil

“Oke kalo gitu kalian temenan dan Cicil ayo kita main piano bareng” Jelas gue kepada mereka berdua.

Cicil hanya mengangguk dan Refiani langsung duduk dikursi piano tanpa menghiraukan gue dan Cicil lagi.

Gue dan Cicil langsung menyusul Refiani yang duduk dan bermain piano bersama. Walaupun begitu, gue ngerasa mereka sudah mulai menerima satu sama lain dan seperti tadi, gue masih ngontrol ekspresi dan emosi karena efek masih naham ketawa karena tingkah temen-temen gue.

Do You See What I See [?]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang