(37)

999 63 10
                                    

Setelah sampai dilantai dasar, gue langsung mengambil tas dan membawanya. Secepatnya, gue berlari menuju keluar rumah yang disana ayah, bunda, dan sodara sepupu gue sudah siap di mobil.

Gue menutup pintu rumah lalu menguncinya dengan tangan kiri gue. Mau ga mau gue harus ngelakuin, lagian ini juga kebiasaan gue dari dulu kecil. Menyebalkan tapi seneng aja gitu.

"Oy bisa cepet ga sih? Lama banget aelah" Sahut Bagas dari mobil. Iya melirik gue masih dengan tatapan meledek dan senyum miringnya yang menambah kejengkelan siapapun yang melihatnya.

"Ngapa sih lo? Sibuk banget. Bantu engga, protes iya. Minta pipinya di jiwit lagi ya?" Sahut gue dengan intonasi yang ga kalah jengkel dengan ekspresi muka gue.

"Udah ah jangan berantem terus. Kebiasaan deh kalian kalau ketemu selalu begini. Nanti kalau kalian telat, kami ga nanggung ya" Sahut bunda juga dari arah mobil.Akhirnya gue berjalan cepat menuju ke arah pintu mobil. Gue membuka pintu mobil dan memasukinya dengan raut wajah datar dan ekspresi yang masih jengkel terhadap sodara sepupu gue itu.

"Mbak-mbak" Panggil Bagas yang menatap wajah gue dengan penuh harapan agar gue menatap balik wajah yang menjengkelkan tersebut. Karena gue merasa kasian, akhirnya gue menatap balik ke arahnya.

Alis gue terangkat satu

"Weekkk..." Tiba-tiba ia menjulurkan lidah untuk kesekian kalinya yang membuat gue tambah jengkel.

"Awas lo ya. sodara gat au diri" Balas gue yang langsung mencubit pipi tembamnya lagi.

"Aduh ampun mbak" Sahutnya yang diikuti dengan ringisannya.

"Lavina... Bagas... sudah dulu kalian. Nanti kalian saya turunkan di tengah jalan biar tau rasa" Sahut bunda dari arah depan penumpang yang melirik cermin mobil. Ayah hanya terdiam dan sedikit menunjukan senyum kecilnya dari arah depan pengemudi.

"Maaf' Jawab gue dan Bagas beramaan. Kita berdua sama-sama menghela nafas dan melirik satu sama lain.

"Nah gitu dong akur. Kan enak ngeliatnya" Sahut ayah yang melihat kita dari cermin mobil.

"Akur dari mana coba" Gumam gue di dalem hati.

Ga lama ayah mulai melajukan mobilnya ke luar area perumahan menuju jalan raya. Karena mungkin bunda dan ayah ga seneng kalau kita ga akur jadi gue dan Bagas mutusim untuk sibuk dengan urusan masing-masing. Gue mainin hp sambil dengerin lagu Love Yourself ; Justin Bieber pakai headphone ,kalau dia baca komik Detective Conan. Namanya juga wibu akut, so walaupun itu edisi yang udah lama banget tetep di baca dia.

Cause if you like the way you look that much oh baby you should go and

Deppp...

Seketika lagu yang gue denger enak-enaknya mati dengan sendirinya. Dengan spontan gue pun mengecek hp kembali dan menyentuh tombol play untuk memulainya kembali.

Cause if you like the way you look that much oh baby you should go and

Deppp...

Kedua kalinya lagu itu berhenti disitu dan juga lirik yang kesetel di lagu itu masih sama dengan lirik sebelumnya.

"Aneh ini hp. Apa gue restart dulu kali ya?" Gumam gue di dalem hati sembari memutar-mutar hp yang ada di tangan gue tersebut. Akhirnya gue memutuskan untuk merestart hp dan menekan tombol daya yang agak lama.

Gue menghela nafas panjang dan menunggu sampai hp gue bener-bener hidup kembali.

Dreeettt...

Setelah menunggu agak lama, akhirnya hp gue menyala dan terdapat satu notifikasi. Tanpa piker panjang gue membuka notifikasi tersebut, ternyata terdapat sebuah pesan dari nomor baru yang ga gue kenal.

"666 nomor siapa itu? Halah gue buka lah daripada penasaran" Gumam gue di dalem hati. Karena gue penasaran dan bingung dengan nomor itu, gue buka langsung saat itu juga.

Namun anehnya...

Do You See What I See [?]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang