Sahabat Lama

995 33 0
                                    

Egi POV
Aku menangis dalam diam. Jeritan Aisyah saat menangis karna mengetahui kondisinya yang sebenarnya sangat menyakitkan buatku. Aisyah masih terus mencengkram bagian belakang kaos yang aku pakai. Dia menempelkan wajahnya ke dadaku, sesekali aku mendengar ia sesenggukan. Tangisannya tadi begitu memilukan bagi siapapun yang mendengar. Aku masih terus mengusap punggung Aisyah. Dia terlihat sangat nyenyak tidur dengan posisi ini. Aku mencoba untuk bangkit dari posisiku. Biar bagaimanapun aku tidak mau membuat badan Aisyah terasa pegal karna posisi tidur seperti ini. Baru sedikit saja aku bergerak, terpaksa harus berhenti karna Aisyah ikut menggerakkan kepalanya di dadaku. Mencari posisi nyaman,sampai ia menemukan posisi nyamannya dan membuatku terpaksa harus tetap pada posisiku. Karna saat ini posisi wajah Aisyah sedikit menengadah, dengan tumpuan dagu nya di dadaku. Wajah cantiknya terlihat sangat lucu dengan posisinya seperti sekarang, apalagi Aisyah memiliki wajah baby face. Aku mengecup keningnya sekilas, dan itu berhasil membuat Aisyah sedikit terusik. Terbukti ia mengerjapkan matanya dan mencoba untuk membuka mata. Aisyah memang tipe orang yang mudah bangun dari tidurnya sepulas apapun, kecuali jika ia diberi obat tidur.

Aisyah membuka matanya sempurna, sehingga pandangan kami saling bertemu. Mata elang dengan tatapan tajam miliknya dengan bola mata berwarna hitam pekat membuatku tak bisa berkutik. Aku melihat buliran air mata menumpuk di pelupuk mata Aisyah. Aku mengusap kepalanya lembut. Dan dia kembali menelusupkan wajahnya ke dada bidangku.

"Aku lumpuh. Aku sangat menyedihkan." Ucapnya membuat aku merasakan sakit.

"Sssssttt sudah dek. Yakinlah kalau Allah ngasih cobaan ini karna tau kamu itu wanita yang kuat." Jawabku mencoba menghiburnya.

"Apa Arsell akan mau menerima kondisiku seperti ini? Arsell pasti akan sangat malu memiliki ibu sepertiku. Cacat, tidak bisa berjalan. Apa aku masih bisa berjalan?"

"Insyaallah sayang. Kita akan lakukan apapun supaya kamu bisa jalan. Kata dokter Andika, setelah dinyatakan sehat kamu akan mengikuti beberapa terapi supaya bisa berjalan. Kamu harus bisa sabar menghadapi semua ini. "

"Tapi gimana kalau aku nggak bisa jalan lagi?"

"Kamu ngomong apa sih dek? Kan kamu sendiri yang dulu sering nasehatin aku. Hasil tidak akan pernah mengkhianati usaha. Kalau kita bersungguh-sungguh untuk kesembuhan kamu. Allah pasti akan berikan hasil yang sepadan. Kamu jangan sedih lagi yah." Ucapku mengusap lembut kepala Aisyah. Dan Aisyah hanya mengangguk pelan.

"Aku takut. "

"Sssttt jangan takut. Ada Abang disini yang akan terus jaga kamu dek."

"Aku bosen di kamar terus. Aku mau jalan-jalan tapi aku nggak bisa jalan."
Suara Aisyah sedikit bergetar mengucapkan itu. Ia menahan tangisnya. Aku beranjak dari brankar dan berjalan menuju pintu kamar inap Aisyah. Dimana di sudut pintu tersebut terdapat kursi roda.

Author POV
Egi berjalan mendorong kursi roda itu kearah brankar Aisyah. Aisyah menatapnya dengan senyuman kecil. Senyuman yang lama tak terlihat oleh Egi. Setelah mengunci rodanya, Egi perlahan mengangkat tubuh Aisyah dan mendudukkan Aisyah di atas kursi roda.

"Susah siap nyonya untuk meluncur?" Tanya Egi dengan bergaya siap mendorong kursi roda. Dan diangguki oleh Aisyah. Egi mulai mendorong kursi roda itu, Egi membawa Aisyah untuk menikmati suasana taman di halaman belakang rumah sakit ini.

Tak ada yang membuka suara, keduanya sibuk dengan pemikiran masing-masing. Sampai sebuah suara menyadarkan mereka berdua. Dan Aisyah terkejut melihat siapa yang berdiri di belakangnya.

"Aisyah" mendengar namanya di sebut, Aisyah dan Egi menoleh ke sumber suara. Egi menatap heran dengan wanita seumuran Aisyah yang berdiri di belakang mereka. Berbeda dengan Aisyah yang menatap gadis itu dengan tatapan tak percaya.

"Kamu? " Lidah Aisyah keluh, ia tak mampu bersuara melihat sosok yang sudah 15tahun tidak ia lihat.

"Ternyata bener kamu Aisyah. Apa kabar? Lama kita nggak ketemu. Aku denger kamu sudah menikah. Ini pasti suamimu yah?." Bondong gadis itu dan menatap ke arah Egi yang masih terpaku.

"Kenalkan Mas, saya Shally kawan SMA nya Aisyah di Jakarta dulu." Shally menjabat tangan Egi yang hanya di balas anggukan oleh Egi.

"Shall. Bukankah kamu?" Aisyah tak sanggup melanjutkan kata-katanya. Pikirannya sibuk memutar kembali kecelakaan yang terjadi 15tahun silam.

"Nggak Syah. Aku selamat. Waktu Bis yang kita tumpangi kecelakaan kamu masih inget kamu dorong aku waktu aku mau bantu kamu. Karna dorongan kamu itu aku terpental ke arah pintu  bis yang terbuka dan aku terguling ke jurang. Sedangkan kalian masih di dalam bis dan bis terus berguling. Aku nggak sadarkan diri, sampai besok paginya aku sadar dan inget kecelakaan yang menimpa bis kita. Aku berteriak minta tolong. Dan ada sepasang petani membantuku. Dan aku di rawat oleh mereka selama ini. " Ungkap Shally masih dengan senyumannya. Sedangkan Aisyah sudah menangis, mengingat kecelakaan naas itu terjadi, dan menyebabkan dirinya cacat.

"Lalu kenapa kamu nggak mengabari keluargamu? Mereka semua mengira kamu sudah meninggal dan..." Aisyah tak melanjutkan perkataannya.

"Maaf Syah. Waktu aku di rawat dirumah petani itu aku sakit hati keluargaku tidak mencoba mencariku. Padahal jelas-jelas jasadku tak ditemukan di kejadian. Dan aku minta maaf mungkin kamu dianggap jadi penyebab kematianku. Aku juga sudah menikah Syah. Sama ka Rian. Kaka tingkat kita, dari dia aku mendapat informasi kalau kamu disalahkan sebagai penyebab kematianku. Karna Putri melihat kamu mendorongku sampai  terpental keuar bis. Dan karna kamu duduk di dekat jendela dan mengalami benturan keras di tubuhmu menyebabkan selaput darah di bagian kewanitaanmu pecah. Itulah yang menyebabkan kamu gagal waktu tes masuk kebidanan. Karna hasil tes menyatakan kamu sudah tidak memiliki selaput darah itu. " Aisyah menunduk mendengar penuturan kawan lamanya itu, dan Egi tersentak mendengar apa yang barusan Shally ucapkan. Egi menatap Aisyah yang kini sudah menahan tangisnya. Ia mengusap pundak wanitanya itu.

"Tapi aku senang. Ada laki-laki baik yang mau menerima kondisi kamu." Ucap Shally beralih menatap Egi "jaga dan cintai Aisyah Mas. Dia sangat baik. Dia rela mengorbankan nyawanya sekalipun itu pada musuhnya. Hilangnya selaput darah Aisyah bukan karna dia sudah tidak perawan. Tapi karna kecelakaan naas yang kami alami saat kami dalam perjalanan kembali ke Jakarta setelah merayakan perpisahan sekolah di Jogja. "  Shally menangis. Dia mengusap lembut bahu Aisyah yang masih terdiam di kursi rodanya.

"Syah, aku pamit yah. Siang ini aku ada pasien. Oiyah, aku disini jadi dokter spesialis kandungan. Kamu istirahat, dan kalau sudah di perbolehkan untuk kontrol dan terapi jalani terapinya dengan rutin supaya kamu bisa jalan lagi. Kamu kuat Syah, aku akan usahakan mampir ke kamarmu di sela waktu aku tidak sibuk. Permisi."  Shally berlalu setelah berpamitan dengan Aisyah dan Egi.  Aisyah meminta untuk kembali ke kamar. Dan Egi menuruti permintaan Aisyah. Keduanya sama-sama diam sepanjang lorong rumah sakit menuju kamar rawat Aisyah.

Cerita Kelam AisyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang