(63)

405 37 3
                                    

Tiba-tiba sesuatu memukul meja dan membuat kuah bakso dan es teh sedikit tumpah. Spontan, gue, Bagas, dan Angel terkejut.

"Hey lo semua" Panggil seseorang tepat dihadapan gue. Bagas dan Angel menengok ke orang tersebut, tetapi tidak dengan gue. Gue menunduk dan tidak merespon apapun dari panggilan tersebut.

"Lo bisa ga sih ga usah ribut disini. Hah?" Lanjutnya dengan intonasi yang remeh.

"Dikantin ini bukan punya lo, disini punya gue semua. Gue yang ngatur" Sahut seseorang lainnya yang memanas-manaskan suasana. Disaat ini, filling gue ada lebih dari satu orang dan mungkin bisa jadi mereka adalah kakak kelas.

Bagas angkat bicara "Permisi kak, salah kami mungkin hanya mengganggu kakak-kakak, tapi yang lain ada yang tidak peduli dan bahkan ada yang lebih berisik dari kita bertiga".

Brakkk

Meja kembali dipukul, bahkan lebih keras dari sebelumnya. Sontak, beberapa siswa menengok ke arah kita. Ada beberapa diantara mereka yang memasang wajah bingung atau sekadar melirik dan tidak peduli.

"Woy berani-beraninya lo sama gue! Mau lo apa?!" Tanya nya dengan suara lantang yang diiringi amarah yang besar. Gue menggenggam tangan Bagas. Gue masih menunduk, tetapi gue memberi isyarat kepadanya untuk diam.

"T-tapi kak dia bener, lagian yang lain masih banyak-"

"Diem lo!" Kali ini pembicaraan Angel terpotong olehnya.

"Heh lo yang lagi nunduk!" Panggil seseorang lainnya kepada gue. Gue menghela nafas panjang dan mengontrol emosi agar tidak memuncak.

"Lo pasti temen mereka kan?! Ngapain sok sok an diem. Belagu amat lo!" Lanjut orang tersebut yang tak kalah berintonasi tinggi.

"Liat sini! Gue mau liat seberapa penakutnya lo sama kita disini!" Perintah seseorang lainnya kepada gue.

Gue menghela nafas panjang kedua kalinya. Lagi dan lagi, gue harus dihadapkan ketiga kalinya dengan masalah di sekolah ini. Tempat baru yang tidak menyenangkan dan benar-benar sesuai ekspetasi gue sebelumnya.

Gue memejamkan mata sebentar dan menoleh ke arah mereka pelan-pelan.

"Anjir!!!" Ucap mereka bersamaan. Sontak, mereka terkejut bukan main, sikap sebelumnya yang terlalu terkesan sombong seketika berubah menjadi anak lugu yang mundur dan takut akan sesuatu.

Gue pun ikutan terkejut, yang gue dapatin adalah tiga kakak kelas perempuan yang membully gue di kamar mandi saat itu. Ketiga orang tersebut kembali membuat ulah kepada gue, bahkan mungkin sekarang melibatkan dua orang lainnya, Bagas dan Angel.

"Lo! Lo! Lo!" Mereka bertiga menunjuk gue dengan wajahnya yang benar-benar ketakutan.

"Kenapa?" Kalian lagi?" Balas gue dengan wajah datar sembari mengangkat satu alis gue.

Ketiga kakak kelas tersebut tidak menjawab. Mulut mereka diam seperti benar-benar terkunci. Mata mereka masih terbelalak heran dan mengisyaratkan belum percaya dengan hal ini. Perlahan mereka melangkah mundur.

"Cabuttt" Mereka bertiga pun membalikkan badan dan berlari sekencang-kencangnya yang menjauh dari tempat gue berada.

Disaat itu juga, siswa-siswi di kantin benar-benar bingung. Dari tatapan mereka secara tidak langsung bertanya kepada gue "Apa yang baru saja gue lakukan kepada ketiga kakak senior itu?"

Angel menggeser kursinya mendekati gue "What happen Lavina? Gila, mereka bertiga takut sama lo?" Ucapnya yang masih belum percaya dengan kenyataan.

"Ga tau" Jawab gue singkat.

"Lo yakin?" Cerocos Bagas yang tak kalah penasaran.

Gue menghela nafas pendek "Ya palingan tadi pagi dijalan tatap-tatapan bentar, Gas" Balas gue sembari meneguk es teh.

Tanpa berpikir panjang, gue menyantap bakso yang mulai dingin. Selagi masih enak untuk dimakan dan perut gue berhubung lapar.

"Lavina, ayo kita main"

Tiba-tiba ada yang membisik di telinga gue. Sekejap setelah bisikkan itu selesai, telinga gue berdenging kencang dan membuat ngilu di telinga gue menjadi-jadi. Spontan, disaat itu gue melihat hantu anak kecil yang memegang boneka berdiri tepat di samping meja kelas gue. Wajahnya yang terlihat sangat menunggu kehadiran gue untuk bisa bertemu dengannya.

Ya, dia tak lain adalah salah satu penghuni kelas yang saat itu mengganggu gue disaat jam pelajaran sedang berlangsung.

Tak perlu menunggu waktu lama, gue langsung menyantap bakso dengan cepat hingga setidaknya membuat perut gue tidak keroncongan lagi. Gue pun meneguk es teh hingga tak bersisa lalu beranjak dari kursi kantin.

"Mau kemana?" Ucap Bagas dan Angel bersamaan. Langkah gue terhenti seketika.

"Gue mau kekelas bentar, ada barang yang ketinggalan. Kalian tunggu sini" Sahut gue. Bagas dan Angel saling melempar tatapan dan menagangguk kepada gue. Tak perlu lama-lama, gue pun langsung melangkah menjauh dari mereka berdua. Disaat gue berjalan dari kantin banyak orang-orang menoleh sesekali ada yang melirik. Entah apa yang mereka pikirkan, tetapi gue tidak peduli. Pikiran gue saat ini tertuju kepada dua hal.

Sesosok anak kecil dan janji untuk bermain dengannya.

***

Hai hai hai

Part nya selesai uyeeee

Next nya bakalan seru nih. Gimana ada yang penasaran ga?

Oiya sebelumnya aku ingin megucapkan selamat memasuki semester baru, bagi yang menjalankan

Semangat sekolah, semangat belajar, dan semangat membaca dan mendukung cerita DYSWIS ya :)

Jangan lupa read, voment, follow, share, dan support!!!

Do You See What I See [?]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang