(36)

1K 66 0
                                    

"Lavina... Bagas... ayo siap-siap naik ke mobil. Jangan sampai ada yang ketinggalan ya" Teriak bunda dari arah garasi.

Spontan, gue dan Bagas langsung bersiap-siap dan mengecek kembali isi tas masing-masing. hanya dua hal yang membedakan dari tas kita, ga lain hanyalah gantungan kunci yang tergantung di resleting tas kita. Kalau tas gue ialah foto Jeon Jungkook dan Manurios yang gue dambakan sebagai teman gue sedangkan sodara sepupu gue itu adalah seorang wibu akut yang mengoleksi karakter anime Tokyo Goul termasuk gantungan kunci yang ada di tas nya itu.

"Semuanya gue udah lengkap dan beres, oiya lo udah lengkap belom mbak?" Tanya Bagas yang masih sibuk menutup resleting tas nya. Mendengar pertanyaan Bagas tersebut, gue mengulang kembali dalam mengingat seisi tas.

"Bentar geh gue cek ulang lagi untuk ketiga kalinya. Mmmm... buku kosong done, kotak pensil oke, power bank sip, novel siap, headphone udah. Hmm.. apa lagi ya Gas? Gue rasa sih cukup" Tanya gue balik kepadanya. Kita berdua mengulang pemikiran kembali. Diam dan hening sejenak.

"ID Card lo udah belom mbak?" Tanyannya lagi yang memecahkan keheningan. Gue berfikir sebentar dan menyadari kalau benda yang paling terpenting itu tertinggal.

"Oiya lupa kan gue. Thanks Gas udah ngingetin gue hampir ngelupain tu benda, kalau gue ga bawa bisa-bisa kesan pertama gue di sekolah itu langsung bad. Kalau ga ada lo juga udah ga tau lagi sih ya" Balas gue yang menimpuk pundak kanannya.

"Ya udah ga usah lama-lama ngambilnya. Ntar kalau telat kesannya malah nambah bad" Sahut Bagas yang mengelus-ngelus pundak kanannya itu.

Gue berlari kembali menuju kamar gue yang subhanallah jauh banget di atas sana. Sebenernya gue agak sedikit kesel dapet kamar di ujung berung gitu, tapi ya mau gimana lagi namanya juga itu takdir ya gue terima lah mau ga mau.

Dipertengahan jalan, tepatnya ditangga deket kamar orangtua gue, ga sengaja gue menoleh ke arah kamar tersebut dan yang membuat gue sedikit kaget adalah Mbak Enggang yang berada di depan pintu kamar tersebut. ia hanya melihat kearah gue dengan tatapan waspada tanpa mengeluarkan kata sedikitpun. Setelah gue mengerti isyaratnya tersebut gue mengangguk dan ia menghilang dari penglihatan gue. Ga ingin membuang waktu lagi, gue kembali berlari menuju ke kamar yang terletak satu lantai lagi.

"Hufftt... capek banget sumpah" Gumam gue di dalem hati setelah berada di lantai 3, tepatnya di lorong menuju kamar gue. tanpa menghiraukan lelah yang gue alamin itu, dengan cepat gue berlari dan membuka pintu kamar yang masih tertutup rapat.

Gue membukanya dan melihat sebentar seisi ruangan kamar yang masih sama sebelum gue tinggal ke bawah. Gue berlari dan membuka laci, entah itu laci meja belajar, laci lemari ataupun laci meja kecil yang gue tempatkan untuk menyimpan buku mistis itu.

Ya, ternyata ID card gue tepat berada di sebelah buku itu. Gue mengambil ID card dan buku tersebut. Mungkin karena gue penasaran sama itu buku, gue membuka halaman demi halaman secara acak. Namun, halaman yang gue buka itu hanyalah berupa kertas kosong dan ga berisi tulisan maupun gambar dalam bentuk apapun. Hanyalah secarik kertas yang ada di sana.

"Hah cuman gini aja, ga nyeremin kali" Ucap gue ke arah buku tersebut. gue lalu melempar buku itu di atas kasur tempat tidur, tapi gue liat ada yang aneh, buku itu terbuka dengan sendirinya dan gue mengambilnya lalu disitu terdapat sebuah kalimat bertuliskan tinta hitam yang mengatakan Kamu akan kembali dan tetap bersama kami. Siapapun kami, itulah yang akan mengikutimu. Janganlah takut, walaupun ada salah satu diantara kami yang bersifat tidak sopan dan galak.

Setelah membaca buku tersebut, gue hanya bisa meghembuskan nafas pasrah. Mau gimanapun gue hanya percaya dengan apapun yang sudah ditakdirkan Tuhan kepada gue. Gue meletakkan kembali buku tersebut di laci kecil sebagai tempat semulanya. Gue menutup laci itu dan berjalan menuju keluar kamar.

Namun, saat berada di luar, sebelum gue menutup pintu kamar, disitu tiba-tiba bermunculan mereka tanpa diundang dalam jumlah yang banyak. Mereka melihat gue, tapi gue berusaha cuek dan ga memedulikan mereka sama sekali.

"Lavina" Bisikan tersebut kembali mengiang lagi di teliga gue.

"Mbah uti ikut kamu boleh ya?" Bisikan yang kedua terdengar lagi

"Saya Tidak mau dan saya tidak akan pernah" Balas gue melalui batin

Bisikan tersebut kembali terdengar, tapi bukan berupa rangkaian kata-kata seperti tadi, tapi berubah menjadi suara wanita yang berteriak melengking. Mau gimana pun itu ga bersangkutan dengan gue, tanpa gue hiraukan gue langsung berjalan menjauh dari suara tersebut.

"Mau atau tidak kamu harus ikut dengan saya anak kecil" Tiba-tiba bisikan tersebut terdengar kembali yang masih diikuti dengan suara lengkingan wanita tersebut.

No respect gue hanya mendengar bisikannya hanya sampai situ sajawalaupun masih terdengar bisikan lainnya yang memenuhi pendengaran gue. dengan sigap, gue berlari sekencang mungkin melewati anak demi anak tangga untuk sampai di lantai bawah.

Do You See What I See [?]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang