Rindu

1.2K 40 0
                                    

Author POV
"Mak, Aisyah mana? Kok aku bangun dia gak ada? Dia udah berangkat kerja?" Egi memborong ibunya dengan segudang pertanyaan. Sejak bangun ia tak melihat Aisyah berada di rumah ini. Padahal ia berharap bisa melewati sarapan pagi bersama Aisyah. Tapi sayang Aisyah sejak jam 06 pagi tadi sudah tak ada di kamar.

"Kenapa kamu nyariin dia? Bukannya dia nggak berarti apa-apa buat kamu, meskipun sedang mengandung anakmu." Egi terdiam mendengar perkataan Ibunya. Tak mendapat jawaban yang sesuai harapan Egi, memilih naik ke ruang tv. Saat berada di depan pintu dekat tangga, Egi melihat sosok yang ia cari sejak tadi berada di depan tv. Istri yang sejak pernikahannya ia lupakan. Egi berjalan perlahan, tak mau mengganggu konsentrasi Aisyah menonton. Ketika tepat di belakang Aisyah, Egi memeluk Aisyah dari belakang Aisyah terperanjat dan berusaha melepaskan pelukan Egi.

"Biarin sebentar aja begini dek. Abang kangen sama kamu." Ungkap Egi menahan pelukannya yang berusaha di lepas oleh Aisyah.

"Aku gak nyaman di giniin Bang. Aku udah terbiasa Abang abaikan. Jadi kalo Abang tiba-tiba perhatian sama aku, aku ngerasa aneh. Risih bang."

"Abang tau, Abang salah. Abang udah mengabaikan kamu selama ini. Tapi Abang mohon maafin Abang. Bisa kita mulai semua dari awal lagi?"

"Aku gak tau bisa atau nggak bang. Aku gak bisa nyakitin perasaan Mia. Cukup aku yang tersakiti dalam hubungan kita. Jangan ada lagi yang harus Abang sakiti." Aisyah menangis, dan memaksa Egi melepaskan pelukannya. Aisyah memilih masuk ke kamarnya dan menguncinya dari dalam. Ia kembali menangis, rasa sakit itu masih ada. Ia belum bisa mengobatinya. Aisyah merebahkan tubuhnya di ranjang, ia menatap foto pernikahannya dengan Egi. Foto dimana Egi mengucapkan ijab qobul, dan disampingnya ada wanita lain yang juga memakai baju yang sama dengannya, hanya saja tak berhijab seperti Aisyah.

***
Egi sudah berpamitan pulang pada Ibunya sejam yang lalu. Ia kembali kerumahnya bersama istri pertamanya. Sampai saat ini Mia tak menunjukkan hal dirinya mengandung anak Egi. Padahal ia memaksa Egi menikahi nya karna hamil. Ia mengancam Egi, jika Egi tak menikahinya yang juga sedang hamil maka dia juga tak bisa menikahi Aisyah yang juga sama-sama hamil. Dengan langkah lesuh Egi memasuki pekarangan rumah yang ia tinggali bersama Mia.

"Kamu darimana aja? Semalaman gak pulang? Jangan bilang kamu main lagi sama perempuan? Mau berniat ninggalin aku? Iyah?" Mia menodong Egi dengan pertanyaan-pertanyaan itu. Karena ia tau bagaimana Egi. Meski sudah menghamili Aisyah, Egi masih bisa bebas melakukan itu pada dirinya juga tanpa memikirkan perasaan Aisyah. Apalagi pada dirinya yang belum hamil sampai saat ini. Mia sudah memeriksakan ke dokter, dan hasilnya Mia tidak akan pernah bisa hamil. Kalaupun itu terjadi ia akan selalu mengalami keguguran. Karna kondisi rahim Mia yang lemah, yang di sebabkan seringnya melakukan hubungan seks dari usia masih remaja. Yah, Mia sudah terbiasa melakukan itu dengan mantan-mantan kekasihnya sejak menginjak usia SMP. Dan selama berhubungan dengan Egi, ia selalu meminum obat KB.

Egi enggan berdebat ia memilih tidur. Egi berjalan di sebuah taman, ia melihat sosok wanita yang sangat ia kenali menggandeng seorang anak kecil perempuan yang wajahnya ditutupi cadar. Egi menghampiri kedua wanita itu. Tapi langkahnya terhenti ketika melihat sosok laki-laki mendekati kedua wanita itu. Wanita bergamis dan berjilbab lebar itu mencium tangan laki-laki itu, dan laki-laki itu mencium kening wanita itu. Dan wanita kecil tadi berceloteh tak jelas, kedua insan dewasa itu tersenyum dan mencium pipi gadis kecil itu bergantian. Wanita bergamis dan berjilbab lebar itu menoleh ke arah Egi berdiri dan tersenyum.

Aaiissyyaahhh
Egi terbangun dari tidurnya dengan peluh, ia mengusap wajahnya kasar. Ia merasa sakit jika Aisyah harus melanjutkan kehidupannya dengan laki-laki lain. Rasanya ia tidak ikhlas melepaskan Aisyah. Mia yang mendengar teriakan suaminya menyebut nama Aisyah memandang Egi dengan tatapan menuntut penjelasan.

"Apa maksudnya manggil Aisyah?" Tanya Mia pada suaminya yang masih berusaha mengumpulkan kesadarannya.

"Nggak papa. Aku cuma mimpiin Aisyah aja. Nggak perlu di besar-besarkan yah. Yang pentingkan aku selalu ada buat kamu." Ucap Egi mencoba merayu Mia agar tak naik pitam.

"Kamu belum jawab. Kamu mau niat ninggalin aku dan balik ke Aisyah? Awas yah,, aku gak terima. Aku istri pertama kamu. Kamu gak bisa ceraikan aku. Apalagi kalo kamu harus lebih milih perempuan itu. Apa yang kamu ambil dari dia sampe kamu ngehamilin dia?" Ungkap Mia pada Egi, Egi yang mendengar itu merasa jengah dan ingin marah tapi ia tahan. Kalau sampai ia memarahi atau bersiap kasar pada wanita ini, sudah di pastikan ia akan mengadu pada orang tuanya dan Egi akan di marah habis-habis. Berbeda dengan Aisyah yang hanya memendam segala yang ia rasakan.

***
Saat di kantor Egi memainkan Hpnya. Ia sedang mencari akunt Ig dan Fb Aisyah. Meski jarang di gunakan, ternyata wanita itu masih menyimpan foto ketika mereka bersama di akun pribadinya itu. Sama seperti pemiliknya, kini akunt sosmed itu sepi. Tak ada postingan baik foto,ataupun kata-kata bijak yang biasa Aisyah buat. Egi ingat kalau dulu Aisyah sangat senang membuat puisi dan akan memosting nya di FB. Tapi semenjak pernikahannya Aisyah tak pernah lagi membuat puisi, kemana kemampuan Aisyah itu? Egi terus mencari ke bawah kelak ada postingan Aisyah yang bisa meyakinkan dirinya Aisyah yang dinikahinya masih Aisyah yang dulu. Sampai ada sebuah foto, foto Aisyah bersama santrinya. Dengan caption

"Tak perlu mencari-cari kesalahan yang pernah aku lakukan dulu untuk alasan kau pergi. Jika kau ingin pergi maka pergilah, tapi jika kau sakit hati aku mohon jangan kembali padaku. Karna aku belum bisa menyembuhkan luka ini. Pertahankan lah kebahagiaan yang kau cari,meski tanpa diriku." Aku menangis membaca postingan itu. Aku tak pernah tau rasa sakit yang dirasakan Aisyah karnaku. Aku mencoba untuk mengirimnya pesan WA.

"Assalamu'alaikum dek." Aku mengiriminya pesan. Aku menunggu pesan darinya, tapi sudah 15 menit aku menunggu ia tak juga membalas atau membuka pesan itu. Kemana dia? Padahal dulu aku menjadi prioritas nya, meskipun ada pesan lain masuk pasti akan diabaikannya dan dia akan membuka pesan dariku. Tak berhenti aku mencoba menelponnya kini. Suara telpon menyambungkan beberapa kali.

"Hallo.. Assalamu'alaikum." Suara lembut itu masih sama.

"Wa'alaikumsalam dek." Jawabku ragu.

" Bang Egi? Ada apa pagi-pagi nelpon? Apa ada sesuatu terjadi sama Mia?" Aku mengerutkan keningku kenapa dia menanyakan itu. Aku memberanikan diri untuk mengakui yang aku rasakan.

"Nggak dek. Mia baik-baik aja. Aku cuma kangen sama kamu." Akhirnya aku bisa berkata jujur pada Aisyah.

"Maaf bang, aku lagi kerja. Assalamu'alaikum."

Tut Tut tuuuuttt
Suara telpon terputus sepihak, Aisyah mematikan telponnya. Egi yang mendengar jawaban dari Aisyah seperti itu merutuki dirinya bodoh. Terlalu berharap lebih akan reaksi dan respon Aisyah. Ternyata ia salah.

Cerita Kelam AisyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang