- Rohan -
***
Rohan berjalan lamban di koridor sekolah bersama Bani, teman kelasnya. Alisnya yang tebal, rambutnya yang lebat, dan cara menatapnya yang tajam lagi mempesona membuat ia terlihat begitu tampan. Setiap kali melewati kelas perkelas, mereka berdua disambut oleh sapaan dari para kaum hawa. Bani melambaikan tangan saat mereka menyapanya, tidak seperti Rohan yang hanya memasang wajah datar.
Begitulah, mereka sudah tahu betul bagaimana Rohan. Jadi, mau Rohan diam seperti batu pun tetap mereka puji-puji.
"Han, gua emang ganteng banget ya sampe banyak banget yang ngidolain?" tanya Bani sambil merapikan rambutnya yang klimis. Satu kata untuk Bani, sok ganteng.
Rohan hanya tersenyum miring, "Sok ganteng lo, beruk!" ejek Rohan. Nah, sisi lain dari sikap Rohan yang begitu dingin terhadap siapapun, tapi ia masih bisa bercanda dengan Bani sahabatnya.
"Yailah nanya doang, nggak usah pake ngejek berapa sih?!" sengitnya sambil mengadu pundaknya ke pundak Rohan yang lebih tinggi beberapa senti darinya. Bahkan, Alindra pun kalah tinggi dari Rohan.
"Nggak usah nge-body, Ban. Nggak nyampe hahaha,"
"Setan lu, Han!"
Rohan tertawa kecil kalau ia berhasil mengejek Bani, jarang-jarang ia tertawa, bahkan Alindra tidak setiap saat melihat objek ini dengan jelas.
"Eh, Han, ntar malem dateng ya ke rumah,"
"Ada acara apaan?" tanyanya.
"Anniversary nyokap bokap gua kedua puluh tiga tahun. Nyokap bikin pesta besar-besaran, sama mau bikin surprise buat bokap," jawabnya.
Rohan merasa seolah terlempar jauh ke dalam jurang. Ia ingin sekali keluarganya seperti keluarga Bani yang bahagia dan sempurna. Kalau ia main ke rumah Bani, ia selalu merasa iri. Mama Bani sangat menyayangi anak-anaknya, bahkan kakaknya Bani yang sudah bekerja pun masih dalam pantauannya. Rohan selalu berpikir, kenapa mama pergi tanpa alasan yang jelas? Kenapa mama nggak pernah pulang bertahun-tahun? Apa mama masih ingat kalau di sini ada Rohan dan sangat merindukannya? Tapi tiap kali Rohan bertanya-tanya kepada dirinya sendiri mengenai Prilly, Rohan coba tepis jauh-jauh. Rohan sudah jengah menunggu Prilly pulang, Rohan kecewa Prilly meninggalkannya di saat Rohan baru saja merasakan kebahagiaan lagi, dan sekarang Rohan sudah terbiasa tanpa Prilly.
"Gimana? Bisa nggak?" tanyanya.
"Oh iya. Oke deh gua usahain!" jawab Rohan.
"Makasehhh, bos,"
***
"Pa, lebih baik papa banyak-banyak istirahat. Kesehatan papa lagi menurun, jadi Ali mohon papa jangan kerja dulu. Papa nggak usah mikirin apapun, ada Ali sama Rohan yang jagain papa," ucap Alindra kepada Chandra.
KAMU SEDANG MEMBACA
SORRY
Fanfiction[SELESAI] Maaf. Aku sangat mencintaimu, tapi terkadang aku benci tiap kali ingat bahwa tujuanku adalah untuk balas dendam. Aku benci pada rasa yang seharusnya tidak pernah hidup di dalam detak jantungku. Suara tembakan yang menghantam jantung ibu...