Awal cerita cinta

6.4K 121 1
                                    

Author prov
  Masa Liburan Aisyah sudah habis, kini saatnya iya kembali ke pondok. Beraktivitas seperti biasa, mengurus asrama. Apalagi sekarang adalah tahun ajaran baru, akan banyak santri baru yang membuat Aisyah tidak sabar lagi menunggu tahun ajaran baru di mulai. Di tambah Aisyah penasaran akan adik keponakan dari sahabatnya yang akan masuk di pesantren mereka. Bukan itu yang membuat Aisyah semangat, tetapi Ikhwan yang tanpa sengaja di lihatnya ketika menjelang shalat IED. Cepat Aisyah mengucap Istighfar atas kecerobohannya memikirkan yang bukan mahramnya.

***
Aisyah kini sudah sampai di asrama, ia beristirahat sejenak dan mengabarkan kepada Siti sahabatnya bahwa ia sudah sampai di asrama. Beristirahat sejenak, membereskan kamar yang sudah mulai berdebu, mencuci pakaian dan menyiapkan keperluan untuk besok. Karna besok ia akan pergi bersama senior di sanggar organisasi untuk menghadiri pernikahan Alumni mereka di Desa Rawas yang di tempuh 10jam perjalanan dari kota Palembang.

Setelah selesai melakukan pekerjaannya, Aisyah beristirahat waktu menunjukkan pukul 5 soreh. Aisyah lupa ia belum menunaikan shalat ashar, segera Aisyah mandi dan berwudhu. Aisyah shalat dengan khusyuk. Di sela doa sujud panjangnya, wajah Ikhwan yang Aisyah lihat ketika shalat Ied kembali terlintas. Aisyah segera mengakhiri doanya, dan mengucap salam mengakhiri shalatnya. Ia beristighfar atas apa yang ia pikirkan tadi. Ada apa dengan dirinya? Apa ia terlalu berharap akan perkataan Siti yang akan mengenalkannya pada Ikhwan itu? Aisyah segera menggelengkan kepala cepat-cepat.

Aisyah mengambil ponselnya, mengetikkan pesan Watshap kepada Siti. Ia menceritakan yang baru ia alami. Sedangkan Siti yang membaca chattingan temannya itu tertawa terbahak, Aisyah memang masih polos dan tak mengerti soal cinta. Siti bertekad membantu Aisyah untuk dekat pada Ikhwan yang d ceritakan Aisyah yang tidak lain adalah Kaka keponakannya. Namun, jauh di lubuk hati Siti ia merasa ragu akan keputusannya. Akankah berjalan baik, atau Aisyah nantinya akan tersakiti lagi?  Tapi Siti membuang fikiran itu, dan yakin Aisyah harus bahagia. Sudah waktunya Aisyah membuka hatinya untuk Ikhwan,agar ia bisa melupakan sakit hatinya.

*** Esok harinya***
Aisyah sudah siap, dengan keperluannya. Jam menunjukkan pukul 07.30, sebelum berangkat Aisyah menyempatkan untuk shalat duha. Memohon pada Allah agar perjalannya ke Rawas dalam lindungan Allah dan di jauhkan dari segala mara bahaya di jalan. Ketika shalat, HP Aisyah berkali-kali berbunyi. Dan membuat Aisyah cepat-cepat memakai kaus kaki, masker dan sepatu untuk segera ke sanggar. Karna ia tau, yang menelpon pasti seniornya yang menyuruhnya untuk segera kesanggar.  Aisyah mencari Umi dan Abah pemilik pondok untuk ijin, setelah mendapatkan ijin Aisyah segera berjalan. Dan sampai di gerbang asrama Aisyah terkejut, karna sudah ada seniornya yang menunggunya di atas motor. Aisyah langsung menaiki motor itu.

Ternyata benar, semua sudah berkumpul dan tinggal menunggu Aisyah. Aisyah agak sedikit terganggu, karna ia harus kembali bertemu dengan laki-laki yang masih mengusik tempat di hatinya. Abdian,yah laki-laki itu masih menetap tak mau pergi dari posisinya di hati Aisyah. Sekeras mungkin Aisyah mencoba masuk dalam suasana nyata. Selama perjalanan Aisyah lebih banyak diam, dan sesekali ikut berbicara ketika ditanya oleh Andri yang menyetir, sedangkan Abdian sesekali menggoda Aisyah. Andri tau betul hubungan Abdian dan Aisyah sedikit tak baik, karna Abdian sangat dekat dengan Andri dan sudah menceritakan semuanya pada Andri. Andri mencoba ikut menggoda Aisyah, sedangkan Aisyah yang di goda hanya menanggapi seadanya, namun itu membuat Andri semakin geram dan ingin terus menggoda Aisyah. Sampai sifat manja kekanakan Aisyah terlihat, Andri dan Abdian tertawa puas. Aisyah merasa itu jebakan, dan ia memilih memejamkan matanya memaksa untuk tidur. Namun, bukan Aisyah namanya jika di perjalanan bisa tidur terlelap. Karna Aisyah tipe orang yang sangat suka melihat pandangan apalagi ketika dalam perjalanan, suasana pedesaan, hutan, sungai, pepohonan, kebun dan rumah warga yang mereka lewati menjadi pemandangan seru tersendiri bagi Aisyah.

Menempuh 6 jam perjalanan, Aisyah dan rombongan mampir ke sebuah tempat wisata air terjun. Aisyah sangat senang. Ia tersenyum melihat keseruan, Andri,Abdian, Rangga, Sinta, dan Raya ketika bermain air. Aisyah ingin ikut, namun sayang, ketika mampir di rumah makan tadi Aisyah ke kamar mandi dan melihat bahwa ia sedang Udzhur. Melihat Aisyah melamun di pinggiran aliran air terjun, sifat jahil Andri terlintas.  

"Syah, ikutan dong main sebentar aja. Gak terlalu basah kok. Sejuk loh airnya."  Ajak Andri pada Aisyah yang di balas gelengan oleh Aisyah. Merasa usahanya gagal, Andri tak mau kalah, ia berjalan perlahan mendekati Aisyah dan menarik lengan Aisyah. Aisyah yang sibuk dengan pikirannya terkejut dan tak bisa apa-apa karna takut kepleset saat menginjak bebatuan.

"Ka Andri, Aisyah takut basah kak. Gamis Aisyah nanti kotor. Terus takut tembus kak." Jawab Aisyah polos, membuat Abdian ikut ingin menjalin Aisyah.

"Trus bi, jarang-jarang Aisyah pasrah begini." Teriak Rangga dan Raya melihat Aisyah yang mulai pasrah. Aisyah hanya diam ketika ia d tarik ketengah aliran air. Aisyah ingin menangis, bukan atas candaan teman-temannya. Tapi karna ia rindu saat seperti ini bersama keluarganya. Aisyah mencoba menghilangkan kesedihannya dengan berjalan menyusul teman-temannya sambil menggerutu.
Abdian yang melihat itu hanya tersenyum. Aisyah tak pernah berubah, masih tetap mudah merasa jengkel.

***
Perjalanan kembali mereka lanjutkan setelah puas bermain air dan melaksanakan shalat magrib. Aisyah masih sibuk dengan pikirannya sendiri di kala teman-temannya sibuk bercanda dan tertawa menikmati perjalanan yang cukup jauh dari kota mereka. Abdian tak sengaja melihat wajah Aisyah yang senduh lewat kaca spion luar mobil. Ada sesuatu yang mengganggu pikiran Abdian. Apa yang membuat Aisyah begitu sedih, apa karna masalah di air terjun saat Abdian menjahili Aisyah. Ingin rasanya Abdian mencoba berbicara pada Aisyah,namun diurungkannya karna ia tau Aisyah takkan meresponnya.

Jam sudah menunjukkan lewat pukul 8 malam, Aisyah tergerak ketika melihat sebuah bangunan Masjid Agung yang terlihat megah. Aisyah ingin turun dan shalat disana, namun ia teringat bahwa ia sedang tidak suci. Aisyah mencoba berbicara pada Andri yang fokus menyetir sambil mengobrol dengan Abdian.

"Ka Andri, boleh nggak mampir ke masjid dulu. Masjidnya bagus." Ungkap Aisyah dengan hati-hati.

"Syah,bukannya kamu halangan? Kenapa mau mampir? Kita juga harus cepet syah. Lewat jam 10 malam daerah sana banyak begal Syah." Aisyah terdiam mendengar ucapan Andri, Aisyah hanya menghela nafas menatap masjid yang mulai jauh di belakang mobil dengan tatapan senduh.

"Besokkan masih ada waktu Syah. Sebelum kita balik ke Palembang kita mampir sekalian kita ke bukit sulap." Ungkap Abdian mencoba menghibur Aisyah. Aisyah hanya menjawab dengan anggukan.

Cerita Kelam AisyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang