"Assalamualaikum"
Gue memasuki rumah dengan mengucapkan salam dan langsung meletakan tas abu-abu gue di atas sofa.
"Yah... bun... aku pulang" Panggil gue
Tak ada yang menjawab, hanyalah hembusan angin yang menjawabnya. Ruangan sepi dan hening.
"Ayah... bunda..." Panggil gue lagi.
Untuk kedua kalinya,
Tetap ga ada jawaban sama sekali
Gue diam sejenak, mengingat kembali kejadian yang lalu.
Gue baru inget, ayah bunda gue lagi pergi
"Astaghfirullahaladzim, lupa gue kalo orang tua gue lagi pergi" Ucap gue spontan, sembari memukul hening gue sendiri.
Gue langsung bergegas untuk pergi ke kamar dan bersiap-siap mengganti baju untuk menyambut teman baru gue, Refiani. Baju yang gue pakai sekarang agak cewek-cewek gimana gitu, soalnya yang gue pake sekarang serba pink.
Setelah selesai, gue kembali lagi berlari menuju ruang dapur untuk mengambil minuman favorit gue di kulkas, Fanta. Minuman soda yang menemani keadaan gue di saat apapun. Cuman, dia yang bisa balikin dan bangkitin mood gue.
Kok jadi promosi,
Saat gue menuju dapur, ada aja halangan dari mereka. Mulai dari ngikutin gue, bisikin gue, narik tangan dan kaki gue. Namun, gue sudah kenal mereka, jadi ga takut ataupun merinding lagi.
Tapi,
Ada satu hal yang buat gue seketika jantungan dan panik.
Foto ayah gue yang tertempel di dinding seketika terjatuh tanpa sebab. Kaca dan bingkainya rusak dan pecah.
Dengan cepat, gue bergegas berlari menuju kearah foto ayah gue yang terjatuh itu. Saat gue mendekatinya, ga tau kenapa gue merasa feeling gue langsung nge-drop banget. Dan, saat gue menyentuh foto ayah gue, ga tau kenapa kepala gue mendadak terasa sangat sakit dan pusing.
Tapi,
Disitu gue ngeliat kejadian
Bahwa ayah gue kecelakaan dari mobil yang dikendarainya. Di dalam situ juga ada darah, keranda, serombongan orang yang mengenakan baju hitam, lubang kuburan, batu nisan dan jenazah yang siap untuk dikuburkan.
Gue bingung
Gue pusing
Gue takut
Gue merinding
Seketika gue langsung tersadar dan bergegas cepat berlari menuju ke telepon rumah yang sudah terpampang di dekat tv. Gue menekan nomor di telepon tersebut yang akan menuju ke hand phone milik ayah gue.
Telepon masih tersambung
Belum diangkat
Belum diangkat
Belum diangkat
Belum diangkat
Belum diangkat
Maaf, nomor yang ada hubungisedang tidak aktif. Silahkan coba beberapa menit lagi.
"Ayah..." Spontan gue berteriak kencang.
Nomor ayah gue ga diangkat. Firasat gue seketika lagsung memburuk.
Gue mencoba menelponnya sekali lagi.
Drrttt...
"Ayo ayah... angkat dong teleponnya" Gumam gue di dalem hati cemas
Gue menggigit jari telunjuk gue dan badan gue gemetar.
"Ada apa anakku?" Sahut dari arah telpon
"Ayah..." Panggil ku kepadanya spontan
"Hahahaa... iya nak, kenapa? Kangen ya sama ayah?" Tanyanya ke gue
"Iya ayah" Jawab gue
Sumpah lega gue ketika medengar suara dari arah lawan bicara gue adalah ayah gue. Tubuh gue seketika langsung membaik mendengar suara itu.
"Dasar anak manja, kan besok ayah sama bunda pulang" Jelasnya
"Hahaha iya deh ayah, ayah disana ga apa-apa kan?" Tanya gue memastikan
"Iya nak, disini ayah ga apa-apa, nih malah lagi berduaan sama bunda kamu" Jelasnya lagi yang berhasil membuat gue tersenyum malu
"Ayah mah selalu berduaan sama bunda sampe lupa sama anaknya sendiri" Balas gue
"Hahaha ga dong mana mungkin ayah lupa sama anak manja nan cantik sih" Jelasnya lagi yang kedua kalinya berhasil membuat gue tersenyum dan tertawa malu
"Iya deh, aya sama bunda baik-baik aja ya disana. Jangan pecicilan ya ayah" Jelas gue
"Hahaha oke deh bunda ayah ke dua" Balasnya
"Oke ayah, udahan dulu ya good luck untuk ayah" Ucap gue
"Oke babe, Love you my daughter" Balasnya dan untuk ketiga kalinya lagi berhasil membuat gue tersenyum malu
"I miss you" Ucap gue
"I miss you too" Balasnya
Ga lama setelah itu,
Drrrttt... drrrttt... drrrttt...
Suara telepon penghubung antara aku dan ayah gue terputus
Gue meletakkan telepon di tempatnya semula, lalu membereskan bingkai dan foo ayah gue sampai Refiani datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Do You See What I See [?]
HorreurIndigo Satu kata berjuta arti, berjuta rasa dan berjuta rahasia. Mau ga jadi anak indigo? Mau ga mau gue harus nerima takdir gue sebagai seorang indigo dan udah ga bisa ditolak lagi apalagi diilangin. Gimana sih rasanya jadi anak indigo? Ada enak ad...