Benarkah Cinta

1.2K 42 4
                                    

Author POV
Setelah kejadian Egi mendaratkan ciuman di kening Aisyah. Aisyah lebih banyak diam, tak banyak bicara. Berbeda dengan Egi yang semakin berani menunjukkan keinginannya melakukan itu lagi. Terlihat dari caranya yang berusaha mendekati Aisyah dan selalu di hindari oleh Aisyah. Nama Riski dipanggil oleh petugas yang membagikan kamar santri, Ibu Riski masih sibuk bertelponan yang entah pada siapa. Dan Egipun mendampingi Riski untuk melihat situasi kamar, Egi menyodorkan Hp nya ke arah Aisyah. Ia menitipkan Hp nya pada Aisyah dengan tatapan sedikit membuat Aisyah semakin malu. Kejadian ia mencium kening Aisyah belum bisa dilupakan Aisyah. Aisyah hanya menatap lekat Hp yang berada di tangannya. Ia memiliki pikiran untuk mengecek Hp Egi, karna tidak di kunci pola. Tapi hati kecilnya merasa takut.

"Gak mau ngecek isi Hp Abang?" Suara itu membangunkan Aisyah dari lamunannya. Egi sudah berdiri tepat di depannya. Aisyah menggeleng pelan.

Aisyah berpamitan untuk kembali ke asrama putri untuk bersiap-siap magrib. Dan di balas anggukan dengan candaan menggoda dari Egi. Aisyah berpamitan pula pada Ibu Egi. Setelah selesai shalat magrib, Egi memanggil Aisyah melalui kaca jendela musholla yang tembus pandang  Dan Aisyah segera keluar dari musholla.

"Dek, bantu pesenn gocar buat Umak. Mau pulang ke dusun." Ucap Egi halus, tak ada nada menggoda.

"Tapi aku gak ada aplikasinya bang. Ibuk pulang sendiri? Abang tidur dimana?" Jawab Aisyah masih dengan kepala menunduk, Aisyah masih malu bertemu Egi dengan kejadian tadi.

"Abang besok Balek. Kasian mamak besok mau ngajar. Abang mau nemenin Riski dulu. Sekalian mau ngajak kamu jalan."  Jawab Egi santai memulai aksinya untuk menggoda Aisyah. Aisyah fokus pada Hp Egi untuk memesan taksi online. Egi berusaha mendekatkan kepalanya ke wajah Aisyah, yang membuat Aisyah semakin menundukkan kepalanya..

"I love you Syah." Ucap Egi tepat di telinga Aisyah, dan membuat Aisyah melotot sempurna. Ingin rasanya ia memukul laki-laki disampingnya ini dengan sekuat tenaganya. Tapi itu tidak mungkin, Aisyah selalu melemah dengan tatapan yang di berikan Egi padanya. Aisyah hanya bisa menarik nafas perlahan dan mencoba bersikap biasa saja.

"Kok nggak di jawab sih? Nanti kalo kamu cuek terus aku bosen loh." Goda Egi kembali tak habis-habis. Kali ini berhasil membuat Aisyah ingin menangis. Dan Aisyah mencoba mengalihkan dengan mengatakan bahwa taksi online yang d pesan sudah hampir tiba. Dan benar, tak lama taksi online yang Aisyah pesan tiba, dan Ibu Egi bergegas berpamitan. Aisyah hendak segera memasuki musholla, dan tertahan karena tangan Aisyah yang terbungkus mukenah d tahan Egi. Yah memang Aisyah masih memakai mukenah. Aisyah tak berani menatap Egi, yang tersenyum tulus padanya.

"Nanti pas shalat sebutin nama Abang dalam doa kamu yah. Doain supaya Allah menjodohkan kita. " Ungkap Egi yang bernada tulus dan memohon. Yang di balas anggukan oleh Aisyah. Aisyah memasuki, tempat wudhu santri putri dengan pikiran kacau dan hati yang tak karuan. Ada apa dengan dirinya. Berulang kali Aisyah mencoba menenangkan pikiran dan hatinya.

Egi POV
Aku baru saja melaksanakan shalat isyaku. Aku masih tersenyum penuh kemenangan atas keisenganku pada Aisyah. Gadis ini betul-betul polos. Berbeda dengan mantan-mantanku dulu yang langsung senang ketika di goda. Tidak dengan Aisyah, yang hanya menunduk dan diam. Aku bertekad dalam hatiku, aku ingin menjaganya dan mencintainya tulus.  Saat ini aku sedang duduk di depan warung yang tak jauh dari asrama putri. Aku berencana ingin menginap dan mengajak Aisyah berjalan-jalan sebentar untuk mengenalnya lebih dalam lagi, dan aku tak mau ia terus merasa takut di dekatku. Tapi semua itu berantakan karena aku melihat pamanku yang juga anaknya mondok disini datang mengantarkan putrinya. Dan aku diajaknya untuk pulang bersamanya. Agar bisa bergantian mengendarai motor. Perjalanan dari Palembang ke kampungku lumayan jauh, 5jam perjalanan. Aku tidak berpamitan langsung pada Aisyah. Aku hanya mengirimkan pesan WA padanya. Dan meminta maaf tidak bisa mengajaknya berjalan-jalan. Satu yang aku suka dari Aisyah. Dia tidak marah ketika aku membatalkan janjiku, berbeda dengan perempuan-perempuan lain yang mungkin akan merocos sepanjang malam.

***
Jam menunjukkan pukul 02.00 dini hari. Aku baru sampai d rumahku. Aku ingin mengabari Aisyah tapi mungkin ia sudah tertidur. Tapi entah kenapa, perasaan ingin mengabarinya sangat kuat sehingga ku ketikkan pesan diWA.

To: Aisyahku
"Assalamu'alaikum dek, Abang dah sampe rumah. Capek nian, kamu tidur yang nyenyak yah mimpiin Abang. Maaf tadi Abang isengin kamu terus. 😉"  Sent.. aku menunggu,dan terlihat ada tanda ceklis dua di bawah pesan yang aku kirim, apa dia belum tidur? Atau tidak mematikan data internet di ponselnya? Aku mengganti pakaianku dan bersiap tidur. Saat mataku baru saja terpejam Hp ku bergetar. Dan aku segera mengambilnya.

From: Aisyahku
"Wa'alaikumsalam bang. Alhamdulillah kalau udah sampe. Bersih-bersih dulu, trus ambil wudhu. Kalo capek langsung istirahat tapi kalo bisa sempetin tahajud. Adek baru selesai tahajud, makanya lama responnya. "  Aku tersenyum membaca balasannya. Ya Allah, salahkah aku jika meminta wanita ini menjadi tulang rusukku? Aku kembali bangkit dan mengambil wudhu. Aku shalat dua rakaat di sepertiga malam ku. Dengan mendoakan agar Allah menjodohkan kami. Setelah selesai shalat, aku membalas pesan dari Aisyah.

"Ia dek. Abang baru sudah juga. Kamu tidur yah. Abang juga mau tidur. Assalamu'alaikum"  jawabku mengakhiri percakapan kami, dan dia balas dengan menutup salam dari Aisyah. Aku tersenyum membayangkan wajahnya.

Assalamu'alaikum readers..
Maaf yah dikit,, soalnya author masih patah hati atas sikap Egi terhadap Aisyah.

Sedikit info, novel Cerita Kelam Aisyah ini diambil dari kisah nyata loh. Yang memang dialami Aisyah.  Kalau sedikit gak jelas maafkan author, ini masih pengalaman awal author dalam menulis.. tolong coret-coret komentarnya.. 😉😉

Wassalamu'alaikum

Cerita Kelam AisyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang