Prilly merenung di tempat yang sama seperti kemarin, di teras halaman belakang. Aneh memang, dalam sekejap semuanya berubah. Prilly merasa bahagia, tapi di sisi lain ia merasa telah menghancurkan perasaan seseorang.
Bagaimana dengan Anastasia? Tuhan menciptakan hatinya begitu lembut, sampai-sampai perempuan itu rela melepas apa yang telah menjadi miliknya. Prilly bingung, apa yang akan ia katakan jika ia bertemu Anastasia nanti?
"Jangan bengong terus, nanti kesambet!" tegur Alindra yang tiba-tiba saja datang sembari membawa secangkir kopi yang tadi Prilly buatkan.
Prilly hanya tersenyum singkat, kemudian mengalihkan tatapannya lagi ke muka pegunungan.
"Anastasia gimana, Li? Gimana kalo---"
"Kalau Rohan bakal punya adik dari Anastasia? Ya kan?" tebak Alindra tepat pada sasaran. Ya, itulah yang sejak tadi mengganjal di hati Prilly.
Prilly mengangguk. "Kalau hal itu terjadi, aku bakal nyesel seumur hidup. Karena dengan begitu sama aja aku udah ngehancurin kebahagiaan orang lain," ujarnya.
"Kamu pikir coba, aku dan Anastasia nggak akan pisah kalau dia lagi hamil. Dan kamu tau? Aku nggak pernah ngelakuin sesuatu yang pernah kita lakuin.." Alindra sedikit berbisik di akhir kalimat, membuat Prilly tersenyum geli mengingatnya.
"Ck, udah deh nggak usah di inget-inget!" ucap Prilly.
"Eh, kok aku baru ngeh ya? Sejak kapan kita saling manggil aku-kamu lagi?" tanya Alindra.
"Semalem kan kamu duluan yang manggil aku-kamu. Huh, dasar. Baru punya anak satu udah pikun!" ejek Prilly.
"Yaudah dong biasa aja ini bibirnya," Alindra menangkup bibir Prilly menggunakan jemari kanannya.
"Ish ribet," omelnya.
"Eh btw kamu ke sini beneran naik helikopter? Taro dimana?" Prilly teringat akan ucapan Rohan semalam kalau ia menyusul bersama Alindra menggunakan helikopter pribadinya. Anak laki-lakinya begitu senang.
"Di perbukitan luas yang ada di sebelah kebun teh. Kata Pak Joko gapapa,"
"Kamu kenal Pakde Joko?" tanya Prilly. Alindra mengangguk.
"Kapan mau pulang? Siap kan jadi Nyonya Alindra Rohan Mahessy?"
"Siap nggak yaaa..." goda Prilly.
"Harus. Harus banget. Nanti kalau kamu udah jadi Nyonya Alindra, aku bakal ajak kamu keliling dunia," kata Alindra.
Prilly tersenyum. "Jangan janji apapun ah, aku pengen punya ikatan yang nggak bisa di putusin oleh siapapun apalagi sama janji. Aku nggak mau nuntut apapun, karena bagi aku yang terpenting kebahagiaan Rohan," ucapnya.
"Iya, Ciaku," ujar Alindra.
Prilly tiba-tiba tersenyum ambigu ketika Alindra memanggil nama kecilnya, nama yang menyimpan banyak cerita.
"Jangan panggil aku Cia, Li," pintanya.
"Kenapa? Lucu tau---"
"Plis. Kalau kamu manggil aku Cia, nggak tau kenapa aku selalu merasa kembali ke masa lalu. Aku nggak mau ngulang semuanya, aku akan inget terus kalau aku pernah nembak kamu. Jadi aku mohon,"
KAMU SEDANG MEMBACA
SORRY
Fanfiction[SELESAI] Maaf. Aku sangat mencintaimu, tapi terkadang aku benci tiap kali ingat bahwa tujuanku adalah untuk balas dendam. Aku benci pada rasa yang seharusnya tidak pernah hidup di dalam detak jantungku. Suara tembakan yang menghantam jantung ibu...