Lelaki yang Sama

1.8K 64 0
                                    

Author POV
Saat ini Aisyah sudah kembali ke Palembang. Semalam Aisyah sampai di asrama pukul 12 malam. Aisyah bangun dan merapikan tempat tidurnya dan segera mandi. Hari ini aktivitas d sekolah tempatnya mengajar mulai membuka pendaftaran siswa baru. Dan Aisyah menjadi salah satu panitianya.  Aisyah, begitu bersemangat berangkat. Sesampainya d kantor Aisyah membantu sesama guru menyiapkan berkas pendaftaran siswa baru. Tidak banyak pekerjaan yang harus di kerjakan Aisyah hanya membantu yang ia bisa. Tidak terasa waktu menunjukkan waktu shalat Jum'at,karna saat itu bertepatan hari Jum'at. Aisyah memilih merebahkan badan di balik meja yang sedikit panjang. Ia hanya mendengar celotehan temannya yang mengatakan ia wanita pelor (nempel molor).

Setengah jam Aisyah memejamkan mata, ia terbangun karena mendengar suara seseorang yang akan mendaftarkan anaknya. Aisyah berusaha mengumpulkan nyawanya. Ketika sudah sedikit merasa segar Aisyah bangkit. Aisyah terkejut melihat pemandangan 3 orang di hadapannya. Aisyah berusaha menetralkan perasaanya. Saat tidak sengaja mata elangnya bertemu dengan mata Ikhwan yang beberapa hari belakangan mengganggu pikirannya. Aisyah segera menundukkan pandangannya, sekilas Aisyah melihat Ikhwan itu mengerutkan kening seperti mencoba mengingat sesuatu.  Di saat teman-temannya sibuk menggoda Ikhwan itu berbeda dengan Aisyah yang dari tadi mengobrol dengan seorang ibu, ibu itu adalah ibu dari Ikhwan yang mendaftarkan adiknya untuk mondok di pesantren kami.

"Syah, apa kabar? Kebetulan ada kamu ibuk jadi bisa nitipin Riski disini."  Ungkap wanita itu pada Aisyah yang d balas senyuman dan anggukan. Kembali Aisyah menatap sekilas Ikhwan itu, kini ia tersenyum pada Aisyah.

"Aaayy,kayaknya aku keduluan buk Aisyah. Dia sudah kenal sama mamaknya si Abang." Goda salah satu teman Aisyah. Dan Aisyah hanya menjawab dengan gerutuan. Aisyah kembali duduk, di kursinya. Tapi Indra pendengarnya bekerja merekam apa yang di bicarakan Ikhwan tersebut, ternyata dia sebagai wali dari santri baru dan siswa baru itu. Ketika mereka berpamitan Aisyah hanya menunduk.

Sepeninggal Ikhwan dan ibu itu Aisyah menjadi bulan-bulanan pertanyaan temanya. Bertemu dimana, bisa kenal dimana, dan kenapa bisa seakrab itu. Dengan enteng Aisyah hanya menjawab seperlunya.

"Kok ibunya bisa kenal kamu Syah? Ketemu dimana? Kenal dimana? Berarti anaknya yang besar tadi kenal kamu juga? Kalah cepet nih aku." Jengkel seorang teman Aisyah yang memang suka menggoda laki-laki tampan.

"Pas lebaran di dusunnya, aku silaturahmi ke rumahnya. Dan ketemu sama ibunya. Kalo kebal gaknya aku gak tau buk. Gak ngurus. Kalo mau ambil aja. Aku gak respek."  Jawab Aisyah santai

"Awas gek malah becewekan kalian. Karma nanti kamu Syah." Celetuk teman Aisyah yang lain.  Mendengar pembahasan mulai tak penting Aisyah memilih pamit pulang keasrama.

***
Aisyah POV
Aku tak menyangka akan bertemu dia lagi. Dua Minggu aku berusaha melupakan wajah itu, ternyata masih teringat jelas. Aku berjalan ke asrama putri dengan sedikit perasaan tak enak. Entah kenapa degup jantungku terasa berlomba-lomba. Sesampainya aku dihalaman asrama, aku mengucap salam dan memasuki rumah Umi. Aku menyalami Umi, dan mataku kembali menangkap sosok itu. Ibunya berjalan kepadaku meminta nomor Watshapku, agar bisa menghubungi pihak asrama dan pondok juga menanyakan kabar anaknya yang akan mondok di sini. Aku menyebutkan nomorku. Sesudahnya aku berpamitan untuk ke kamarku. Saat di kamar, Hpku berbunyi. Notifikasi watshap dari nomor baru. Aku membuka notifikasi dengan sedikit bingung nomor siapa

"Assalamu'alaikum ustadzah ini walinya Riski. Egi".

"Wa'alaikumsalam akhi. Oh iya. Ana save nomornya. Ana Aisyah."

"😃"

Membaca chattingan terakhir darinya aku tersenyum. Aku menyimpan kontaknya.  Aku memilih merebahkan tubuhku, hingga tak terasa aku sudah terlelap. Aku terbangun ketika adzan ashar mulai terdengar. Aku segera bersiap shalat, sesudah melaksanakan kewajiban kita menghadap Illahi aku bersiap untuk mandi. 

***
Aku baru saja selesai melaksanakan shalat isya. Aku bingung saat ini belum waktunya santri lama kembali ke pondok. Aku tak ada kegiatan, Hp pun sepi dari notifikasi. Entah apa yang mendorongku ingin sekali mengirimkan pesan pada Ikhwan itu. Berkali-kali aku mengetikkan kata-kata berulang kali juga aku hapus. Aku meletakkan Hp ku frustasi d dekat bantal, tak lama aku mendengar notifikasi Hpku berbunyi. Mataku membulat membaca nama yang mengirim pesan WA.

*Egi
"Assalamu'alaikum ukh, sudah shalat?"

*Aisyah
"Wa'alaikumsalam. Alhamdulillah sudah. Akhi sendiri sudah?"

*Egi
"Alhamdulillah sudah juga. Apa ana ganggu ukthi?"

*Aisyah
" Alhamdulillah. Sudah sampai di dusunkah? Tidak akhi. Kebetulan tidak ada kegiatan, karna santri baru akan kembali ke asrama awal bulan nanti."

*Egi
"Oh ana takut ganggu. Belum ukh, kami masih d Palembang menginap di tempat sanak."

*Aisyah
"Oh ana fikir sudah d dusun." R

Percakapan chattingan kamipun berakhir. Entah kenapa aku merasa aku harus mengatakan hal yang aneh ini. Tapi aku takut. Saat aku sibuk dengan fikiranku, teman sesama pengurus datang menghampiri. Dan mengajak mengobrol d kamarnya. Aku pun mengiyakan, setelah dia bercerita. Aku bergantian bercerita padanya menanyakan sarannya. Apa yang harus aku lakukan tentang apa yang aku rasakan ini.

"Coba aja dulu chatt dia. Mungkin bisa sedikit tenang. Jujur aja, udah waktunya juga kamu buka hati. Umurmu sudah menginjak 23tahun tapi belum mau mencari pendamping. Siapa tau jodoh."  Jawab temanku enteng.  Aku melihat jam sudah pukul 9 malam. Mungkin dia sudah tidur,kecapekan ngurusin administrasi adeknya. 

Author POV
Aisyah sedang diambang mimpi. Samar-samar mendengar suara notifikasi di Hp nya. Ia menyentuh layar Hpnya. Notifikasi "1orang mengirimkan pertemanan".. notifikasi pertemanan di FB Aisyah. Aisyah membuka, dan melihat foto profil seseorang yang mengirimi pertemanan padanya. Dia adalah calon santri baru tadi, Riski. Aisyah langsung memilih konten terima pertemanan.  Tidurnya merasa terganggu, Aisyah tidak bisa tidur kembali. Ketika ia sibuk main FB, ada notifikasi pesan fb, Aisyah membuka dan ternyata pesan dari Riski.

*Riski
"Assalamu'alaikum buk. Buk, aktif pondok tanggal berapa?"

*Aisyah
"Wa'alaikumsalam. Untuk pondok tanggal 16 sudah di sini. Untuk sekolah tanggal 17."

*Riski
"Oiyah makasih buk."

*Aisyah
"Sama2. Semoga betah yah. Dan semoga ilmunya bermanfaat nantinya."

*Riski
"Aamiin. Makasih buk. Belum tidur buk?"

* Aisyah
"Belum. Kamu sendiri?"

*Riski
"Belum buk. Oiyah buk dapat salam dari kak Egi."

*Aisyah
"Wa'alaikumsalam."

Membaca pesan terakhir dari Riski, Aisyah memilih mematikan data internetnya. Tapi pikirannya masih ke perkataan yang di katakan Riski. Ada apa dengan perasaanya ini. Aisyah merasa kesal sendiri. Kenapa ia harus melihat Ikhwan itu pada saat akan shalat Ied.

Cerita Kelam AisyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang