Perdebatan

1.4K 35 0
                                    

Author POV
Acara tabligh Akbar baru saja selesai. Aisyah merasa sangat lelah dan ingin beristirahat. Saat Aisyah baru selesai mengganti gamis dengan pakaian tidurnya Hpnya berbunyi. Di layar tertera jelas nama Egi memanggil dan segera Aisyah jawab. Agak malas Aisyah menjawab telpon dari Egi. Karna sebelumnya mereka sedang berdebat. Dan akan dipastikan Aisyah lah yang akan kalah dalam perdebatan ini.

"Assalamu'alaikum bang?" Aisyah mengucap salam setelah menggeser layar jawab telpon. D seberang terdengar suara bariton yang sangat dihafal Aisyah.

"Wa'alaikumsalam dek. Masih acara tabligh akbarnya?"

"Baru sudah bang. Kenapa tumben nelpon?"

"Gak boleh lagi apa Abang nelpon? Kamu udah makan?"

"Alhamdulillah sudah. Abang udah makan? Shalat nya gak tinggalkan?" Semarah apapun Aisyah pada Egi, ia tidak pernah lupa menanyakan shalat.

"Sudah semua sayang. Kamu lagi apa dek?"  Tanya Egi

"Baru sudah ganti gamis. Mau tidur bang."

"Kok gak bilang-bilang?"  Perkataan Egi sedikit membuat Aisyah bingung. Bilang-bilang apa maksudnya?

"Maksudnya bang?"

"Adek gak ngerti yah? Maksud Abang bilang-bilang adek ganti baju. Hhehehe becanda kok dek." Aisyah mulai jengah dengan sikap Egi.

"Bang, udah yah jangan bahas itu. Adek lagi malas debat. Tiap kita bahas masalah yang udah terjadi ujung-ujungnya debat. Aku capek bang."

"Yang ngajak adek debat siapa? Abangkan cuma bercanda. Kan selama ini yang mulai perkara adek duluan. Ngomong nak pegi lah, nak mundur lah, ngeragukan Abang. Abang lah ngomong Abang gak akan ninggalin kamu. Lagian Abang aneh dek, Abang dak yakin adek masih perawan pas kita ngelakuin itu. " Bagai ditusuk belati tepat di ulu hati mendengar pernyataan yang di lontarkan Egi pada Aisyah. Aisyah menahan suaranya agar tidak menangis. Ia sedang di asrama kalau ia menangis akan banyak yang tau. Aisyah sakit hati mendengar perkataan Egi.

"Maksud Abang apa? Abang ragu sama adek?"  Suara Aisyah terdengar bergetar.

"Yah, logika dek gak mungkin Abang begitu mudah ngelakuin itu. Dan kamu juga dulukan bukan Islam. Gak nutup aurat, bisa aja kamu sering ke diskotik. Atau apalah."  Aisyah tidak tahan mendengar segala tuduhan yang Egi lemparkan pada dirinya. Ia mematikan telpon dan mematikan data internet di hpnya. Ia memilih menangis dalam diam ditutupi bantal. Setelah terjadi beberapa kali, dan melakukan dengan terpaksa Aisyah justru di tuduh seperti itu. Kembali ia teringat kejadian pertama kali Egi melakukan itu, bagaimana Aisyah menahankan sakitnya, mencoba berjalan seperti biasa dan sakit yang tak hilang selama seminggu. Aisyah memegang dadanya keras. Ia teringat di tas riasnya ada silet. Tanpa pikir panjang Aisyah menggoreskan silet itu tepat di pergelangan tangannya. Aisyah masih tetap menangis. Ia hanya tersenyum melihat darah yang kini mengalir di pergelangan tangan kirinya..

***
Aisyah terbangun mendengar suara adzan subuh. Ia segera mengambil wudhu, ketika membasuh tangan kirinya Aisyah merasakan pedih. Ia baru ingat semalam ia telah melakukan hal bodoh dengan mencoba mengiris pergelangan tangannya. Dalam hati ia merutuk dirinya begitu bodoh. Di saat seluruh santri melaksanakan shalat subuh berjamaah Aisyah memilih shalat didalam kamarnya. Ia menangis masih terasa sakit ucapan Egi semalam pada dirinya. Ia merutuk dirinya sendiri begitu mudah memberi kehormatannya pada laki-laki itu. Selesai melaksanakan shalat, Hp Aisyah berbunyi. Panggilan dari Egi kembali berbunyi. Aisyah malas menjawab karna ia yakin pasti laki-laki itu hanya menanyakan kabarnya tanpa minta maaf atas perkataannya semalam yang membuat Aisyah terluka. Aisyah memilih menghidupkan data internet nya.

Benar sekali ada banyak notifikasi masuk di Hp Aisyah. Semua dari laki-laki itu. Dan panggilan WA yang entah berapa banyak.

