11. Become Ill.

4.4K 551 21
                                    

Alindra tambah frustrasi ketika melihat Prilly menangis karenanya. Argh! Seharusnya ia tidak berbicara begitu.

Tidak ada alasan lagi untuk Prilly menahan tangisnya, selama bertahun-tahun ia mencoba terlihat baik-baik saja padahal hatinya jauh lebih terluka. Apalagi mengingat cemoohan dan hinaan dari orang lain. Dasar dari kepindahannya Chandra dan Prilly ke sini untuk menghindari cemoohan itu dirumah lama mereka.

Dalam beberapa detik, Alindra menatap matanya kembali. Kemudian tanpa ragu ia menarik Prilly dan memeluknya dengan sangat erat.

Sungguh, Prilly tidak tahu ingin menolak atau justru menerimanya. Akhirnya ia memilih diam, tidak memberontak ataupun menerima dekapannya. Prilly merindukannya, sungguh Prilly sangat merindukannya. Kalau ia mampu, detik ini juga ia akan berkata bahwa Prilly begitu mencintainya.

"Biarin gue sama Rohan pergi, Li, hiks hiks. Biarin gue dan Rohan hidup seperti biasa, tanpa lo.." lirih Prilly.

"Nggak. Gua mau nebus kesalahan gua di masa lalu, sama lo... karena lo juga salah, Pril!" bisik Alindra.

Alindra mulai merenggangkan dekapannya, kemudian menatap kembali wajah Prilly yang telah dibasahi oleh air matanya sendiri. Pria itu bisa melihat ada luka yang amat dalam di matanya.

"Biar gue yang nebus semuanya. Lo bisa pergi, jangan ganggu gue ataupun Rohan. Gue anggap semuanya impas, asal lo pergi.."

"Ego lo nggak pernah hilang ya. Lo boleh Pril benci sama gua, tapi jangan bawa-bawa Rohan.."

"Lo tau kan gue egois? Yaudah jadi tolong ngertiin gue, pergi dan jangan pernah dateng lagi,"

"Kalaupun gua pergi, gua bakal bawa Rohan juga. Gua berhak atas dia, bukan cuma lo!" tukas Alindra.

Prilly tersenyum sinis. "Apa lo yakin Rohan akan percaya? Bahkan kalaupun Rohan percaya dia nggak akan pernah mau ikut lo kalau dia tahu ayahnya cuma seorang pemberontak!" perempuan itu melangkah meninggalkan Alindra yang masih frustasi. Ia menghapus air matanya yang terus saja turun tanpa henti.

"Apa Rohan juga bakal percaya sama lo lagi kalau dia tau ibunya pernah nembak ayahnya sendiri?" balas Alindra dan berhasil membuat langkah Prilly terhenti.

"Kalaupun Rohan nggak percaya lagi sama gue, dia udah janji nggak akan pernah ninggalin gue." ujar Prilly dan kembali melangkahkan kakinya.

Setelah mengatakan kepada Anastasia bahwa Prilly harus segera pergi ke butik, Anastasia mengerti dan langsung segera pulang bersama Alindra.

Lalu di kamar, perempuan itu merenung memikirkan kata demi kata yang keluar dari bibir Alindra. Mengapa Prilly menjadi takut? Takut jika Rohan akan dibawa pergi Alindra dan Rohan akan membenci dirinya.

Tidak-tidak. Prilly berusaha menyingkirkan pikiran negatif yang terus menodai otaknya.

Untuk menenangkan pikiran, akhirnya perempuan itu berendam air hangat di bath up. Ia memejamkan matanya, berharap bahwa semua pikiran negatif itu sirna. Tapi nihil, bahkan ia meneteskan air mata kembali.

"Gimana gue bisa percaya sama lo setelah ini? Sedangkan lo bakal pergi,"

"Gampang. Lo tinggal kasih gua jawaban, dan gua nggak akan pernah tinggalin lo. Karena gua akan nanggung semua perbuatan gua, sama lo.."

"Sure?"

"Ya!"

Tirta hangat itu jatuh dan bergabung bersama jutaan mililiter air hangat di bath up. Prilly tidak ingin menahannya lagi, biarkan saja, biarkan semua lukanya ia keluarkan, setidaknya tidak di depan Rohan.

SORRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang