Prilly membuka pintu rumahnya ketika mendekati waktu maghrib, tidak terasa hampir seharian ia meninggalkan rumah. Ia menenteng kantung plastik bernamakan Five Star Restaurant.
Wajahnya murung sepanjang perjalanan semenjak bertemu dan mengobrol singkat bersama Alindra tadi. Ia terus kepikiran, bukan soal karena pria itu masih hidup, tapi soal Rohan. Lagi-lagi tiap kali ingat dengan Alindra, ia juga teringat Rohan.
Cepat atau lambat semuanya akan terbongkar.
"Mama, udah pulang?" suara Rohan memecahkan lamunan Prilly. Lalu perempuan itu langsung tersenyum kala Rohan berlari menghampirinya dan mencium pipinya.
"Udah. Nih, tebak mama bawa apa?" seru Prilly sambil mengangkat kantung plastik itu tinggi-tinggi.
"Pizza?" tebak Rohan.
"No," sayangnya salah.
"Cheese cake?"
"Ah... no!"
"Steak?"
"No-no,"
"Terus apa?" Rohan begitu penasaran.
"Salad mozarella kesukaan kamu," jawab Prilly.
Rohan terdiam untuk beberapa saat. "Boleh juga sih, cuma aku bosen," ujar anak laki-laki itu dan berlagak seperti orang dewasa dengan mengelus-elus dagunya.
"Maunya apa emang?" tanya Prilly.
"Ayam saus balado," jawab Rohan sambil menurunkan tangannya.
Prilly diam sejenak. "Mama sih bisa aja masakin buat kapten... tapi nggak boleh, nanti kamu kepedesan,"
"Kan bisa pake saus tomat, ma,"
"No, boy,"
"Yah, tapi aku mau.." rengeknya pada Prilly.
"Nggak," kata Prilly mencoba untuk lembut.
"Ah mama, plisss,"
"No, kapten!"
"Sekali iniiii aja," kedua telapak tangannya ia tempelkan jadi satu seolah benar-benar memohon kepada sang bunda.
"Sejak kapan sih kamu suka ayam saus balado? Kayak itu a..."
"Kayak siapa, ma?" potong Rohan ketika Prilly menghentikan ucapannya.
"E-enggak. Lupain aja," jawab Prilly terbata. Perempuan itu jadi merasa posesif kepada Rohan jika apa yang putranya lakukan mirip dengan Alindra. Ya, ayam saus balado adalah makanan kesukaan Alindra. Dulu setiap kali mereka berkencan, pasti tidak pernah absen Alindra pesan.
"Maaa, mamaaa plis buatin ayam saus balado. Tadi aku liat temen aku bawa bekal ayam saus balado, jadinya pengen.." kata Rohan.
Prilly menarik nafasnya panjang kemudian menghembuskannya kilat. "Oke," ucap Prilly.
"Yes!" Rohan gembira bukan main.
"Baru pulang, Pril?" tanya Chandra tiba-tiba.
"Eh papa. Iya nih soalnya tadi di jalan macet," jawab Prilly. Perempuan itu menatap Chandra penuh ungkapan, ada beberapa hal yang tidak bisa Prilly simpan sendiri termasuk soal bertemunya ia dengan Alindra. Ketika bertemu di butik minggu lalu, Prilly belum bercerita dengan Chandra karena dirasa hanya kebetulan saja. Namun, ini bukan soal ketidaksengajaan yang sesekali.
"Kapten, kamu mau dibuatin ayam saus balado, kan?" tanya Prilly, dan Rohan menjawabnya dengan anggukan semangat. "Yaudah, tolong taroin ini ke dapur ya? Abis itu kamu ke kamar dulu, nanti kalo ayam saus baladonya udah jadi mama panggil kamu," kata Prilly.
KAMU SEDANG MEMBACA
SORRY
Fanfiction[SELESAI] Maaf. Aku sangat mencintaimu, tapi terkadang aku benci tiap kali ingat bahwa tujuanku adalah untuk balas dendam. Aku benci pada rasa yang seharusnya tidak pernah hidup di dalam detak jantungku. Suara tembakan yang menghantam jantung ibu...