(69)

319 26 0
                                    

"Mas, pesen nasi goreng pedasnya 3 sama es teh nya 3 juga ya" Ucap Bagas kepada seorang laki-laki tua yang berada di hadapannya.

"Siap mas" Balas si penjual nasi goreng yang mengacungkan ibu jarinya kepada Bagas. Mendengar jawaban dari si penjual, Bagas bergegas duduk kembali di tempat duduknya.

Gue, Bagas, dan Angel sudah berada tepat di tempat tujuan kita, tentunya tempat makan nasi goreng. Letaknya tidak terlalu jauh dari sekolah kita. Mungkin kurang lebih sekitar 500 meter jaraknya. Dari sini juga tidak jauh dari alun-alun kota Jakarta. Tempatnya secara umum sih benar-benar strategis.

Walaupun gue, Bagas, dan Angel harus makan di emperan pedagang kaki lima, tak apa lagi pula perut kita yang mulai memberontak dan keroncongan sedari tadi diikuti isi dompet yang tidak mendukung untuk makan lebih menambah keyakinan kita untuk makan disini benar-benar sudah tidak bisa ditoleransi lagi.

"By the way, kalian berdua beneran saudara sepupu? Atau pacaran?" Tanya Angel kepada gue dan Bagas yang memecah keheningan diantara kita bertiga. Sontak gue dan Bagas seketika terbelalak dengan pertanyaan yang Angel lontarkan tersebut. Lagi dan lagi, untuk kesekian kalinya ia telah membuat masalah dan onar lagi kepada gue dan Bagas.

"Bentar... bentar... maksud dan tujuan lo nanya gini ke gue dan dia?" Tanya Bagas balik yang jari telunjuknya mengarah tepat di wajah gue. Bagas mulai resah, ada ketidak nyamanan yang membuat emosinya yang hanya sebuah angina kini berubah menjadi layaknya api yang menggebu-gebu, gue tau hal itu.

Melihat responnnya yang terlalu over atau telah melewati ambang batas kewajaran, gue pun menepuk dan mengusap pundaknya, berharap lebih tenang. Alhasil Bagas menghela nafas panjang dan tentu ia mungkin sudah mengerti dari kode isyarat itu mengerti dengan hal yang harus ia lakukan, bersabar.

"Nanya doing sih siapa tau kan?" Ucap Angel yang sedikit meledek. Bagas meletakkan kedua telapak tangannya di kedua telinganya. Dari situ terlihat jika memang Bagas benar-benar tidak nyaman dengan tingkah dan pola berbicara Angel.

"Kita saudaraan , perlu bukti?" Balas gue yang akhirnya memutuskan untuk menjawab ucapan perempuan tersebut.

Seketika Angel terdiam, tidak ada ucapan ataupun pertanyaan yang tidak bermanfaat keluar dari mulutnya serta pergerakannya pun terhenti sementara.

"Ya udah gini aja daripada pada berantem mending bahas buat sekolah besok" Lanjut gue yang memecah keheningan. Angel dan Bagas pun menoleh ke arah gue.

"Sekolah? Udah jelas-jelas guru ngajar pada ga niat semua" Celoteh Bagas

"Seru kali malahan jadi ga ribet" Seru Angel yang semakin membuat kondisi memanas.

"Ga ribet dari mana? Udah jelas-jelas tugas pada ga jelas kayak gitu bilangnya ga ribet?" Elak Bagas yang tak mau kalah dari pendapat Angel. Kondisi memanas seperti inilah yang sesungguhnya lebih berfaedah karena Bagas dan Angel terdengar seperti tim pro dan tim kontra dalam debat yang saling mempertahankan pendapat masing-masing.

Gue yang melihat mereka berdebat sedikit lebih tertarik bahkan jika hal yang mereka lakukan tersebut sampai kepada hal positif seperti mengikuti perlombaan bukan?, kalau boleh.

"You don't know"

Tiba-tiba sebuah bisikan yang menghampiri pendengaran gue.

***

Halooo

Gimana kabarnya hari ini? Semoga baik-baik dan semakin sehat.

Gimana? Up nya cocok banget buat teman makan siang kalian kan? :v

Kali ini ada part baru... eits tunggu dulu, part nya belum selesai lho... Kapan lanjutannya? Tenang ga pake lama inshallah nanti malam bisa lihat lanjutan partnya (semoga tanpa hambatan aamiin)

Ayo semangat ya kawan-kawan sesuai janjiku bagaimanapun aku bakalan terus ada buat kalian disaat lagi #dirumahaja semangat harus tetap produktif ya...

Intinya nanti malam tunggu next part ya untuk chapter ini aku sudahi dulu

Stay safe and stay health

Skuy read, voment, share, and support ya...

Do You See What I See [?]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang