Penyesalan di Akhir

1.1K 38 0
                                    

Author POV
2tahun sudah Aisyah pergi meninggalkan Egi. Dan 2 tahun juga Egi berusaha mencari tau keberadaan istri dan anaknya. Tidak hanyaencari Aisyah di seluruh kota Palembang, bahkan Egi mencari Aisyah sampai ke Jakarta, Bandung, dan Semarang. Tapi semua sia-sia. Tak ada tanda-tanda Aisyah berada disana. Egi hampir frustasi dibuat, ini kali kedua ia harus melewati bulan Ramdhan tanpa anak dan istrinya. Para tetangga pun banyak yang mencemooh dirinya, yang terlalu bodoh menyia-nyiakan istri sebaik Aisyah demi istri yang angkuh dan sombong. Egi harus menahan pahit melihat pemandangan teman-teman seusianya yang bepergian bersama anak dan istri. Bahkan diusianya banyak pemuda kampung yang sudah memiliki 2 atau 3 anak.  Egi kembali teringat keinginan Aisyah memiliki anak kembar laki-laki perempuan. Egi tersenyum kecut di kala teringat masa-masa dirinya masih bersama Aisyah.

***
Aisyah sedang berkutat di dapur menyiapkan menu buka puasa. Arsell masih sibuk bermain di ruang tamu. Jujur Aisyah kasihan melihat Arsell yang harus tumbuh tanpa kasih sayang seorang ayah, tapi dia masih terlalu sakit hati atas perlakuan dan sikap Egi terhadapnya. Arsell tumbuh menjadi anak yang penurut dan suka bercerita seperti Aisyah. Diusianya yang masih menginjak 2 tahun, Aisyah sudah mengajarkan Arsell menutup auratnya. Dan Arsell pun sudah mampu menghafal doa-doa harian dan surah pendek.  Arsell lah penyemangat hidup Aisyah saat ini.  Aisyah menyambung hidup dari penghasilan penjualan online dan toko busana muslim yang ia dirikan dari meminjam modal pada Reza kakak angkat Aisyah. Dan beberapa kali juga Reza menemui Aisyah dan Arsell keponakannya untuk mengetahui kabar mereka. Reza menceritakan apa yang dialami oleh Egi pada Aisyah. Sang kakak percaya jika jauh d lubuk hatinya, Aisyah masih mencintai bahkan begitu mencintai Egi. Namun, ego mengalahkan semua itu.  Seusai menyiapkan menu berbuka, Aisyah membuka kunci layar ponselnya. Ia masuk ke icon galeri dan mencari foto laki-laki yang ia rindukan, namun di benci juga olehnya. Aisyah meneteskan air mata mengingat semua yang terjadi antara dirinya dengan laki-laki itu.

***
Adzan magrib baru saja berkumandang, pertanda waktu berbuka puasa wajib d laksanakan. Egi membaca doa dan segera membatalkan puasanya. Ia menatap satu persatu wajah keluarganya yang antusias memilih hidangan berbuka.
"Dek, kamu udah batalin puasanya belum? Batalin dulu sudah itu kita magrib jama'ah yah?" Semua anggota keluarga menatap sedih kearah Egi, laki-laki itu ngelantur seakan melihat Aisyah berada di tengah-tengah mereka.

"Gi, kamu ngomong apa? Nggak ada Aisyah disini. Istighfar Gi." Mendengar ucapan sang ibu, Egi tersadar dan segera bangkit dari duduknya untuk menunaikan shalat magrib. Risa menangis menatap keadaan anak laki-lakinya. Putranya itu terlambat menyesali semuanya, disaat Aisyah sudah tak kuat lagi bersabar dan memilih mundur baru Egi menyadari segala ketulusan Aisyah. Dalam hatinya, Risa berdoa semoga Allah memberi keajaiban pada keluarga kecil anaknya dan kembali mempersatukan anak, menantu dan cucunya.

Egi POV
Aku baru saja selesai menunaikan shalat magrib ku. Aku menuju meja makan, perutku sudah lapar. Karna ketika berbuka tadi aku hanya membatalkan dengan air putih saja. Aku baru teringat, ini adalah kebiasaan Aisyah. Dulu ia sering berpuasa Senin Kamis dan hanya membatalkan dengan air putih hangat, setelah shalat magrib barulah ia makan makanan berat. Ternyata meskipun sudah tidak berada di dekatku wanita itu masih mampu memberi pengaruh dalam kehidupanku.

Setelah pemecatan itu aku tak lagi bekerja, aku meminjam modal dari Abdian dan mendirikan sebuah usaha bengkel dan showroom cuci mobil dan motor. Jadi kapan aku jenuh di rumah aku akan pergi ke tempat usahaku itu. Tak sedikit pelanggan perempuan yang berusaha menggodaku dan mencari tau tentang diriku. Entah kenapa aku yang dulu sangat hobby menggoda wanita kini tak berselera sedikitpun menggoda atau tergoda.

Sebuah mobil Rush hitam memasuki area showroom, tak lama keluar seorang perempuan bercadar bersama seorang anak perempuan yang usianya sekitar 2-3tahun perkiraanku. Meski tertutup cadar, dari mata perempuan itu terlihat jelas ia wanita yang lembut. Kembali aku teringat ucapan Aisyah dulu. Ia ingin aku mengijinkannya bercadar jika kami sudah menikah.

Beruntung sekali laki-laki yang menjadi suami wanita ini. Memiliki anak dan istri yang Sholeha.  Aku bergumam pada diriku sendiri.

"Umi, Arsell haus. Apa puasa dak boleh minum sedikit aja kalo Arsell haus?"  Celoteh anak perempuan itu pada Ibunya, aku tersenyum. Tapi ada sedikit perkataan anak itu yang menyentil hatiku. Arsell apakah dia Arsellia Azzahra putriku? Dan apalah wanita bercadar itu Aisyah? Aku tak berani mendekati takut jika salah, aku memilih memperhatikan percakapan ibu dan anak itu.

"Sayangnya Umi, puasa itu menahan hawa nafsu dari amarah, haus, lapar, dll. Karna Arsell masih kecil Arsell bisa puasa setengah hari dan berbuka jam 12 siang nanti. Umi tanya, Arsell sayang Umi dan Abi kan? Arsell mau abiendapat hukuman di akhirat nanti karna Arsell melanggar perintah Allah?

"Nggak Umi. Arsell nggak mau Umi atau Abi d hukum sama Allah. Arsell mau jadi seperti Ibunda Fatimah Azzahra. Dan seperti Umi juga." Aku tersenyum melihat kedekatan ibu dan anak tersebut, anak itu mengingatkanku pada Arsell anakku. Apakah ia tumbuh seperti itu, menggemaskan dan selalu berceloteh? Seperti Aisyah yang sangat suka bercerita.  Aku kembali fokus melihat keakraban dua wanita beda usia itu.

"Umi, kapan Abi pulang? Apa Abi nggak kangen kita? Yang sering nengokin kita ke Linggau cuma om Reza. Abi nggak pernah, lama-lama Arsell taunya om Reza Abi nya Arsell."

"Kamu nggak boleh ngomong gitu. Abi masih punya tanggung jawab lain selain kita. Meski begitu kamu nggak boleh benci sama Abi. Karna apa, setiap dosa yang d lakukan anak perempuan maka ayahnya lah yang menanggung dosanya." Mendengar ucapan itu aku terperanjat, aku yakin dia wanita itu adalah anak dan istriku. Aku mendekati kedua wanita itu, sebelum mereka memasuki mobil karna mobil milik Aisyah sudah selesai di steam. Aku terlambat, Aisyah sudah melajukan mobilnya keluar dari area showroom. Aku segera mengambil jaket dan kunci motorku, aku tau tujuan mereka adalah rumah orang tua angkat Aisyah. Aku akan mengejar mereka kesana. Tunggu Abi nak, Abi akan jemput kalian.  Ucapku dalam hati seakan aku berbicara dengan Arsell putriku.

Author POV.
Egi baru saja sampai di rumah orang tua angkat Aisyah. Setelah bertanya pada orang tua Aisyah, dan ternyata Aisyah tidak berada di rumah itu. Egi menahan airmatanya. Saat ia akan kembali pulang, Reza baru saja tiba.

"Za, tolong kasih tau aku keberadaan Aisyah dimana. Kamu tau mereka dimana kan? Tolong kasih tau aku."  Reza bingung menatap Egi yang tiba-tiba menodongnya dengan perkataan.

"Aku nggak ngerti maksud kamu apa. Jangan menuduh tanpa bukti Gi."  Ucap Reza mencoba santai dan tak peduli.

"Aku tau kamu tau kalau Aisyah dan Arsell tinggal di Linggau. Dan kamu sering mengunjungi mereka. Kenapa kamu bohong Za?"  Mendengar ucapan Egi, Reza membulatkan matanya dan tak percaya tau darimana Egi bahwa Aisyah berada di Linggau dan dirinya sering mengunjungi adik dan ponakannya.

"Tadi ada ibu dan anak mencuci mobil di showroomku, dan aku dengar omongan si anak namanya Arsell. Awalnya aku nggak percaya. Tapi dari pembicaraan mereka aku yakin itu adalah anak dan istriku. Aku mohon Za, beritahu aku dimana mereka sekarang. " Ibu dan ayah Reza memberi kode agar Reza mengajak Egi masuk. Dan baiknya memberitahukan semua pada Egi.

Cerita Kelam AisyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang