Pulang

2.2K 64 0
                                    

Author POV
Saat ini Aisyah dan teman-temannya baru saja selesai melaksanakan upacara adat pernikahan alumni mereka. Upacara adat yang sudah menjadi tradisi juga di organisasi mereka untuk melepas alumni yang menikah. Setelah di lepas oleh pihak keluarga pengantin dan di bekali makanan untuk d perjalanan Aisyah dan teman-temannya berpamitan.  Hari ini raut wajah Aisyah sudah sedikit cerah, Aisyah memang sulit di tebak suasana hatinya..
(Duh Aisyah jangan aja bikin author bingung nanti Aisyah tiba-tiba diam. Hhehehe)

Entah apa yang membuat suasana di dalam mobil sepi, Aisyah merasa risih. Meskipun ia suka menyendiri tapi Aisyah tak suka suasana seperti ini. Aisyah menghela nafasnya pelan. Jengah dengan situasi saat ini.

"Kak kita jadikan mampir ke Masjid Agung semalam? Aisyah pengen banget mampir kak." Ucap Aisyah spontan membuat Abdian dan Andri saling pandang.

"Aisyah pengen banget yah mampir? Kita mampir ke bukit sulap aja yah. Habis itu kita pulang. Kaka takutnya kecapean nyetir Syah."  Jawab Andri hati-hati mencoba menjelaskan pada Aisyah.

"Yah kakak. Aisyah padahal udah semangat pengen kesana. Semalamkan janjinya pas kita pulang ke Palembang mampir ya." Terdengar nada kecewa pada perkataan Aisyah. Abdian mencoba merayu Aisyah supaya tidak memaksakan, karna selama perjalanan berangkat sampai pulang ke Palembang lagi Andrilah yang menyetir, ditambah salam Andri mengotot ingin menonton bola.

Aisyah kembali kecewa, ia harus memendam dalam-dalam keinginannya berfoto di bangunan masjid yang megah dan mewah itu. Bernuansa biru tua dan kuning. Entah, semenjak Aisyah memilih mualaf ia sangat suka bangunan masjid besar dan indah.

Aisyah POV
Saat ini kami sudah sampai di tempat wisata bukit sulap Lubuk Linggau. Aku melihat teman-temanku sibuk berfoto dan tersenyum ceria. Beberapa kali Raya, dan Abdian mengajakku berfoto tapi aku tolak. Begitupun dengan Andri yang menawarkan diri siap menjadi foto grafer untuk memotoku. Tapi aku tolak dengan senyuman.  Aku berjalan menuju mobil, entah aku ingin sekali ke masjid itu. Aku tak ingin melewatkan moment berfoto disana.

Ku ambil Hp ku dari dalam saku gamisku, tiba-tiba aku mendengar suara seseorang berbicara padaku. Aku menatapnya, ia adalah Abdian.
"Baru sebentar aku melihat kamu ceria dan senyum pagi tadi. Dan sekarang kamu kembali murung. Masih mikirin untuk mampir ke Masjid Agung?" Tanyanya padaku, aku menggeleng pelan dan memalingkan wajahku.

"Syah,sampai kapan kamu bersikap dingin terhadapku? Ap-"

"Kaka nggak perlu merasa bersalah karena masalah kita dulu. Bukan Kaka yang menyakiti aku, tapi diriku sendiri ka yang menyiksa aku. Maaf kalau sifat Aisyah bikin Kaka selalu merasa bersalah. Aisyah sedang mencoba ingin berdamai pada diri Aisyah. Sulit untuk menghilangkan sakit hati karena diusir oleh orang tua atas pilihan Aisyah berhijrah kak." Jawabku yang hampir meneteskan air mata di depan Abdian. Aku melihat wajah terkejut Abdian saat aku menjawab perkataannya, aku memilih meninggalkannya dan masuk kedalam mobil. Aku tak mau ia melihat aku kembali menangis. Setelah ia melihat aku menangis saat kami sedang berkemah.

Tak lama, Abdian dan yang lain pun memasuki mobil. Ku lihat Andri memilih memasang musik DJ. aku hanya mendengarkan alunan musik tanpa ekspresi. Aku tak tau sejauh mana lamunanku selama perjalanan hingga tangan raya menyadarkan ku menandakan agar aku ikut turun. Aku mengerutkan keningku, tak percaya dengan apa yang aku lihat di depan mataku. Ini bangunan Masjid Agung. Aku tersenyum dan mulai berlari-lari kecil. Aku mengedarkan pandanganku ke setiap sudut luar Masjid. Aku tau aku sedang tidak suci, itulah sebabnya aku tak masuk kedalam bangunan.

"Gimana seneng? Akhirnya bisa kesini?" Tanya raya padaku. Aku mangganguk memeluknya

"Bilang makasih tuh ke Ka Abdian, udah bujuk Ka Andri untuk kesini."  Jawab Sinta, dan aku mengangguk lagi sambil tersenyum memandang ke arah Abdian yang mulai memasuki Masjid. Mungkin dia akan shalat bersama Rangga dan Andri.

"Kalian nggak shalat?" Tanyaku pada Sinta dan Raya yang hanya dijawab gelengan. Menunggu para Ikhwan shalat aku diajak berkeliling oleh Sinta dan Raya, kami juga mampir membeli es kacang merah di luar Masjid.

Abdian POV
"Yah Allah jika engkau memang menjodohkan dirinya denganku mudahkanlah segala urusan kami yah Allah. Aku sadar aku sudah menyakiti wanita yang sekarang berstatus kekasihku tapi hatiku masih saja mengingat wanita ini. Berilah ia kekuatan dalam menjalani cobaan yang Engkau berikan. Lindungilah ia sampai aku bisa menghalalkannya. Amin Ya Robbal Allamin." Aku mengakhiri doaku. Aku segera menyusul Andri dan Rangga yang sudah lebih dulu selesai shalat. Ketika keluar dari Masjid, mataku langsung mencari sosok yang ada dalam doaku tadi. Ia kembali tersenyum. Aku senang, melihatnya tersenyum. Walaupun harus sedikit memaksa Andri untuk mampir ke Masjid ini, setidaknya Aisyah kembali tersenyum. Andri sudah sangat paham kenapa aku memaksanya untuk mampir sebentar saja kesini. Kami berjalan menghampiri para akhwat yang sedang sibuk berfoto. Aku melihat Aisyah memegang gelas bekas es kacang. Yah, aku tau itu es kacang karna jajanan itu sangat terkenal disini.

"Kayaknya ada yang diam-diam minum es kacang nggak nawarin lagi. Dasar yah calon ibu-ibu kalo udah bareng lupa sama yang nyetir sama yang ngerayu supir buat mau kesini."  Sindirku sambil melirik Aisyah yang langsung menyembunyikan gelas es nya sambil menunduk. Kami tertawa melihat tingkahnya. 

"Sebagai gantinya Aisyah harus beliin es kacang buat Kaka. Cepet Syah, Kaka haus." Ucap Andri yang di balas dengan pelototan mata dan sikap kekanakannya. Aku tersenyum, Andri paling bisa membuat Aisyah merasa jengkel. Hingga akhirnya Aisyah mengalah dan membelikan kami 3 cangkir es kacang. Aku melihat Aisyah yang masih sibuk berceloteh karna merasa ia lemah untuk melawan Ikhwan.

Author POV
Setelah selesai menghabiskan es kacang, perjalanan kembali ke kota Palembangpun di lanjutkan. Aisyah mencoba memejamkan matanya, ia kembali teringat dengan wajah Ikhwan yang ia lihat ketika shalat Ied. Ia segera membuka mata dan beristighfar, dalam hatinya merapalkan doa agar ia dijauhkan dari zina kecil itu. Ia tak ingin menambah dosa, setelah selama 21tahun ia penuh dosa tidak mengenal Allah dan Islam. Aisyah melirik pada Andri fokus menyetir, Abdian dan yang lain tertidur pulas.

Aisyah ingin mengajak Andri mengobrol agar tak jenuh, tapi ia bukan tipe wanita yang mudah mencari pembahasan. Melihat tingkah Aisyah yang sedikit aneh Andri menyarankan Aisyah untuk tidur. Karna selama perjalanan ia tak pernah tidur. Aisyah hanya mengangguk mendengar perkataan Andri.  Aisyah mencoba memejamkan mata dan mencoba masuk ke alam mimpinya. Tapi tak bisa, entah apa yang mengganggu pikirannya. Aisyah melirik layar Hp nya untuk melihat jam. Jam menunjukkan pukul 3 soreh dan perjalanan masih jauh untuk sampai ke Kota Palembang. Ia rindu kamar dan tempat tidurnya di asrama. Aisyah kembali membenarkan duduknya. Ia memilih sibuk main hp, dan membuka beberapa notifikasi di Hp nya.

 

Cerita Kelam AisyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang