Maretha Adeeva Rolando Wijaya

1.1K 39 0
                                    

Author POV
Hari mulai malam, Edward mengajak Aisyah dan Egi makan malam di salah satu restoran kristal milik keluarga Aisyah yang berada di pusat perbelanjaan di Jakarta. Selain perusahaan properti, dan restoran keluarga Aisyah juga memiliki beberapa pusat perbelanjaan besar di beberapa kota seperti Bali, Jogja, Medan, dan Jakarta. Dan saat ini sedang dalam proses pembangunan Restoran dan Mall besar milik keluarga Aisyah di kota Balikpapan. Edward mengajak adik dan adik iparnya itu makan di ruang VIP yang biasa di tempati keluarga Aisyah saat makan. Aisyah mengenang kebersamaan bersama keluarganya di ruang VIP itu,terpajang foto-foto masa kecil Aisyah bersama kedua orangtuanya. Dan ada sebuah foto besar di tengah-tengah dinding yang lebih tepatnya lukisan Aisyah, Edward dan kedua orangtua mereka. Saat itu Aisyah berusia 17tahun. Aisyah tersenyum miris melihat foto itu.

"Ok. Abang ngajak kamu kesini untuk makan malam sebelum besok kita mulai sibuk untuk membereskan beberapa masalah di perusahaan. Jadi Abang minta jangan jadi Ata yang cengeng dan manja. Sekarang sudah tidak ada tempat kita untuk bermanja-manja dek. Semua keluarga besar papa menganggap kamu sudah meninggal dan ingin merebut harta papa kalau bukan karna Om Togar memilih menghindar. Karna beliaulah yang memegang wasiat papa yang menyatakan seluruh perusahaan jatuh atas nama kamu. Dan Abang sebagai menager dan membantu kamu dalam menyelesaikan masalah di perusahaan. Abang di percaya untuk memegang anak cabang perusahaan dan restoran. "  Jelas Edward saat pelayan sudah pergi untuk menyiapkan pesanan mereka.

"Kenapa harus anak cabang bang? Aku belum bisa memegang perusahaan seluruhnya " ungkap Aisyah polos dan membuat Edward hanya tersenyum.

"Maka dari itu mulai sekarang belajarlah untuk mengurusi perusahaan. Abang akan kualahan mengurus dua perusahaan sekaligus. Apa kamu nggak kasihan sama Abang kalau harus terus ngurusin perusahaan tanpa memikirkan masa depan Abang."  Goda Edward membuat Aisyah tersenyum mengerti maksud abangnya.

Tak lama pelayan datang dengan segala hidangan yang telah di pesankan. Aisyah menatap tak percaya pada Edward. 5 tahun mereka tak bertemu, tapi kakak laki-lakinya itu masih ingat makanan kesukaan Aisyah. Ia tidak melupakan sedikitpun. Bahkan, dengan sengaja Edward tak merubah keadaan rumah mereka meski sudah setahun kedua orangtua mereka meninggal.

"Gi, Abang minta sama kamu bantu Aisyah untuk mengurus perusahaan. Kami bisa menjadi wakil direktur utama. Aku dengar kamu lulusan sarjana ekonomi bukan? Pasti tidak sulit untuk memahami permasalahan di perusahaan. Dan kita akan dibantu beberapa orang kepercayaan papa yang masih setia di pihak papa. Diantara 6 bersaudara hanya papa yang sukses merintis perusahaan. Jadi setelah papa meninggal banyak yang berusaha merebutnya. Di tambah 5tahun ini Aisyah menghilang tidak ada kabar. Dan aku yang posisinya hanya anak angkat tidak berhak menguasai seluruhnya perusahaan. Kalau saja, Om Togar dan Om Jack tidak menemukan keberadaan Aisyah mungkin perusahaan akan hancur karna di perebutkan 5 saudara itu " ucap Edward membuat Egi sedikit canggung. Dia sendiri bingung harus melakukan apa ini serba mendadak. Ia tidak tau kalau keadaan keluarga Aisyah penuh pertentangan dan persaingan meski mereka masih sekeluarga.

"Nggak perlu heran. Di adat kami anak bungsu berhak mendapat warisan yang lebih banyak dari anak yang lainnya. Rumah dan perkebunan sawit milik nenek di kampung jatuh atas nama papa. Dan papa memang tipe orang yang selalu kerja keras. Papa membangun perusahaannya dengan usahanya sendiri. Tapi saudara-saudara papa mengira itu adalah hasil menjual warisan yang papa dapat. Sedangkan warisan itu tidak disentuh papa sama sekali. Bahkan rumah peninggalan nenek sengaja papa renovasi dan ditempati oleh Abang keduanya papa. Cuma satu abangnya papa yang tidak pernah mengusik apapun milik papa. Tapi beliau sudah meninggal, dan keluarganya tidak berani ikut campur urusan papa dengan yang lain. Bahkan saat papa masih hidup saudara-saudaranya terang-terangan ingin merebut apa milik papa. Apalagi sekarang papa sudah meninggal. Pasti mereka lebih gencar lagi merebut semua harta papa. " Ucap Aisyah yang melihat Egi seperti berfikir.

"Abang cuma bingung. Apa mereka juga akan membenci keluarga kita? Apalagi dengan masalah yang terjadi sebenarnya antara kita dek. " Ungkap Egi sedikit ragu melihat kearah Edward yang tersenyum manis padanya.

"Kamu tenang aja Gi.  Keluarga yang lain tidak ada yang tau masalah kalian. Om Jack merupakan pengacara pribadi sekaligus sahabat papa. Dia mencari informasi tentang Aisyah  secara diam-diam tanpa ada yang tau. Semua dilakukan atas wasiat dan permintaan terakhir papa. Aku aja udah nyerah mencari keberadaan Aisyah. Tapi Om Jack yakin kalau Aisyah masih hidup. Dan dia berusaha mencari keberadaan Aisyah." Ungkap Edward meyakinkan Aisyah dan Egi.

Mereka menikmati makan malam dalam keheningan. Egi sesekali menatap Aisyah dengan tatapan tak terbaca. Ia seakan melihat sosok Aisyah yang selama ini terpendam. Sosok Aisyah yang dingin dan misterius. Egi semakin penasaran seperti apa sebenarnya wanita yang menjadi istrinya ini. Egi beruhasa menikmati makan malamnya meski pikirannya melayang entah kemana. Dan itu dapat di lihat oleh Edward.

Setelah selesai makan malam, mereka kembali ke rumah. Edward menyuruh Aisyah untuk beristirahat karna besok dia akan mengajak Aisyah ke kantor miliknya. Untuk saat ini keberadaan Aisyah harus di sembunyikan dari keluarganya. Karna jika sampai keluarga mengetahui keberadaan Aisyah dan mengetahui Aisyah manish hidup itu akan sangat membahayakan nyawa Aisyah. Dan itu akan memberi jalan pada keluarga Aisyah untuk merebut semua harta orangtua mereka.

Malam semakin larut, dan Edward masih duduk termenung di ruang kerjanya. Menatap sebuah foto besar dimana terdapat dirinya, Aisyah dan kedua orangtua mereka. Edward menatap foto itu dengan tatapan yang tak terbaca. Ia mengepalkan tangannya menahan airmatanya. Sekuat tenaga ia berusaha bertahan untuk tidak menangis.
' Edu sudah menemukannya pah, mah. Edu sudah menemukan dek Ata. Edu janji akan menyingkirkan siapapun yang berusaha mencelakai adek. Edu janji akan jaga dia dan keluarganya. Papa sudah menjadi seorang kakek sekarang. Ata sudah punya anak dan sudah menikah pah. Apa papa sudah tenang? Beristirahat lah dengan tenang pah, mah. Biar masalah disini Edu yang urus. " Batin Edward dan airmatairuh begitu saja di pipinya. 

Edward keluar dari ruang kerjanya dan berjalan ke  taman belakang rumah untuk menikmati suasana malam. Dia menangkap sosok yang baru dikenalnya duduk di bangku taman sambil menyesap sebatang rokok. Edward berjalan mendekati sosok laki-laki itu yang kini menjadi adik iparnya.

"Apa Aisyah tidak pernah memarahimu kalau ketauan merokok?" Tanya Edwar menyadarkan lamunan Egi.

"Aisyah tidak pernah mengatakan dia tidak suka lelaki yang merokok. Tapi dari sikapnya aku tau. "

"Lalu kenapa kau masih merokok? Dia paling benci benda itu. Bahkan dia pernah menghajarku karna aku merokok di depannya. "

"Entahlah. Sudah kebiasaan ku."

" Berhentilah sebelum kau membangunkan singa betina untuk menerkam mu. "

"Hahaha aku rasa dia tak seganas itu"

"Benarkah? Kau belum mengenalnya. Bahkan di keluarga dia sangat dikenal perempuan pembunuh berdarah dingin."

"Itu sangat menyeramkan. Apa dia sesadis itu?"

"Dulu. Dan tak tau apakah sekarang masih. Tapi dari matanya aku bisa melihat dia masih sama. Dia masih Maretha Adeeva Rolando Wijaya yang aku kenal. Adik sepersusuan ku." Tegas Edward membuat Egi terdiam.

Cerita Kelam AisyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang