"Sekarang lo tidur ya.." perintah Alindra. Tapi Prilly membalasnya dengan gelengan kepala.
"Kenapa?"
"Nggak mau tidur, nanti Rohan nggak ada yang jemput," jawab Prilly.
Alindra tersenyum kecil, "Gimana kalo kita ke rumah sakit? Nanti pulangnya langsung ke sekolah Rohan," usul Alindra.
Prilly mengangguk samar. "Cek tangan lo juga ya?"
"Kebal sama peluru gua mah.." Alindra tertawa getir sambil memukul pelan dada bidang sebelah kanannya, mengingatkan Prilly akan suatu hal sampai ia jadi tak enak hati.
"Yaudah yuk," Alindra membungkuk, membopong tubuh Prilly yang sekarang lebih enteng ketimbang SMA dulu saat ia menggendong Prilly diacara perpisahan sekolah. Alindra masih mengingat momen itu.
Entah refleks atau memang tidak peduli dengan keadaan, Prilly melingkarkan kedua tangannya di leher Alindra dan kepalanya ia sandarkan ke dada bidang Alindra. Tempat dimana dulu Prilly membuat lubang yang cukup dalam di sana.
Mereka telah sampai di rumah sakit besar yang terletak di tengah ibukota setelah membelah jalanan yang cukup macet, mereka mewajarkannya karena sudah menjadi ciri khas Jakarta. Sedari berangkat tadi, Alindra memang harus membopong tubuh Prilly karena kedua kakinya terluka akibat ulahnya sendiri. Banyak orang menjadikan mereka pusat perhatian, entah Prilly juga tidak tahu mengapa.
"Selamat pagi, Pak Mahessy!" sapa seorang dokter yang tak sengaja berpapasan dengan mereka berdua.
"Wah Mr. Mahessy, kan?" tanya seseorang membuat langkah Alindra sempat terhenti karena pria paruh baya itu menyapa dengan sedikit membungkukkan badannya.
"Iya, Pak hehehe. Saya duluan ya?" sahut Alindra.
"Silakan, Mr," katanya.
Prilly diam tanpa ekspresi. Aneh. Mengapa sejak menapakkan kaki di sini semua orang mengenali Alindra? Tanyanya dalam hati.
"Selama ini lo kemana? Kenapa semua orang kenal lo? Setau gue lo itu tertutup," tanya Prilly mengintimidasi.
"Dijawabnya nanti aja ya? Sekarang diperiksa dulu sama dokter, abis itu gua," Prilly mengangguk paham.
***
Setelah usai, mereka segera pergi ke sekolah Rohan karena jam pulang sebentar lagi mendatang. Diperjalanan, Prilly menagih jawaban yang belum sempat terjawab tadi.
"Jadi, selama ini lo kemana?" tanya Prilly.
"Ya ada. Tempatnya jauh, kayak yang lo mau," jawab Alindra tidak serius.
"Dimana?"
"Gua ceritain dari awal ya supaya nyambung..." kata Alindra. "Jadi setelah lo nembak gua dan langsung pergi, bokap lo satu-satunya orang yang nolongin gua waktu itu. Dia nggak pergi padahal lo pergi, dia nggak pergi padahal yang lain pergi. Jadi cuma dia yang tahu kalau sebenarnya gua masih hidup waktu itu. Terus dia bawa gua ke rumah sakit, rela-rela ngeluarin biaya buat operasi gua. Pas gua pulih, dia nyuruh gua buat ngasingin diri sementara ke luar negeri, demi kebaikan gua juga. Bahkan yang modalin gua minggat ke Swiss ya bokap lo, sampe gua kuliah dan sekarang jadi pemilik PT. Grosir Market," jelas Alindra.

KAMU SEDANG MEMBACA
SORRY
Fanfiction[SELESAI] Maaf. Aku sangat mencintaimu, tapi terkadang aku benci tiap kali ingat bahwa tujuanku adalah untuk balas dendam. Aku benci pada rasa yang seharusnya tidak pernah hidup di dalam detak jantungku. Suara tembakan yang menghantam jantung ibu...