Ngidam

2.5K 65 6
                                    

Aisyah terbangun saat mendengar suara adzan samar-samar masuk ke ruang pendengarannya. Ia sedikit meringis, merasakan ngilu di bagian kewanitaannya dan ingat akan apa yg terjadi semalam dengannya juga Egi. Aisyah berjalan, perlahan menahan ngilu untuk membersihkan diri. 15 menit, ia keluar dengan gamis rumahannya dan membangunkan suaminya untuk shalat berjamaah. Saat Egi sedang mandi, Aisyah segera menyiapkan perlengkapan shalat mereka. Aisyah sejenak berfikir, apa ia akan bisa melalui semua ini? Apa ia mampu mengambil alih apa yang seharusnya menjadi milik keluarganya? Aisyah terlalu takut, jika langkahnya akan membuat kelurga kecil yang ia bangun kini hancur sama seperti kelurga yang di bangun sang papa. Hancur karena keegoisan anggota keluarga dan rasa haus akan harta. 

Aisyah tersentak ketika merasakan sebuah tangan kekar memeluknya dari belakang.

"Masih subuh kok udah ngelamun? Ngelamunin apa coba?" Tanya Egi pada istrinya itu. Dan Aisyah hanya membalas dengan senyuman, dan menggeleng. Keduanya berjalan menuju sajadah yang sudah di bentang oleh Aisyah tadi. Menghadap sang pencipta, memohon Ridho untuk kehidupan mereka. Aisyah menangis, ketika dalam doanya ia mendoakan Arsell dan Marwah kedua anaknya yang ia tinggal diusia mereka yang masih kecil. Ia merindukan kedua bidadari kecilnya. Ia rindu canda tawa kedua gadis kecil itu, ia rindu memeluk tubuh mungil itu, dan rindu kegaduhan yang mereka buat ketika sedang bermain.

"Kamu ngelamun lagi. Ada apa dek? Cerita sama Abang. " Kembali Egi mengejutkan Aisyah, dan mengelus pipi Aisyah menghapus air mata yang tersisa di pipinya.

"Aku rindu anak-anak bang. Sedang apa mereka. Dan bagaimana keadaan mereka? Aku pengen ketemu." Suara Aisyah bergetar. Ia berusaha menahan tangisnya. Egi menarik tubuh wanita itu kedalam dekapannya. Mengelus lembut bahu smag istri.

"Mereka akan baik-baik saja. Karna mereka anak yang kuat. Mereka tidak akan senang kalau liat Uminya nangis dan cengeng seperti sekarang. Karna Mereka bisa kuat karna memiliki seorang Umi yang kuat dan tegar. Yang mampu menjadi contoh bagi mereka." Egi mencoba menghibur Aisyah. Aisyah sedikit tersenyum, dan kembali memeluk tubuh suaminya. Entah kenapa, Egi merasakan belakangan ini Aisyah sering sekali menangis, dan manja dengan alasan yang aneh.

***
"Gi, kamu temenin Aisyah di rumah aja.biar kantor aku yang urus. Aisyah butuh istirahat. Aku nggak mau dia pingsan lagi. Sebentar lagi dokter Andre datang. " Ucap Edward memerintah pada sang adik ipar dan hanya di jawab dengan anggukan oleh Egi. Setelah menghabiskan susu dan sarapan yang disiapkan Aisyah, Edward segera berangkat ke kantor, dan mencium sekilas kening adiknya. Ia tak peduli, bagaimana tatapan dan pikiran Egi. Yang ia tau, Aisyah adalah adiknya, dan wajar jika ia melakukan itu pada adiknya.

Setelah kepergian Edward, Egi membantu Aisyah untuk kembali ke kamar. Dan meminta Bik Ijah membersihkan meja makan. Tak lama, terdengar suara ketukan pintu kamar Aisyah dan Egi. Egi berjalan menuju pintu, dan membukanya. Terlihatlah Bik Ijah bersama seseorang dengan pakaian dokternya. Egi mempersilahkan dokter itu masuk ke dalam kamar, dan memeriksa Aisyah.

"Tensi darah normal, jantung normal. Tidak ada masalah. Kapan kamu halangan Syah? Apa siklus menstruasimu sering terlambat?" Ucap dokter Andre membuat Egi dan Aisyah saling tatap.

"Aku lupa untuk mengeceknya dok. " Jawab Aisyah santai. Karna, saat ini ia hanya terfokus pada kepalanya yang semakin terasa pusing dan sakit.

"Kamu tidak sakit. Kamu cuma kecapean, dan karna bawaan dari bayi yang kamu kandung. Usianya menginjak dua bulan. Jaga baik-baik bayi kalian. Dan jaga pola makan istri anda. "  Andre menatap tajam ke arah Egi, yang tidak mengetahui bahwa istrinya hamil. Egi hanya mengangguk, menatap Aisyah yang memberi senyuman indah padanya.

"Apa kau yakin istriku sedang hamil dok?" Tanya Egi pada dokter tersebut, takut jika yang ia dengar adalah sebuah kebohongan. Dan ternyata itu bukan kebohongan karna dokter tersebut mengangguk dan menyarankan agar mereka memeriksakan ke rumah sakit, agar mendapat jadwal periksa dan kontrol.  Setelah memberikan sebuah resep vitamin kepada Egi, dokter Andre berpamitan untuk kembali ke tempat prakteknya.

***
Soreh itu Aisyah dan Egi baru saja tiba di rumah. Mereka baru kembali dari rumah sakit untuk memeriksakan kehamilan Aisyah. Dan hasilnya, ternyata benar Aisyah mengandung sudah dua bulan. Edward berjalan menuju ke arah adiknya. Dipeluknya erat tubuh mungil Aisyah, tanpa terasa airmata menetes di pipi Edward. Ia merasa haru, hari bahagia seperti ini tidak bisa dirasakan oleh kedua orangtua mereka. Aisyah yang melihat sang kakak menangis, segera mengusap air mata dari pipi Edward.

"Jangan nangis kak. Aku akan selalu di samping kakak. Dan aku akan berusaha mengembalikan situasi keluarga kita. Meskipun papa sama Mama udah nggak ada lagi. Tapi cuma ini yang bisa aku lakukan untuk menebus semua kesalahan ku. " Ungkap Aisyah tulus pada Edwar. Edward kembali memeluk sang adik.

"Kaka janji, kakak akan jaga kamu dan jagoan kecil dalam perutmu. Papa pasti senang melihat keluarga ini begitu lengkap. Kamu benar-benar menurunkan sifat yang di miliki mama dek. Tenang tapi tak terlawan." Jawab Edward dan membuat Aisyah tertawa renyah.

"Kak, aku mau di buatin tumis cumi sama kakak. Aku kangen masakan kakak. " Tiba-tiba Aisyah merengek. Edward dan Egi saling tatap. Tak biasanya Aisyah meminta sesuatu dan merengek.

"Kamu ngidam? Ngidam kok haru ke aku? Minta aja sama suami mu. Dia nggak pernah ngelakuin apapun. Cuma bisa buatnya aja. " Celetuk Edward yang mendapat pelototan dari Egi. Meskipun Aisyah istri dari Egi, tapi adik perempuannya itu tidak pernah manja pada suaminya. Ia masih saja manja pada sang kakak.

"Kalau nggak mau juga gpp kak. Paling kakak yang malu, punya keponakan ileran nanti pas lahir."  Jawab Aisyah acuh dan segera memasuki kamar. Edward memilih pergi ke dapur menyiapkan yang diminta sang adik.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 09, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cerita Kelam AisyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang