(59)

481 33 0
                                    

Disaat itu, gue bersikap cuek dan pura-pura budeg dengan ajakan tersebut. Gue berusaha terfokus untuk menulis, tetapi

"Jangan pura-pura tidak peduli. Aku disini dan akan menunggumu selesai" Sesosok anak kecil tersebut menantang gue kesekian kalinya untuk menanggapi ajakan bermain dengannya. Seketika, gue menghentikan kegiatan mencatat. Gue menutup mata sembari sekali-kali menghela nafas berat.

Lagi dan lagi,

gue harus terpaksa berhubungan dengan mereka ketika sedang terfokus pada dunia nyata. Melibatkan antara batin dan perasaan yang secara terpaksa harus kembali berbenturan secara keras. Keras yang sekeras-kerasnya.

Sesuatu yang disebut dengan 'pagar' atau pembatas antara dunia para manusia dengan dunia mereka seringkali goyah karena perasaan belas kasihan yang mereka sendiri belum tentu memilikinya. Tentu, seperti kejadian saat ini. Disaat gue sedang benar-benar fokus untuk belajar di sekolah, tetapi tetap saja ada salah satu dari mereka mengganggu kegiatan gue, ntah itu karena 'usil', 'sekadar ingin tau', ataupun 'meminta bantuan'.

Gue membuka mata dan menoleh kearahnya "Maaf, tidak untuk kali ini" Jawab gue perlahan kepadanya, antar batin dengan batin. Seketika, ia menunjukkan sikapnya yang acuh dan tubuhnya seketika tegak. Jika ditebak, ia mengisyaratkan 'tidak terima' setelah mendengar jawaban gue.

"Pokoknya aku tunggu kamu disini sampai selesai" Lanjutnya yang kembali menyandarkan kepalanya di meja gue. Melihat reaksinya, gue hanya menggeleng-geleng kecil dan mencoba kembali berbicara baik-baik dengannya "Baiklah, tapi syaratnya kamu jangan ganggu aku. Oke" Bujuk gue kepada sesosok anak kecil tersebut.

Akhirnya ia mengangguk. Gue melempar senyuman kecil kepadanya.

"Kamu yang duduk di belakang. Ngapain kamu senyum-senyum sendiri!" Tiba-tiba Pak Hamdi berteriak keras dan mengarahkan penggaris kayunya ke arah gue. Sontak gue dan seisi kelas terkejut dan mereka menoleh kepada gue.

"Ih dia gila"

"Ga waras itu"

"Obatnya abis kali"

"Carper sama guru, idih"

"Ga usah deket-deket cewek itu, takut ketularan"

Seketika teman-teman menunjukkan reaksi mereka satu persatu. Kembali seperti awal, inilah takdir gue, terpaksa harus dibilang sebagai seorang yang kurang normal. Lagian, ini sudah biasa dengan gue. Namun, disisi lain terlihat hanya ada satu orang yang hanya diam dan tidak meunjukkan reaksi apapun, Bagas.

"Ga apa-apa pak" Balas gue gugup . Sontak teman-teman tertawa terbahak-bahak.

"Gapapa gimana, senyum sendiri situ sehat?. Hahaha" Cerocos salah satu siswa yang terdengar meremehkan sekaligus menjatuhkan gue.

"Dia ga gitu!" Tiba-tiba Bagas beranjak dari kursinya. Wajahnya memerah seperti menahan amarah yang sudah bergejolak.

"Wow. Ada yang ngebela nih. By the way, lo cowoknya ya?" Tanya salah satu siswi lain. "Gue saudara sepupu dia" Balas Bagas lagi dengan intonasi yang tak kalah tinggi dari sebelumnya.

"Berarti lo sama-sama gila dong. Hahaha" Sahut siswi lain yang duduk di depan gue.

Kali ini emosi dan kesabaran Bagas benar-benar sudah tumpah. Wajahnya semakin memerah dan terlihat jika kedua tangannya mengepal kuat seperti siap menghantam apapun. Gue menarik tangannya dan membuatnya terduduk kembali.

Gue melirik ke arahnya. Kita sama sekali tidak mengeluarkan sepatah katapun. Tatapan antara gue dengannya sudah bisa mewakili lisan kita untuk berkomunikasi. Gue menatapnya santai dan tidak kaku, tentu gue mengisyaratkan untuknya supaya 'tenang'. Ia menanggapinya dengan sedikit membrntak, tetapi gue mencoba menenangkannya lagi dan berhasil.

Emosi Bagas sudah stabil, tetapi gue tetap harus mengawasinya karena untuk membuatnya reda membutuhkan waktu sedikit lama.

"Sudah sudah. Kamu, jika niat mengikuti pelajara saya ikuti peraturan dengan baik. Jika tidak, keluar saja" Ucap Pak Hamdi yang menenangkan seisi kelas sembari memberi peringatan kepada gue. Gue menoleh kearahnya dan tersenyum kecil "Baik pak"

Suasana kelas kembali tenang da kondusif, tetapi tidak untuk gue, Bagas, dan beberapa murid disini.

***

Haiii

Partnya selesai yeyy

Part baru segera publish, so stay yashhh

Voment+Share+Follow 

Do You See What I See [?]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang