(35)

1.1K 71 0
                                    

Gue memberanikan diri untuk melihat ke arah pundak dan belakang tubuh gue, perlahan tapi pasti itu prinsip andalan gue kalau gue ada di kondisi seperti ini. Perlahan gue memutar arah kepala gue

"Dorrr..." Teriak seseorang dari arah belakang gue. spontan gue kaget dan melompat dari kursi gue.

"Hahaha kaget lo?" Sahut dia lagi dengan tawanya yang lepas.

Gue mengucek-ngucek mata dan melihat kearah orang tersebut. Dia ternyata cowok berbadan tinggi, matanya coklat, rambut yang bermodel Fringe, dan dia memakai seragam yang sama dengan yang gue kenakan sekarang. Atau jangan-jangan

Dia salah satu murid yang ada di sekolah itu? Atau apakah dia hanya meminjam pakaian kakak atau adiknya? I dont know yang jelas gue hanya tau dia manusia. Just human

"Ngapa sih lo? Inget ya jadi orang jangan SKSD" Balas gue dengan nada mendatar dn raut wajah sinis. Ya mau apa lagi, namanya juga gue ga kenal orang itu, ya udah gue sebut dia SKSD.

"Lavina, kamu lupa dia siapa?" Sahut ayah dari arah meja makan.

Mendengar pertanyaan tersebut, gue kembali melempar pandangan ke arah cowok jangkung tersebut. gue mengamati lebih teliti dan mulai mengingat yang menyangkuti tentang manusia satu ini. Perlahan gue berjalan mengelilingi cowok itu.

"Who are you?" Tanya gue kepadanya yang masih melihat lebih detail raut wajahnya.

"Baa..."

"Dia sodara sepupumu bukan? Si Aldiano Bagas yang selalu kamu ikutin dulu waktu kecil. Masa ga inget nak?" Jelas ibu gue yang memotong omongan cowok itu.

"Aldiano Bagas? Sodara sepupu gue? Hmmm..." Gumam gue di dalem hati yang masih menatapnya jeli.

"Oo ini lo Gas? Ah masa sih ini lo? Ga percaya gue sumpah sama lo. Kapan sejarah lo bisa lebih tinggi dari gue hah?" Tanya gue yang sudah ingat tentangnya.

"Mangkanya kalo tumbuh tu keatas mbak ga kesamping hahaha" Balasnya diikuti dengan tawanya yang semakin keras

Mendengar adik sepupu gue mengatakan hal yang meledek gue secara terang-terangan itu, ga diam gue langsung menyubit pipinya yang sedikit tembem daripada gue. hal itu sebenernya sudahlah tradisi gue jika dia meledek apapun tentang gue.

"Nakal lo ya, makin bandel" Balas gue yang masih mencubit pipinya.

"I... Iya mbak maaf kan gue ga ada niat apapun sama mbak" Balasnya lagi yang terdengar samar-samar dikarenakan tangan gue yang masih mencubit pipinya itu.

Gue dan Bagas hanya beda selisih 1 minggu, gue tanggal 14 Maret 2002 kalau dia 26 Maret 2002. Walaupun beitu, dia masih tetep manggil gue sebagai sebutan 'mbak'. Oiya kita berdua juga sama-sama introvert untuk menerima dunia luar, tapi kalau kita berdua barengan introvert itu pecah diantara kita.

"Iya iya kamu gemesin sih jadinya mbak gituin" Balas gue lagi. Kita berdua pun tertawa bersama.

"Oo iya lo masuk sekolah yang sama dengan gue Gas?" Tanya gue di sela tawa kita

"Iya mbak, gue juga disuruh papa sekolah sisitu. Alasannya sih karena lebih enak dan ada mbak" Jawabnya

"Eh emang mbak apaan sampai segitunya papa kamu ngomong gitu wkwk" Balas gue yang diikuti senyum khas gue.

"Kan mbak baik" Jawabnya yang membuat gue kembali mendongakan tatapan gue ke wajah dia.

"Pertama kali mbak denger lo ngomong gin..."

"Tapi boong wekk..." Lanjutnya yang memotong omongan gue disertai lidahnya yang menjulur tana kembali meledek gue.

"Bocah minta diapain sih lo" Sahut gue yang kembali menyubit pipinya

"A... A... Ampun mbak" Sahutnya lagi yang kembali meminta ampun kepada gue.

"Jangan ngeledek lagi inget" Jelas gue kepadanya

"Iya mbak siap" Teriaknya yang sudah ga tahan dengan hukuman gue ini.

Gue pun akhirnya melepas tangan gue dari pipinya dan kembali tertawa bersama.

"Lavina kembalilah" Bisikan itu kembali terdengar dan mulai menusuk indra pendengaran gue tersebut. mau ga mau gue harus sedikit cuek dengan hal apapun yang bersangkutan dengan mereka.

"Mbak denger ga?" Tanya Bagas dengan melempar tatapannya ke arah gue bingung. Gue hanya bisa membalas dengan tatapan yang juga ga kalah bingung dari dia.

"Emangnya lo ngomong apa? Engga ngomong aja atau jangan-jangan lo mau ngerjain gue balik ya..." Jawab gue yang sedikit mengelak atas pertanyaan yang dilontarkan oleh sodara sepupu gue itu.

"Engga mbak, sumpah gue ngomong sama mbak. Mbak mah kebiasaan ga dengerin gue kalo lagi ngomong" Sahutnya lagi.

"Iya udah, mbak secara langsung minta maaf deh bro. Oiya kamu tadi mau ngomong apa? Kali ini aku dengerin" Balas gue dengan tangan yang menggenggamnya.

"Engga deng lupain. Oiya mbak, mbak apa masih bersangkutan sama yang gitu gitu?" Tanyanya secara jelas ke arah gue. gue mendadak merasa kalau gue ketauan oleh sodara gue ini. Gue terdiam dan menjernihkan pikiran sesekali menghela nafas.

"Ga mungkin dia tau kan Lav? Ga mungkin gitu aja kan? Dia pasti cuman nebak-nebak" Gumam gue di dalem hati sembari bertanya kepada diri gue sendiri.

Gue menatap kembali sodara sepupu yang sekarang ada di samping gue. gue merangkul tubuhnya dan menatap ke arah wajah dewasanya

"Apa yang membuatmu berpikiran seperti itu Gas? Bukannya kalau selama ini gue selalu curhat apapun ke lo? Engga mungkin juga kali gue bersangkutan sama yang gitu-gituan" Jawab gue pasti ke arahnya. Ia hanya bisa menundukan kepalanya dan membuang tatapannya dari gue.

"Abis, mbak kalo aku ngomong ngelamun terus, apalagi pas waktu dulu kita main, mbak kan selalu bawa tas yang ga boleh gue sentuh sama sekali. Ya gue curiga lah sama mbak" Balasnya spontan. Gue mulai mengingat kembali memori masa kecil, ya memang bener apa kata dia, gue nyiapin untuk temen gue dulu. Namun, kenapa dia masih membahas hal yang ga masuk akal itu?

"Eh jangan suudzon geh kan dulu itu tas emang isinya mainan mbak yang ga bole disentuh orang lain kecuali mbak dan gue ngelamun itu karena banyak yang gue pikirin kali Gas" Balas gue pasti

"Ya Tuhan, maafkan hamba-Mu yang sudah kembali berbohong" Gumam gue di dalem hati.

"Lavina... mbah uti bakalan nunggu kamu sampai kamu kembali di pelukan mbah uti" Bisikan itu kembali dan kembali. Merusak semua hal yang bersangkutan pada saat itu.

Gue hanya bisa mengalihkan pikiran atas mereka dengan tersenyum ke arah sodara sepupu gue itu.

Do You See What I See [?]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang