Chapter 2
Gadis itu memasukkan kedua tangannya ke dalam kantung jaket dan kepalanya sengaja ditutup karena angin malam terasa dingin di halaman belakang rumah, kemudian ia menyenderkan tubuhnya di besi penyangga sembari memandangi suasana komplek yang sepi, selalu.
"Suatu hari nanti, gue bakal ngehancurin keluarga lo kayak keluarga lo ngehancurin keluarga gue, Tuan Alindra," ia tersenyum sinis. Senyuman yang beberapa tahun ini ia dambakan karena akan segera membalaskan dendamnya. "Ma, selama Cia masih di sini, Cia janji bakal membalaskan dendam atas kepergian mama. Kalau tujuan papa hanya untuk menghukum dan menangkapnya, sedangkan Cia mau nyawa dibayar dengan nyawa.."
***
"Pril," merasa terpanggil Prilly langsung menghentikan langkahnya yang baru saja ingin masuk ke dalam kelas. Ia menoleh dan mendapatkan sang pemanggil tepat di belakangnya.
"Eh, Luciana. Ada apa?" tanya Prilly.
"Emang sekarang ada pelajaran Bahasa Inggris ya?" Luciana malah berbalik tanya seolah di rumah sama sekali tidak melihat jadwal mata pelajaran hari ini.
Prilly mengangguk, "Iya,"
"Shit! Gue nggak bawa kamus," ia mendesah sebal.
"Pinjem ke perpus aja cepetan. Nanti yang nggak bawa di hukum kayak kemarin loh," saran Prilly.
"Gue nggak bawa kartu," jawab Luciana, wajahnya masih nampak kecewa.
"Mau pake kartu gue?"
"Emang boleh? Kan nggak boleh kalau bukan orangnya langsung, ntar kalau ditanyain Mas Jun gimana?"
"Yaudah lo pake kamus gue aja deh," Prilly mengeluarkan kamus dari dalam tasnya sekaligus mengeluarkan kartu perpustakaan. "Titip taro dalem ya? Gue kan mau ke perpus," kata Prilly.
"Ok, makasih ya? Btw, emang perpus udah buka pagi-pagi gini?"
"Mudah-mudahan aja udah," Prilly melempar senyuman kepada Luciana, kemudian ia segera pergi ke perpustakaan.
Gadis itu berjalan santai sambil menoleh kesana-kemari untuk menikmati asrinya sekolah disaat masih pagi begini. Tak ingin buru-buru, karena perpustakaan pun pasti belum buka karena masih pukul enam lewat lima.
Ah, tebakannya salah! Ternyata perpustakaan sudah buka lebih awal, dengan penuh semangat Prilly cepat-cepat masuk ke dalam.
Krkkk.
"Permisi.. Mas Jun?" ucap Prilly sambil menolehkan kepalanya ke dalam perpustakaan.
Tidak ada yang menjawab sapaannya, karena dilihat-lihat memang masih sepi. Lalu Prilly masuk ke dalam, seketika bau buku yang sudah familiar saat ia hendak masuk ke dalam perpustakaan menyeruak. Entah mengapa ia begitu suka pada bau perpustakaan karena persis seperti novel-novel baru yang sering ia koleksi hanya untuk mencium baunya. Aneh.
Prilly berjalan ke meja Mas Jun untuk mencari buku daftar pengunjung, tapi tidak ada. Di atas mejanya kosong melompong. Untuk itu Prilly langsung menuju rak yang mana tertulis kamus. Sederetan rak itu terdapat puluhan kamus yang memang sekolah sediakan, ada berbagai macam bahasa, tapi mayoritasnya kamus Indonesia-Inggris atau English-Indonesia. Kemudian Prilly meraihnya satu-persatu, dan ia ambil yang berjudul kamus Indonesia-Jepang-Inggris. Awalnya hanya iseng saja membaca kosa kata Bahasa Jepang, tapi Prilly jadi tertarik.
KAMU SEDANG MEMBACA
SORRY
Fanfiction[SELESAI] Maaf. Aku sangat mencintaimu, tapi terkadang aku benci tiap kali ingat bahwa tujuanku adalah untuk balas dendam. Aku benci pada rasa yang seharusnya tidak pernah hidup di dalam detak jantungku. Suara tembakan yang menghantam jantung ibu...