Sampai acara ulang tahun Rohan selesai, Prilly menunggu di kamarnya yang dulu. Kamar yang begitu Prilly rindukan karena terlalu banyak menyimpan kenangan bersama Alindra. Sekarang ia tengah duduk di tepi ranjang, si kecil yang cantik itu terlelap di atas paha Prilly.
Prilly mengelus rambut putri kecilnya, menatap wajah damainya sambil menitikkan air mata. Gadisnya pasti merasa asing di istananya sendiri, karena selama ini Prilly belum pernah cerita soal Alindra dan Rohan. Prilly memang jujur tiap kali putrinya bertanya "Di mana papa?" Prilly jawab, "Di Indonesia," lalu gadisnya bertanya lagi, "Kenapa kita di sini?" dan Prilly tak menjawabnya lagi. Hanya tersenyum.
Awalnya, Prilly sama sekali belum siap untuk kembali. Tapi ada dua alasan yang menariknya untuk kembali, yaitu Rohan dan Chandra. Jujur, Prilly tak ingin bertemu Alindra. Di dalam hatinya yang paling dalam, ia masih kecewa pada Alindra. Namun, ia juga rindu. Rindu yang kian bertambah seperti usianya sekarang.
Tiba-tiba, suara deritan pintu membuyarkan lamunan Prilly. Ia menoleh dan mendapatkan Alindra di sana. Dibuntuti oleh Rohan pula. Laki-laki itu belum mengganti baju, masih mengenakan jas navy yang membuatnya terlihat cool seribu kali lipat. Alipun sama.
Ya Tuhan, Prilly sangat merindukan Rohan. Matanya berbinar melihat kapten kecilnya sekarang telah menjadi remaja yang tampan, sekarang Prilly harus mendongak untuk melihat wajahnya, ia tumbuh begitu cepat.
Prilly tersenyum melihat kedatangan Rohan. Ia merebahkan kepala si cantik ke atas bantal perlahan agar tidak bangun. Alindra sempat menoleh ketika Prilly memindahkan putri mereka, tangan Alindra gatal ingin menimangnya.
"Rohan nggak mau banyak omong. Intinya Rohan mau kasih tau kalau mama nggak perlu pulang karena Rohan udah terbiasa tanpa mama," lontarnya tanpa ba-bi-bu lagi.
Prilly diam meraba wajah Rohan dengan retinanya, tak tertinggal barang setitik. Ingin sekali Prilly menjelaskan kepergiannya, tapi ia sudah tak ingin membahas hal itu lagi. Prilly tahu Prilly salah, tapi apa ada yang memikirkan perasaannya?
Alindra hanya diam, ia tahu semarah apa Rohan kepada Prilly. Tapi, ia juga merasa iba. Alindra ingin membela Prilly, tapi rasanya ia juga kecewa. Apalagi melihat Prilly masih tak mau menegurnya.
"Mama tau. Tapi mama dateng cuma buat ucapin Rohan selamat ulang tahun. Sekaligus mau minta maaf dan liat gimana anak mama sekarang. Mama janji, setelah ini mama nggak bakal ganggu Rohan lagi.." ucap Prilly berusaha tegar menahan getaran pilu yang menyeruak di dalam rongga dadanya.
Rohan hanya diam, Alindra pun bingung harus berkata apa. Ia hanya menatap Rohan dengan pandangan seolah berkata, "Jangan ngomong begitu lagi!" karena ia mempunyai feeling buruk kalau setelah ini Prilly akan pergi lagi membawa putri mereka.
"Jadi kalau mama mau pergi lagi, silakan. Rohan sama sekali nggak keberatan. Syukur mama pulang, supaya kakek tenang di sana," katanya kemudian beranjak pergi, meninggalkan teka-teki yang Prilly tidak mengerti.
"Ma-maksudnya?" tanya Prilly terbata.
Alindra menoleh ke belakang, melihat punggung Rohan yang akhirnya hilang berbelok ke kiri. Mungkin ini sudah waktunya Alindra memberitahu soal Chandra, bagaimanapun reaksi Prilly nanti, Prilly harus tahu.
"Sebelum papa meninggal, beliau nyuruh aku supaya bawa kamu pulang. Sekarang kamu udah pulang, pasti papa udah tenang di sana," jawab Alindra tanpa melihat wajah Prilly. Bahkan, wajah wanita itu tadinya dibuang ke sembarang arah namun langsung menatap Alindra tidak percaya.
"Pa-papa?" tanya Prilly memastikan. Setelah sekian lama, retina mereka bertemu lagi. Alindra bisa melihat ada kesedihan di mata hazel-nya, air mata itu sudah menumpuk di dalam kelopak mata indah milik Prilly.
KAMU SEDANG MEMBACA
SORRY
Fanfic[SELESAI] Maaf. Aku sangat mencintaimu, tapi terkadang aku benci tiap kali ingat bahwa tujuanku adalah untuk balas dendam. Aku benci pada rasa yang seharusnya tidak pernah hidup di dalam detak jantungku. Suara tembakan yang menghantam jantung ibu...