From: Egi
"Assalamu'alaikum syg. Bangun, udah subuh."

"Syg, blm bangun yah? Bangun yuk nanti subuhnyo kelewat loh."

"Dek kmu kemana? Mrh yah? Abang semalam kebawa emosi."

"Kalo kmu diemin Abang gini Abang gak akan lagi hubungin kamu. Kontak kamu Abang blokir yah?"  Aisyah tersenyum getir. Siapa yang egois sebenarnya? Dulu di kala Aisyah keras kepala dan memaksakan kehendaknya Egi selalu menasehati agar Aisyah tidak jadi wanita yang pembangkang, egois dan keras kepala. Dan kenapa disaat Aisyah mencoba mengalah justru ia diinjak-injak seperti ini?. Aisyah ingin menangis tapi ia tahan. Ia memilih untuk bersiap mandi.

Aisyah POV
Aku baru saja selesai mandi. Saat berpakaian, Risma santri sekamarku memberitahu bahwa Egi menelpon sejak tadi. Aku mengambil Hpku dan melihat notifikasi. 5panggilan tak terjawab. Aku memilih untuk meresponnya. Aku membalas pesan WA yang ia kirimkan sebelumya.

To: Abang Sayang
"Maaf bang, habis mandi makanya baru respon. Aku sudah shalat. Abang jangan lupa shalat. Maaf tadi gak bangunin Abang, adek bangun kesiangan juga." Aku menjelaskan serincinya agar dia tidak salah paham, dan satu lagi yang harus kalian tau bukan aku yang menginginkan nama kontaknya seperti itu di Hpku, melainkan dialah yang menggantinya. Dan aku muak dengan nama tersebut, kenapa? Karna dia sendiri menamai nama kontakku hanya dengan namaku biasa. Tak lama ada balasan darinya.

From: Abang sayang
"Iya syg gpp. Kamu mrh yah? Abang smalam kebawa emosi. Kmu d chatt juga cuek dari soreh. Kamu kan tau Abang paling gak suka dicuekin. Abang seneng di sayang2 di manja2." Balasnya membuat aku bingung akan jalan pikirannya. Aku memilih hanya membalas dengan moticon cium. Setelahnya tak ada lagi chattingan, dan aku bersiap untuk pergi mengajar.

Egi POV
Aku merasa bersalah,semalam aku sudah membentak Aisyah. Meskipun hanya lewat chattingan dan berupa ketikan huruf. Aisyah merupakan gadis yg lemah dan mudah tersinggung. Ia juga tipe wanita mudah menangis. Aku berusaha untuk membujuknya, entah perasaanku tak enak. Aku takut terjadi sesuatu padanya. Meski aku sering melakukan kesalahan dan berlaku kasar padanya aku juga sering merasa bersalah akan perlakuanku. Saat ini jam 8 pagi, Aisyah pasti sudah disekolah mengajar. Aku putuskan jam 9nanti akan mengabarinya dan memintanya untuk ketempat ku. Aku sudah berjanji  dalam hatiku dan pada diriku. Aku tidak akan melakukan kebodohan itu lagi, cukup sudah Aisyah melayani nafsuku. Kami sudah terlalu jauh berzinah.

***
To:Aisyah
"Assalamu'alaikum dek. Lg ngajar yah?" Sedikit ragu aku mengirimi pesan kepada Aisyah. Lama dia membalasnya, mungkin dia sedang mengajar di kelas. Jam 11 baru ada balasan dari Aisyah.

From: Aisyah
"Wa'alaikumsalam bang. Baru sudah. Ini dah d kantor. Kenapa bang?" Aku sangat merasa berdosa, meski semarah apapun aku padanya, sudah terlalu sering aku melukai hatinya dan membuatnya menangis Aisyah tetap sabar menghadapi ku. Tak pernah dia menunjukkan amarahnya, kecuali ketika ia cemburu.

To: Aisyah
"Abang kangen adek. Nanti bisa ke tempat Abang gak? 😁" Aku mencoba mencairkan suasana. Aku tak yakin Aisyah akan menuruti keinginanku.

From: Aisyah
"Iya. Sudah Dzuhur kesana."  Jawabnya singkat. Aku tersenyum. Aku ingin meminta maaf pada Aisyah atas kesalahanku. Aku menyesal, aku yakin Aisyah semalam pasti menangis mendengar perkataan ku yang begitu kasar.

Assalamu'alaikum readers,, maaf yah kesini ceritanya makin aneh, gak jelas, terlalu drama kayak sinetron. Aku hanya menyalurkan yang ada didalam otakku. Dan mengingat kembali cerita seorang teman yang dulu meminta bantuan untuk mengambil jalur hukum mengenai musibah pelecehan yang ia terima..

Cerita Kelam AisyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang