Doa Untuk Sang Kekasih

1K 34 0
                                    

Author POV
Seminggu sudah Aisyah dalam keadaan koma dan belum ada tanda-tanda ia akan sadar. Reza kini sudah kembali ke Palembang untuk mengurus pekerjaannya, Ibu Egi pun sudah kembali untuk mengajar. Kini hanya Egi yang fokus selalu menjaga Aisyah bergantian dengan Dini adiknya. Doa tak hentinya di panjatkan, dan Egi selalu membaca Al-Qur'an di sisi Aisyah. Saat sedang membaca Al-Qur'an suara ketukan pintu ruang rawat Aisyah membuat Egi berhenti membaca. Ia melihat seorang suster datang dengan membawa kantung infus. Yah, memang sehari 2 kali infus akan diganti, dan ini sudah saatnya diganti karna infus yang menggantung dan mengalir ke lengan Aisyah sudah habis. Entah sudah berapa infus yang masuk ke tubuh Aisyah, namun ia tetap setia menutup matanya enggan bangun dan terbuka. Setelah selesai melakukan tugasnya, suster rumah sakit permisi dan berjalan keluar.

Egi menatap sedih wajah Aisyah yang begitu pucat dan mulai mengurus. Pipi chubby Aisyah yang dulu sangat menggemaskan bagi Egi kini tirus dan meninggalkan cekungan hitam di bawah mata Aisyah. Egi membayangkan kembali pertemuannya dengan Aisyah. Kala itu Aisyah di ajak oleh Icha untuk bersilaturahmi ke rumahnya. Dengan sopan dan santun Aisyah menyalami tangan Ibunya. Dan ketika Egi ingin menyalaminya dengan sopan pula aisyha menangkupkan kedua tangannya di depan dada. Membuat Egi merasa malu. Seakan terpesona, Egi tak berkedip memperhatikan bentuk wajah oval Aisyah, mata bulat dan hitam berpadu dengan pipi chubbynya juga bibir mungil yang membuat senyumnya begitu manis. Kulit sawo matang, dan bersih. Make up tipis dengan warna lipstik yang sengaja di pakainya tipis agar sewarna dengan kulit bibirnya semakin menambah kecantikan Aisyah. Penampilan sederhana dan selalu menunduk ketika berhadapan dengan lawan jenis. Itulah yang membuat Egi penasaran pada Aisyah. Bahkan sampai ia mencoba mencari informasi tentang dirinya pada Icha.

Flashback on..
Egi merasa malu, setelah jabat tangannya di tolak oleh perempuan berpakaian syar'i di depannya. Wanita itu tertunduk tak ingin menatap Egi.
" Alangkah sombong perempuan depan aku nih. Apa dia nggak tau di depannya ini laki-laki tampan dan mempesona. Lihatlah aku akan buat dia tergila-gila dan jatuh cinta padaku. Aku suka dia. " Batin Egi berkata-kata. Ia terus memperhatikan gerak-gerik wanita itu.

"Syah, payoo jalan. Aku bosen di kampung terus. Kemana kek kita." Ucap Ica dengan heboh, yah itulah Icha meski nama mereka sama tapi sifat mereka sangat berbeda. Icha yang lebih rusuh dan heboh, kebalikan dengan Aisyah yang lebih pendiam dan kalem.

"Adduuuh Cha suaramu bikin aku budek lama-lama. Lagian mau kemana? Aku nggak tau daerah sini aku takut kenapa-kenapa."

"Syah, kamu tuh lebay. Mumpung liburan nikmatinlah masa liburanmu. Lagian, kamu di pondok juga nggak pernah keluar selain sama aku. Sekarang aku udah nggak mondok. Gimana kamu mau keluar nanti?"

"Yaudah. Emang kita mau kemana?

"Ke tempat bibikku."

"Ngapain?"

"Ngenalin kamu sama anak pertamanya yang udah haid dokter. Siapa tau kalian jodoh. Biar kamu cepet nikah nggak jomblo terus. Lagian aku heran, kamu cantik, manis, gak gendut-gendut amat pas lah. Cuma yah emang pendek. Tpi betah banget jomblo." Mendengar ucapan Icha, Aisyah merasa kesal dan Egi hanya tersenyum Aisyah benar-benar polos sampai pada Icha yang jauh dibawahnya usianya Aisyah tetap tidak marah. Bahkan kini mereka hanya saling kejar.

Flashback end

Airmata Egi menetes mengingat kejadian hampir 4 tahun lalu. Ia memejamkan matanya, tangannya mengelus telapak tangan Aisyah lembut. Di jari manis Aisyah sudah tidak tersemat lagi cincin pernikahan mereka. Ia melihat kembali wajah Aisyah. Bayangan ketika Aisyah meronta, menangis, dan meringkuk kesakitan saat ia melakukan itu terbayang.

Flashback on
"Bang, Aisyah nggak mau. Istighfar bang. Kita nggak boleh melakukan ini." Aisyah mencoba menahan tangan Egi yang berusaha membuka resleting gamis Aisyah. Suara Aisyah terdengar parau menahan tangisnya, tapi tak di hiraukan oleh Egi ia terus berusaha memaksa membuka resleting gamis Aisyah. Sampai akhirnya ia berhasil membuka resleting gamis Aisyah yg terletak di bagian depan, dan langsung menampilkan belahan payudara Aisyah yang berukuran agak besar karna postur tubuh Aisyah yang berisi. Egi memasukkan tangannya dan masih di tahan oleh Aisyah. Namun tenaga Aisyah tak sekuat tenaga Egi, sampai ia mengulum dua gundukan dada Aisyah. Dan Aisyah melemah, ia merasa ingin lebih dengan gerakan yang di berikan Egi. Dan saat Egi merasa kejantanannya sudah menegang ia beralih pada bagian bawah gamis Aisyah. Dan mencoba membuka legging serta celana dalam Aisyah. Aisyah masih memberontak dan melawan tapi ia sudah lemah karna Egi sudah merangsangnya terlebih dulu. Sampai kejantanannya Egi menghujam kewanitaan Aisyah Dengan sedikit tenaga dan berkali-kali memaksa agar keperawanan Aisyah robek. Hingga ia merasakan kejantanannya masuk hingga ke dalam kewanitaan Aisyah dan Aisyah sedikit menahan teriakannya dan menangis. Aisyah mendorong dada Egi menjauh, tapi ia masih terus melepaskan hasratnya. Aisyah terus menangis. Hingga Egi mendapatkan kepuasannya dan mengeluarkan cairan hangat itu di atas perut Aisyah. Aisyah memutarkan kepalanya untuk tidak melihat keadaan Egi yang kini sudah tidak menggunakan sehelai benangpun. Egi menyodorkan tissue pada Aisyah. Dan membersihkan cairannya yang ia keluarkan di perut Aisyah tadi.

Egi membantu Aisyah berjalan menuju kamar untuk membersihkan kewanitaannya menggunakan tissue. Aisyah kembali menangis melihat tissue yang ia gunakan kini penuh bercak darah. Sambil menahan sakit Aisyah kembali memakai pakaian dalamnya. Mengaitkan bra yang dilepaskan Egi. Aisyah berjalan pelan karna menahan sakit di bagian intinya menuju tempat saat dirinya dan Egi telah berzinah. Tak lama, Egi datang dan mengecup kepala Aisyah lama.
Flashback off

"Maafin Abang dek, Abang sudah menyakiti kamu. Memang diawal kita bertemu Abang sangat menginginkan kamu menjadi milik Abang. Tapi cara Abang salah. Dan bukan keinginan Abang untuk meninggalkan kamu dengan cara seperti kemarin. Abang jenuh dengan perdebatan kita dalam hubungan kita, Abang jenuh menghadapi sikap kamu yang begitu cemburu dan berprasangka terhadap Abang. Sampai akhirnya Abang mudik ke tempat Ayah, dan ketemu Mia di tempat Abang nongkrong sama adik tiri Abang. Abang ikut minum sama mereka. Dan Abang nggak ingat, pagi-pagi Abang sudah melakukan hal itu juga pada Mia. Dan Mia mengaku bahwa kami sudah pacaran sebelum melakukannya malam itu. Dan itu sebagai tanda jadian kami dek. Abang meninggalkanmu, karna Mia mengaku hamil, dan Abang terlalu takut untuk mengakui hal itu. Sampe waktu kamu nelpon ke Abang untuk ngabarin kamu hamil, hp abang ada sama Mia  dan dia yang menjawab. karna Waku itu Mia meminta melakukan itu. Maafin Abang dek, Abang pengecut,pecundang. Abang nggak bisa lihat ketulusan kamu, meskipun Abang sudah berkali-kali nyakitin kamu. Sampai pada awaktu kamu menghilang, Mia meninggalkan Abang karna Abang di pecat. Dia menceraikan Abang, dan pergi. Dan selama ini Mia membohongi Abang dia tidak hamil, dan malam itu kami tidak melakukan apa-apa. Mia menjebak Abang, supaya Abang merasa sudah mengambil keperawanan dia, yang nyatanya dia memang sudah tidak perawan dari awal. Maafin Abang dek. Abang mohon bangun, jangan tidur terus. Sesudah bangun nanti, kamu mau marah mau pukul Abang sepuasnya Abang iklhas dek. Asal kamu bangun sayang. Abang mohon. " Egi menangis sejadi-jadinya. Ia mengecup lama punggung tangan Aisyah hingga ia tertidur karna lelah menangis.

Cerita Kelam AisyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang