Kesakitan Yang Terdalam

1K 25 0
                                    

Author POV
Saat ini Aisyah sedang berbaring diatas brankarnya. Sudah dua hari semenjak ia sadar dari masa kritisnya Aisyah hanya berbaring. Ia merasa tubuhnya sudah lebih baik, dan dirinya juga sudah merasa bosan terus berada di dalam kamar inapnya. Aisyah ingin mencari udara segar, Aisyah mencoba untuk bangun dari posisi berbaring nya. Namun, Aisyah heran merasakan sesuatu yang aneh di bagian kaki nya. Kaki kanan Aisyah tak bisa digerakkan bahkan terasa seperti kaku. Aisyah membuka selimut yang menutupi tubuhnya sehingga melihat kakinya. Masih utuh, awalnya Aisyah berfikir kakinya diamputasi tapi perkiraannya salah karna kondisi kakinya baik-baik saja dan masih utuh. Lalu kenapa saat ia mencoba menggeser kakinya untuk turun dari brankar sangat sulit bahkan tidak bisa digerakkan. Aisyah mencoba mencubit kaki kirinya. ' sakit kok. Yang kiri juga bisa di gerakin, trus kenapa yang kanan malah susah banget. " Batin Aisyah. Aisyah mencoba mencubit kaki kanannya, tak terasa apapun juga. Aisyah mulai berkaca-kaca mencoba tidak memikirkan hal aneh itu dan pemikirannya itu salah. Kembali Aisyah mencoba memukul  bagian kaki kanannya dan tetap sama. Ia tidak merasakan sakit. Sampai tangisnya pecah.

"Nggak ini nggak mungkin hiks. Aku nggak mungkin lumpuh hiks hiks.. Ya Allah cobaan apalagi ini? Kenapa harus begini?" Isak Aisyah. Ia menatap keliling ruang inapnya sepi tidak ada siapapun. Aisyah kembali memukul-mukul lebih keras kaki kanannya dan hasilnya tetap sama. Aisyah semakin terisak.

"Aaaaaaarrrrhhhkkk aku nggak mau lumpuh. Kembalikan kakiku Ya Allah. Kenapa? Kenapa belum puas kau membuat aku menderita? Mempermainkan kehidupanku dengan memilih agama-Mu, mempertemukan ku dengan laki-laki brengsek yang sudah mengambil kehormatanku dan mencampakkanku, mengambil kedua orangtuaku tanpa sepengetahuanku dan sekarang kau mengambil kakiku? Kenapa bukan nyawaku saja yang kau ambil. Aku muak dengan semua ini. Aku muak, aku benci takdir yang Kau buat untukku. Apa salahku?" Racau Aisyah berteriak histeris di dalam kamarnya, sampai ia melihat di piring buah dekat nakas brankarnya ada sebuah pisau. Pikiran Aisyah sudah dipenuhi emosi dan di kuasai nafsu syaitan. Aisyah mengambil pisau tersebut mencoba mencelakai kakinya dengan menggoreskan pisau tersebut ke kakinya. Saat Aisyah mengangkat pisau itu Egi datang dan langsung berlari ke brankar Aisyah.

Prraankk

Plak

Setelah berhasil melempar pisau dari tangan Aisyah sebelum ia mencelakai dirinya sendiri, tanpa sadar Egi menampar Aisyah dan membuat aisyah menatap benci kearahnya.

"Puas kamu sekarang? HAH? PUAS KAMU LIHAT PENDERITAAN DAN KEHANCURANKU SEKARANG? INI YANG KAMU MAU KAN GI? MENGHANCURKAN HIDUP AKU. APA SALAHKU, APA SALAHKU? JAWAB GI JAWAB BRENGSEK.!!" Aisyah berteriak sambil menangis histeris, Egi hanya diam mencoba menarik Aisyah dalam pelukannya menenangkan wanitanya dan memberi kekuatan. Egi mencoba terlihat tegar di hadapan Aisyah meski hatinya sebenarnya juga menjerit dan sakit mendengar luapan emosi Aisyah.

"Aku benci kami Gi. Hiks hiks.  Aku benci.. aku hiks aku mau ikut papa dan mamaku hiks hiks." Egi masih mematung mendengar penuturan Aisyah barusan yang mengatakan ia ingin ikut dengan kedua orangtuanya. Itu artinya Aisyah.... Egi tersentak mendengar Aisyah mengaduh dan duitnya melihat pergelangan tangan Aisyah sudah berdarah karna jarum infus di cabut paksa oleh Aisyah. Egi menahan tubuh Aisyah yang mencoba turun dari brankar.

"Dek kamu mau kemana? Kondisi kamu masih sangat lemah. Jangan kayak gini dek. "

" Biar. Biar aku ikut papa mamaku ke alam sana. Aku udah nggak punya siapa-siapa. Bahkan aku sekarang LUMPUH. Hiks hiks. AKU LUMPUH HAHAHHAAHAHA" tiba-tiba Aisyah tertawa miris diiringi isaknya. Egi tetap menahan tubuh Aisyah yang berontak.

"Istighfar dek. Jangan kayak gini. Apa kamu pikir dengan bunuh diri masalah akan selesai? Nggak dek. Aku tenangin diri kamu. Abang mohon jangan kayak gini dek. Abang sayang sama kamu, Abang mohon jadilah Aisyah yang Abang kenal dulu. " Aisyah terdiam dan menoleh ke arah Egi, itu membuat Egi menatap Aisyah ragu dan mengernyitkan dahinya.

"Hah, apa kamu bilang? Kamu bilang kamu sayang sama aku? Hah hah hahahha.. hiks hiks hiks apa aku nggak salah dengar atau kamu hiks hiks yang salah ngomong? Kamu sayang sama aku? " Ulang Aisyah meyakinkan pendengarannya dan di jawab anggukan oleh Egi.

Plaaakk
Egi mematung menerima tamparan dari Aisyah. Membuat pertahanan yang ia bangun runtuh dan airmata begitu saja luruh di pipinya. Aisyah masih menatap ke arahnya tajam, bahkan Aisyah melihat Egi mengusap pipinya sendiri yang sudah digenangi airmata.

"Kamu nggak pernah punya rasa sayang terhadapku Gi. Kamu cuma menganggap aku jalang! Jalang yang memberikan kehormatannya secara cuma-cuma dan melayanimu secara gratis dan setelahnya kamu BUANG!"  Egi menggeleng mendengar penuturan Aisyah, sakit rasanya mendengar Aisyah merendahkan dirinya sendiri. Egi mengakui kesalahannya di masalalu.

"Aku nggak pernah menganggap kamu jalang dek." Jawabnya

"Oh yah? Lalu kamu anggap aku apa? Saat aku dalam kondisi hamil aku meminta pertanggung jawaban kamu, kamu jawab apa?" Aisyah menghentikan perkataannya melihat reaksi Egi yang hanya diam membisu. " Kamu bilang aku yang menyerahkan diriku sendiri ke kamu Dnegan datang ke tempatmu. Dan kamu hanya akan menikahi perempuan yang kamu sayang dan kamu cintai tapi bukan perempuan murahan seperti aku. Bahkan kamu bilang aku munafik di balik jilbab lebar yang aku pakai. Ia Gi, aku munafik. Aku perempuan jalang yang bersembunyi di balik pakaian syar'i ku." Ucap Aisyah penuh penekanan. "Dan sekarang kondisiku lumpuh. Sebutan apa yang pantas untuk aku sekarang? Jawab aku." Ucap Aisyah masih terus dengan airmata yang menetes.

"Kenapa kamu diam? Jawab aku Gi, sebutan apa yang pantas buat aku sekarang? Aku jalang yang menyedihkan. Yah, aku JALANG YANG MENYEDIHKAN!! HAHA HAHA HAHAHHAHA HAHAHHA" Aisyah terus tertawa diiringi Isak tangisnya dan membuat Egi semakin tidak tahan, ia menarik keras tubuh Aisyah dan memeluknya erat. Aisyah terus berteriak dan berontak untuk melepas pelukan itu. Tapi semakin keras Aisyah mencoba melepas pelukan Egi di tubuhnya, semakin erat pula Egi memeluk tubuh Aisyah dalam dekapannya. Aisyah masih terus menangis dalam pelukan Aisyah. Tanpa Egi tau, Rahmi dan Dini menyaksikan pertengkaran itu dari kaca luar di pintu ruang inap Aisyah. Rahmi dan Dini saling memeluk bersamaan Isak tangisnya mereka. Sebagai sesama perempuan Rahmi sangat meraskan kesakitan yang dirasakan Aisyah.

Lama dalam pelukannya, Egi merebahkan tubuh Aisyah di atas brankarnya. Aisyah sudah tenang dan tertidur karna kelelahan menangis dan histeris dalam emosinya. Aisyah mencengkram baju kaos yang di pakai Egi dengan sangat teratur membuat Egi sulit melepaskan pelukan Aisyah. Rahmi yang melihat itu mencoba masuk kedalam dan memberi isyarat agar Egi juga ikut berbaring disisi brankar di samping Aisyah. Egi hanya menuruti perkataan Ibunya itu. Dan tak lama Rahmi mengambil selimut yang sudah tergeletak di lantai memakaikan di tubuh anak dan menantunya itu. Rahmi pun membereskan kamar dan barang-barang yang dilempar ke sembarang arah oleh Aisyah menyebabkan kamar itu berubah menjadi kapal pecah.

Cerita Kelam AisyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang