Penyesalan Aisyah

1.6K 38 0
                                    

Aisyah POV
Bagai mimpi disiang hari, aku tak membayangkan laki-laki yang kini mulai aku percaya dan mulai mendapat tempat di hatiku justru membuat luka mendalam di hatiku. Dengan mudahnya ia mengambil kehormatanku, aku kembali terbayang pada kejadian Papa mengusirku ketika aku pada komitmenku untuk memilih Islam. Kejadian 2tahun lalu dan kejadian tadi berputar secara bersamaan diotakku membuat airmata ini menetes kembali. Aku mengepalkan tanganku. Laki-laki yang disampingku menggenggam tanganku, aku menatapnya dengan benci dan masih dengan airmata yang terus menetes. Tak tau apa yang harus aku ucapkan lagi pada dirinya. Ia berkali-kali mengucapkan akan bertanggung jawab dan meyakinkanku atas perkataannya. Aku mencoba mencerna segala ucapannya. Dan aku melemah. Aku mengalah pada situasi. Aku mengangguk pelan. Aku bersiap untuk pulang, ia berjanji akan mengantarkanku pulang ke asrama. Dia menyuruhku keluar terlebih dulu. Dan aku melangkahkan kakiku pelan, aku meringis menahan sakit di bagian kemaluanku. Begitupun saat aku menaiki motor dan selama perjalanan, aku menahan Isak tangisku menahan rasa sakit yang masih terasa. Aku tau dia melihat aku menangis melalui kaca spion motor yang diarahkannya padaku. Sesampainya di depan asrama, aku merasa takut untuk memasuki bangunan itu. Dia menganggukkan kepala pelan. Memberi isyarat agar aku segera masuk. Aku tersenyum kecil dan mengucap salam. Aku harus berpura-pura semua baik-baik saja. Allah saja menutup aibku kenapa aku tak bisa menutup aibku. Aku mencoba tersenyum ketika santriwati menyapaku dan bersiap untuk shalat magrib. Yaah, saat ini adalah waktunya shalat magrib.

Aku memilih menunggu seluruh santriwati selesai berwudhu baru aku akan mandi, dan shalat. Aku memilih shalat di dalam kamarku. Dalam sujud panjang ku, aku menangis mengingat kembali kejadian siang tadi. Tapi, hati kecilku berkata aku harus bertahan agar dia bisa mempertanggung jawabkan perbuatannya. Setelah selesai shalat, aku membuka Hpku. Ada 5 panggilan tak terjawab dan 3 pesan darinya. Aku membukanya dengan rasa malas.

From :Egi
"Jangan lupa magrib nya dek. Abang baru sampai. Maafin Abang yah. Abang janji gak bakal ninggalin kamu. 😘"  Aku tersenyum getir. Disaat seperti ini dia masih bisa bersikap santai seolah tak terjadi apa-apa.

From: Egi
"Kamu marah yah sama Abang? Jangan marah yah sayang. Abang sayang kamu. Abang gak mau kamu ninggalin Abang."

From: Egi
"Sayang, balas chatt Abang. Jangan kayak gini. Kalo kmu marah sama Abang marah aja, pukul Abang jangan diemin Abang. Abang cuma takut kamu ninggalin Abang itu yang dorong Abang ngelakuin itu. " Aku terkejut dan semakin menangis mendengar penuturannya. Aku tak habis pikir, apa karna masalalunya dia melakukan itu padaku? Aku berkali-kali beristighfar menghilangkan rasa sakit itu. Dan aku menjawab pesannya.

To: Egi
"Aku dak marah bang, aku baru selesai magrib. Abang jangan lupa magribnyo. Aku gak ninggalin Abang. Aku cuma takut kalau sampai aku hamil gimana bang? Sedangkan Abang belum kerja?"  Sedikit ragu aku mengirimkan pesan itu. Dan langsung dibacanya.

"Kalo adek hamil Abang temuin Abah di pondok. Abang lamar Adek. Tapi tadi Abang gak masukin di dalam kok. Adek liat sendirikan Abang keluarin di tangan Abang?"  Aku merasa sedikit malas untuk membahas ini. Dan aku hanya menjawab seadanya

"Iyah bang. Adek tunggu janji Abang. Adek mau istirahat dulu bang. Badan terasa sakit semua. "  Jawabku.

"Ia dek. Mungkin badan kamu sakit karna efeknya dek. Kalo jalan masih sakit gak?"  Air mataku rasanya ingin jatuh kembali. Dan ingin menangis sekuat-kuatnya.

Egi POV
Aku sangat menyesal telah melakukan itu pada wanita yang berusaha menutup auratnya dengan sempurna. Beberapa kali ia mencoba menahan ku, tapi nafsu dalam diriku tak bisa ku tahan. Bahkan aku melihat ia menangis dan diam saja ketika aku melampiaskan nafsuku pada tubuhnya. Dan aku membuat tanda kiss Mark di bagian kedua belahan dadanya. Diam-diam aku melihat dia yang berjalan menahan sakit dan menaiki motor. Aku hanya berusaha mencoba untuk tak terjadi apa-apa agar dia tak terus merasa menyesal. Aku berfikir keras bagaimana kalau dia hamil? Tapi dengan entengnya aku menjawab sendiri bahwa spermaku tak ku masukkan ke dalam vaginanya jadi mustahil ia akan hamil.

Aku mencoba mengiriminya pesan, dan aku merasa perubahannya saat membalas pesanku. Ia menanyakan berapa lama sakitnya akan hilang, berapa lama tanda kiss Mark yang aku buat di tubuhnya hilang. Dan aku menjawab asal bahwa itu semua akan hilang beberapa waktu. Bukan aku tak mau peduli masalah ini, tapi aku sendiri tak tau entah iblis apa yang menguasai diriku. Hingga hal itu terjadi. Aisyah sudah tak membalas pesanku, mungkin dia sedang menangis lebih baik aku biarkan dia sendiri dulu sampai ia merasa tenang dan mengabariku dengan sendirinya. Besok aku akan keasrama menjemput Riski. Karna besok sekolahnya libur selama seminggu dan aku berencana pulang bersama Riski.

Jam 9 malam, aku tiba-tiba teringat Aisyah. Apakah dia baik-baik saja? Apakah dia sudah makan? Aku tak mau terjadi apa-apa padanya. Ini kesalahanku. Aku mengambil ponselku dan mengiriminya pesan Wa. Menanyakan kabarnya dan apakah ia sudah makan.

To:Aisyahku
"Assalamu'alaikum dek. Udah shalat isya belum? Udah makan belum? Jangan lupa makan nanti sakit. Jangan nyiksa diri dek. Kita sama-sama jalani semua ini yah. "  Dengan ragu aku mengirimkannya. Setengah jam aku menunggu balasan darinya. Dan tak lama Hpku bergetar.

From: Aisyahku
"Wa'alaikumsalam bang. Alhamdulillah sudah semua. Abang dah makan belum? " Aku sedikit tersenyum. Aisyah sudah tak bersikap dingin lagi padaku, apa dia sudah memaafkanku? Entahlah. Hanya dia yang tau.

To: Aisyahku
"Abang dah juga dek. Adek jangan banyak pikiran yah. Besok Abang keasrama, Riski katanya libur. Sekalian mudik sama Abang Riskinya."  Jawabku untuk mengabarkan aku dan Riski akan mudik, dan melaksanakan lebaran haji di kampung. Aku berniat menawarkan dan mengajak Aisyah juga jika ia membalas pesanku nanti.

From: Aisyahku
"Iyah bang. Besok Riski udah mulai libur. Kan kmaren udah diomongin Riski mudik bareng Abang. Riski sudah libur Abang masih ke Palembang kan?" Aku tersenyum, apa Aisyah takut kehilanganku? Bodoh. Jelas Aisyah takut kehilanganku karena kesalahan yang sudah aku perbuat, aku merutuki diriku sendiri yang terlalu berharap lebih.

To: Aisyahku
"Abang pasti kepalembang lagi dek. Calon istri abangkan disini. Kamu lebaran haji gak mudik ketempat Icha?"  Icha adalah panggilanku pada sepupuku yang mengenalkan kami, aku sangat berharap Aisyah akan pergi mudik ke kampung Ku dan melaksanakan shalat Ied idul Adha di sana. Tapi sayang Aisyah menjawab ia akan merayakan Idul Adha di Palembang.  Mungkin besok pertemuan kami terkahir untuk sementara dan seminggu kedepannya kami akan LDR lagi.

Assalamu'alaikum readers.. 😘😘😍

Adduhh author bingung, kok cepet banget yah Aisyah memaafkan Egi. Bukan di laporin polisi aja sih. Kalau si Egi tuh beneran tanggung jawab buktinya dia aja sikapnya biasa aja. Hmmmm author jadi greget deh..  gimana lanjutannya..

Lanjut terus dan jangan bosan yah..

Wassalamu'alaikum

Cerita Kelam AisyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang