9. Short Talk.

4.3K 486 22
                                    

Happy Sunday! Kalau ada typo mohon dikoreksi ya:)

🍃

Prilly langsung memalingkan wajahnya ke arah lain karena merasa bahwa air matanya akan berderai lagi. Perempuan itu mengeluarkan dompetnya, mengambil kartu namanya lalu memberikannya kepada Anastasia.

"Mbak, maaf saya baru inget kalau gaunnya ada di rumah. Ini kartu nama saya, kalau ada yang perlu di bicarain mengenai gaunnya jangan sungkan telepon saya," kata Prilly.

"Lho Mbak Prilly, sebenernya aku juga mau cari buat tunangan aku. Ndra, sini.." kata Anastasia.

Sebelum Alindra benar-benar melangkahkan kakinya, Prilly berhasil menghentikannya dengan elakan. "Maaf, tapi saya ada urusan lain. Mungkin lain waktu aja ya, maaf banget. Lagi pula kan ada karyawan saya, nanti kamu minta bantuan aja ya sama dia,"

"Oh yaudah deh. Thanks ya Mbak Prilly, nice to meet you!"

"Me too. Saya permisi dulu, selamat siang!" Prilly melangkah pergi sambil menuntun tangan Rohan setelah memgambil tasnya. Dengan perasaan campur aduk, perempuan itu tetap berusaha berdiri kokoh.

Ali nggak boleh tau, dia nggak berhak tau!

Prilly semakin takut sekarang. Bagaimana kalau Alindra dan Rohan mengetahui hal ini? Apakah mereka akan membenci Prilly? Ah pertanyaan itu membuat Prilly bertambah kacau saja.

"Kapten, kalau ketemu om tadi lagi jangan pernah deket-deket ya," ucap Prilly.

"Kenapa, ma?" tanya Rohan.

Prilly menghentikan langkahnya, lalu berjongkok di depan Rohan dan menangkup wajah anak laki-laki nan tampan itu.

"Nggak apa-apa. Mama cuma takut, jangan mudah percaya sama orang yang baru dikenal. Emang Rohan mau di culik?"

Rohan menggelengkan kepalanya. "Tapi om tadi baik," ujarnya.

"Kalau mama larang kamu supaya nggak deket-deket lagi sama om itu gimana?"

"Kata kakek, kita nggak boleh berpikiran buruk sama orang lain kalau nggak ada bukti dia bersalah, ma. Jadi kenapa aku nggak boleh main sama om tadi?" ucap Rohan, anak berusia lima tahun yang selalu Chandra ajarkan untuk rendah hati dan selalu berbuat baik.

Prilly tidak bisa menjawabnya, ia mengedarkan pandangan matanya ke arah lain setelah mendengar jawaban Rohan. Dan Prilly merasa malu, mengapa ia lebih egois dari seorang anak kecil yang biasanya tak mau mengalah? Kadang orangtua perlu mengambil pelajaran dari orang yang lebih muda, Rohan bukan ingin menggurui, tapi cuma memberitahu apa yang Chandra nasihati.

Setelah itu Prilly menunduk, di sana ia menyembunyikan air matanya yang jatuh perlahan-lahan. Prilly terlalu jengah dengan semua ini, termasuk masa lalunya.

Pertemuannya dengan Alindra hari ini kembali membuat Prilly ingat, tentang semuanya, termasuk cintanya yang entah sekarang masih ada atau justru cuma benci yang tersisa.

"Mama nangis?" Rohan menangkup wajah Prilly dengan kedua tangannya. Pandangan mata mereka bertemu, Rohan bisa melihat ada kesedihan yang begitu dalam di mata mama. Selanjutnya Rohan menghapus air mata Prilly, dan perempuan itu pura-pura tersenyum untuk menyembunyikan lukanya.

"Rohan nakal ya mangkanya mama nangis?"

Prilly menggelengkan kepalanya kemudian menarik Rohan ke dalam pelukannya. Air matanya tak bisa ia tahan lagi, semua orang yang berlalu-lalang disini menjadikan mereka berdua sebagai pusat perhatian.

"Biarpun Rohan nakal, mama tetep sayang," ujar Prilly.

Pelukan mereka disudahi oleh Prilly dengan menggendong tubuh mungil Rohan. Ia melanjutkan langkahnya lagi, sesekali Rohan menghapus sisa air mata di pipi Prilly.

SORRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang