30. Threatened.

5.4K 697 178
                                    

Prilly akhirnya siuman. Hal pertama yang ia tangkap adalah langit-langit kamar yang sudah lama ia tak lihat setelah sebelas tahun. Di atas meja samping ranjang tersedia segelas air putih dan obat-obatan untuknya. Ia sedikit meringis karena kepalanya masih menyisakan pening, dan ia membenarkan posisi untuk duduk bersandar.

Rasanya, Prilly seperti kembali ke masa lalu. Saat ia membuka mata, ia menatap langit-langit kamar itu yang tak pernah berubah, dan saat menoleh ke kanan ia akan mendapatkan Alindra yang masih tertidur pulas di sana. Nyatanya, pria itu tak ada di sebelahnya. Pandangannya berkeliling mencari keberadaan Alindra, ternyata pria itu tertidur di atas sofa. Prilly melihat jam dinding yang terletak di atas televisi, dan di sana menunjukkan pukul setengah lima pagi. Ternyata, lama sekali ia tidak sadarkan diri.

Wanita itu bergegas membersihkan diri, selepas itu beribadah dan turun ke bawah untuk mempersiapkan sarapan.

Ia lupa, bahwa di rumah ini sekarang sudah ada pembantu rumah tangga. Tapi itu tidak membuat Prilly mengurung niatnya memasak untuk keluarga kecilnya pagi ini. Sudah lama, bukan? Dan Prilly ingin mencoba mengembalikan semuanya.

"Mau bikin sarapan apa, Bi?" tanya Prilly.

"Eh, Ibu. Ini, saya mau bikin sayur sop sama ayam goreng. Biasanya bapak sama tuan lebih suka sarapan itu." kata Bi Mul.

"Mereka nggak suka ayam goreng biasa, Bi. Mereka lebih suka ayam saus balado." kata Prilly.

"Duh, bibi belum tau tuh, Bu. Soalnya yang bibi liat bapak sama tuan nggak pernah bilang mau dimasakin apa, kalau bibi masak ya syukur mau dimakan." sahut Bi Mul.

"Yaudah, sekarang Bibi buat sayur sop aja, biar saya yang buat ayam saus balado."

"Siap, Bu!"

Tepat pukul lima lewat lima belas menit, sarapan sudah siap di atas meja makan. Setelah Bi Mul mencuci piring, Prilly menyuruhnya ikut sarapan bersama-sama. Tapi Bi Mul menolak, ia lebih memilih sarapan di kamarnya.

Alindra turun sambil menuntun tangan mungil Sisy, matanya terbelalak ketika melihat Prilly berada di dapur dan baru saja membuka celemek. Karena tahu kehadiran Alindra, Prilly cepat-cepat mencuci tangan, kemudian tersenyum lembut ke arah Sisy yang langsung beranjak memeluknya.

"Sarapan yuk!" seru Prilly. Ia duduk di sebelah kursi Sisy, berhadapan dengan Alindra yang sejak tadi hanya menatap makanan itu tak selera. Prilly paham, pasti Alindra tak ingin sarapan yang diracik oleh tangan Prilly.

"Yang masak Bi Mul." ucap Prilly.

Tak lama Rohan turun, ia terkejut ada Prilly di sini. Ia kira mama sudah pulang semalam, nyatanya wanita itu bermalam di sini. Nafsu makan Rohan memudar, ia bergegas merubah haluan dengan langsung belok ke kiri.

"Pa, Rohan berangkat!" ucap Rohan pamit.

"Nggak sarapan dulu? Bi Mul masak ayam saus balado nih.." tanya Alindra.

"Nggak deh, tiba-tiba nggak laper." jawab Rohan kemudian sosoknya hilang di balik pintu.

Hening. Canggung. Suasana yang biasa namun berubah tak biasa lagi. Prilly menyuapi Sisy yang masih terlihat lemah. Padahal, ia sendiri pun masih tidak enak badan.

Saat Alindra melahap ayam saus balado itu, seolah rasa yang tersaji begitu familiar di lidahnya. Alindra yakin, ini bukan Bi Mul yang membuatnya, melainkan Prilly. Alindra sudah menebaknya sewaktu melihat Prilly membuka celemek yang terkena noda merah. Tapi, entah apa yang membuat Alindra tetap lahap meskipun tahu Prilly yang membuatnya. Mungkin karena ia rindu masakan Prilly?

SORRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang