(65)

378 31 2
                                    

Gue menghela nafas pendek. Sesuai keputusan yang gue ambil, gue membalikkan badan dan melangkah menuju keluar ruangan kelas. Tetapi

"Aku disini apakah kamu sudah melihatku sekarang?"

Degggg

Gue terkejut serta jantung gue berdebar bukan main. Kaki gue terbentur lumayan keras dengan kaki meja. Bahkan tadi, sesosok anak kecil tersebut menampakkan dirinya tepat di depan gue. Sangat tepat, hingga mungkin berkisar jarak 1mm saja.

Keringat sedikit menetes disertai nafas gue yang bisa dibilang sedikit sesak. Gue menarik nafas dan menghembuskannya perlahan diikuti telapak tangan gue yang mengelap keringat yang keluar dari kulit wajah gue. Tentu gue lakuin ini semua dengan alasan agar gue tidak terlihat gugup ataupun takut dengan si sosok anak kecil tersebut.

Gue melangkah sedikit dan menjongkokkan badan agar sejajar dengan sosok "Tentu sudah" Balas gue sembari melempar segaris senyuman kepadanya.

"Okey and now, what do you need baby girls?" Selontar pertanyaan gue tanyakan kepada sesosok anak kecil tersebut menggunakan bahasa asing, tentu juga dengan alasan menguji apakah dulu selama dia hidup bisa berbahasa asing atau tidak. Lagi pula ini juga termasuk mainan kan?

"Hum... a toy? Or a cuty bear doll?" Balasnya langsung dengan bahasa asing yang sangat antusias dan penuh percaya diri. Gue yang mendengarnya sedikit kaget, gue sudah sedikit mengira-ngira bahwa dia akan bisa berbahasa asing tetapi tidak untuk jawabannya yang terlalu aneh dan menyimpang bagi dirinya yang tentu sudah berbeda.

"Lain kali ya, nanti kubelikan di suatu saat" Balas gue yang tak kalah antusias.

Sesosok anak kecil tersebut seketika langsung berbubah mimik wajahnya. Terlihat sangat murung, sedih hingga bibirnya yang menunjukkan raut cemberutnya pun terlihat semakin lugu, seperti anak-anak kecil pada umumnya. Kali ini dia berbeda, baru sesosok inilah yang selama gue bisa melihat mereka bisa merubah mimik wajah yang begitu mendalam dan jelas. Terlihat seperti manusia biasa yang hidup dan bernafas, padahal dirinya adalah berbanding terbalik dari hal itu.

Gue mengusap wajah sesosok anak kecil tersebut dengan lembut "Ayo lah jangan seperti itu, bukankah kita sudah bermain tadi?" Tanya gue.

"Main apa?" Tanya sesosok anak kecil tersebut balik kepada gue. Masih dengan mimiknya yang cemberut.

"Hide and seek? Bukankah tadi kamu mengajakku secara tidak langsung? Menyuruhku mencari dirimu hingga disaat aku menyerah kamu memunculkan dirimu? Iya kan?" Gue menatap tepat di bola matanya dengan sedu, bermaksud menenangkannya walaupun memang lebih sulit daripada manusia biasa. Bukan berarti gue membeda-bedakan ya.

"Apakah iya?" Tanyanya lagi kepada gue.

Gue mengangguk. Kedua tangan gue secara spontan mengambil dan menggenggam ringan kedua tangannya.

Sesosok tersebut menatap gue dan melempar tipis senyum yang tergaris di atas bibir kecilnya. Melihat itu gue pun seketika tersenyum. Mimik wajah yang terpasang normal seperti semula.

Kringggg

Bel istirahat usai telah berbunyi. Hentakan kaki dari puluhan siswa terdengar jelas dan lumayan keras dari arah luar kelas. Pandangan gue seketika tak terarah disaat kejadiaan itu dimulai.

Gue pun seketika berpikir dan langsung mengambil inisiatif untuk mengakhiri obrolan gue dengan sesosok anak kecil tersebut. Tetapi, kektika gue kembali mengarahkan pandangan kepada sesosok anak kecil tersebut, ternyata dirinya sudah hilang dari tempat awalnya ia berdiri.

Disaat itu juga, pintu kelas gue terbuka oleh rombongan teman-teman kelas yang sehabis dari kantin, koperasi, kantor, TU, ruang guru, lapangan, dan sebagainya.

Spontan gue pun langsung berdiri dan duduk di kursi. Disaat gue duduk dan teman-teman sudah siap untuk memulai pembalajaran, tiba-tiba ada secarik sobekan kertas tergeletak di atas meja.

Gue mengambil secarik sobekan kertas tersebut, dan ternyata dibalik benda itu terdapat sebuah tulisan yang tertulis yang mengatakan

"Semangat belajar Lavina, nanti kita main dan cerita beberapa hal baru yang akan aku dapat ya! Salam hangat, Katrina Febiola"

Setelah membacanya gue tersenyum dan menyimpan kertas tersebut menjadi lipatan-lipatan kecil yang gue selipkan di kotak pensil. Ya, sekarang gue mengetahui namanya. Katrina Febiola. Atau mungkin panggilannya, Katrina.

***
Hai halowww

Welcome back in this story

Maaf sebanyak maaf aku ucapin karena keterlambatan yang bener-bener keterlaluan yang udah gue lakuin untuk kalian.

Aku selama ini fokus sekolah, ksn, persiapan seleksi porkot tkd, lomba-lomba... and then aku baru dapet waktu luang hari ini dan untungnya selesai dalam waktu 17 menit, by the way maaf banget ya gaiseu 🙏

Oiya jangan lupa voment and share ya

Do You See What I See [?]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang