(23)

1.5K 97 0
                                    

Tok tok tok
"Assalamualaikum Lav"

Gue mendengar suara dari arah pintu depan yang lebih tepatnya memanggil nama gue. Dengan sigap gue berlari kecil menuju ke arah pintu depan dan membuka pintu tersebut.

"Wa'alaikumussalam" Jawab gue sembari membuka pintu.

Ternyata, orang yang mengetuk pintu depan adalah Refiani.

"Lav, aku boleh masuk ke rumah ini ga?" Tanyanya

"Dengan senang hati, tentunya boleh dong Ref" Jawab gue.

Refiani masuk ke dalam rumah gue setelah mendapat izin dari gue. Dia mengenakan tas ransel besar yang berisikan pakaian dan buku sekolah.

"Lav, rumahmu besar juga ya" Ucapnya sembari melihat-lihat ke atas.

"Biasa aja Ref, lagian punya rumah besar tapi penghuninya cuman aku, ayahku, dan ibuku doang" Jelasku.

Refiani meletakan tas miliknya di atas sofa dan gue kembali membereskan bingkai foto ayah gue.

Refiani yang melihat gue sedang membereskan bingkai foto tersebut, ia langsung menghampiri gue.

"Lav, itu siapa?" Ucapnya semari menepuk bahu gue.

Karena merasa terpanggil, gue menengok ke arahnya sebentar lalu kembali terfokus membereskan bingkai foto.

"Ini ayah gue Lav, dia lagi di luar kota bareng bunda" Jelas gue.

Secara cepat, gue akhirnya langsung membawa pecahan kaca dan patahan bingkai ke ruang bawah tanah. Gue meletakannya di atas meja kerja rakitan lalu kembali ke atas untuk menghampiri lagi Refiani.

"Lav" Panggilnya.

"Iya? Kenapa Ref?" Tanya gue.

"Ayah lo ga apa-apa kan?" Tanyanya balik.

"Alhamdulillah ayah gue baik - baik aja Refiani" Jawab gue.

"Lo udah nelpon ataupun sms dia?" Tanyanya lagi.

"Udah Ref, tadi dia lagi seneng - seneng sama bunda gue. Biasalah pingin jadi mereka yang dulu tanpa adanya gue" Jawab gue sembari menghembuskan nafas kuat.

"Lav, gue takut lo terjadi kejadian kayak almarhum ayah gue dulu" Jelasnya kepada gue.

"Emangnya ada apa dengan ayah lo Ref?" Tanya gue.

"Hfffttt..." Refiani menghembus nafas kuat.

"Nanti aja lah Lav, aku mau bawa tas ini. Ga enak diliat kalo tas ransel gue ada disini" Lanjutnya.

"Ya udah yok gue anterin ke atas. Kita ke kamar gue, tapi sebelum itu lo harus janji dulu kalo udah sampe kamar gue lo harus cerita tentang kejadian yang dialamin almarhum ayah lo dulu" Jelas gue.

Refiani hanya mengangguk tanda bahwa ia menyetujui perjanjian tersebut. Dengan sigap, gue langsung mengantarnya ke kamar gue dan ia berjalan sembari membawa tas ranselnya yang besar tersebut.

Do You See What I See [?]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang