Pergi

1.2K 38 0
                                    

Aisyah POV
Aku sungguh tak bisa lagi membuka pintu hatiku untuknya. Aku tak mau lagi merasakan sakit hati dan luka lebih dalam lagi. Kuputuskan untuk mengemasi barang-barangku dan segera pergi dari kota ini. Keputusanku sudah bulat, aku ingin pergi dari kota yg mengajarkanku luka. Aku tak sanggup lagi, aku ingin bahagia bersama buah hatiku. Gadis kecilku yang aku urus sendirian dari masa kehamilanku. Aku tak peduli lagi dengan orang-orang di sekitarku yang mencoba menahanku pergi. Laki-laki itu baru saja pulang dan ingin membawa keluarganya untuk membujukku agar kembali rujuk tapi hatiku sudah bulat, aku tidak akan mau kembali lagi. Setelah selesai membereskan pakaianku dan pakaian putriku aku ijin pamit pada Ibu angkatku. Aku memeluknya dan menangis. Berat rasanya meninggalkan keluarga ini. Keluarga yang membantuku selama aku berhijrah.

"Pikirkan lagi Syah keputusan kamu. Kasihan Arsel kalau harus tumbuh tanpa ayah." Ucap Ibu mencoba menasehati agar aku berubah pikiran dan memikirkan lagi keputusanku.

"Keputusan Aisyah sudah bulat Bu, Aisyah mau pisah dan mau mengurus Arsell sendirian. Doakan Aisyah semoga Aisyah mampu menjadi orang tua tunggal bagi Arsell Bu." Jawabku pada Ibu, dan Ibu hanya mengangguk. Tak bisa lagi membujukku. Saat suara mobil travel berhenti di halaman rumah aku segera masuk ke dalam mobil dan melambaikan tanganku. Aku sudah bertekad aku akan menjalani kehidupanku, dan meninggalkan luka ku di kota ini.

Author POV
Sehari semalam sudah Aisyah tak tinggal bersama keluarga angkatnya. Aisyah sudah memberi kabar bahwa ia sudah sampai di tempat tujuannya meskipun Aisyah tak memberi tau keberadaannya. Ibu angkat Aisyah masih resah, apakah Aisyah sanggup melepaskan diri dari luka yang ia alami. Namun hati kecilnya yakin Aisyah adalah wanita yang kuat dan tegar.

Hari ini hari libur, dan keluarga itu sedang bercengkrama sambil memakan cemilan yang dibuat oleh Intan adik angkat Aisyah yang memiliki hobby kuliner yang sama dengan Aisyah. Saat sedang asyik bersenda gurau, suara ucapan salam di depan pintu sontak membuat keluarga itu terdiam. Ibu dan Ayah angkat Aisyah memberi kode agar Intan membawa adik nya ke kamar. Setelah menjawab salam, Ayah angkat Aisyah mengajak keluarga Egi masuk ke dalam rumah. Yah, keluarga yang mengucapkan salam tadi adalah keluarga Egi. Keluarga dari suami, tepatnya mantan suami Aisyah.

"Ayo silahkan duduk dulu nak Egi dan yang lain. Maaf kalau rumahnya berantakan. " Ucap Ayah Rasyid

Egi dan keluarga pun duduk, dan Ibu angkat Aisyah datang membawa minuman di bantu oleh Reza kakak angkat Aisyah yang terlihat tak suka dengan kedatangan keluarga Egi. Reza sangat tau cerita yang dialami Aisyah atas perlakuan Egi pada adik angkatnya itu. Bahkan beberapa kali Reza mengirimkan uang untuk membeli perlengkapan dan keperluan Aisyah selama mengandung. Meski selalu mendapat penolakan dari Aisyah tapi Reza tetap mengirimkan uang tersebut.

"To the point aja langsung. Ada keperluan apa datang kemari? Mau mencari Aisyah dan kembali menyakitinya lagi?" Cetus Reza dengan nada sedikit tak senang pada Egi. Reza mendapat tatapan tak suka dari Ayah nya.

"Ada apa nak Egi dan sekeluarga datang kemari?" Tanya Ayah Rasyid mencairkan suasana.

"Begini Yah, kedatangan kami disini ingin menyampaikan rujuk pada Aisyah dan menjemput Aisyah untuk kembali ke rumah. Saya tau saya sudah terlalu banyak menyakiti Aisyah. Tapi saya ingin menebus kesalahan saya pada Aisyah." Ucap Egi sedikit agak ragu karna tatapan tak suka dari Reza.

"Hah? Rujuk? Trus istri kamu yang satunya gimana? Kamu mau ngajak Aisyah tinggal sama dia? Aku nggak akan ijinin Aisyah kembali ke kamu." Lagi-lagi Egi mendapat perkataan sengit dari Reza.

"Reza, sebaiknya kamu masuk kamar. Ini urusan Aisyah dan Egi. Biar ayah yang selesaikan." Mendengar perintah sang Ayah, Reza segera berdiri dan pergi menuju kamarnya.

"Kalau kamu mau ajak Aisyah rujuk, bagaimana dengan istrimu nak? Aisyah nggak akan sanggup kalau harus tinggal berdua dengan istrimu yang lain." Ibu Wani melontarkan pertanyaan yang membuat Egi dan keluarga terdiam.

"Saya salah buk menganggap Mia lebih baik dari Aisyah. Mia menjebak saya dengan mengatakan dirinya hamil. Ternyata dia tidak hamil, dan sebelum kami bertemu dia sudah melakukan hubungan intim dengan laki-laki lain." Ungkap Egi penuh penyesalan.

"Tapi dulu kamu begitu membela dia, bahkan Aisyah yang benar-benar hamil karna kamu dan melakukan zina itu hanya dengan kamu, justru kamu caci dan kamu rendahkan seakan dia wanita tak punya harga diri. Ibuk pun sakit melihat perlakukan kamu terhadap Aisyah. Meskipun dia bukan anak kandung ibu, tpi ibu bisa merasakan luka hati yang kamu tinggalkan." Egi menunduk mendengar ucapan Ibu angkat Aisyah, bahkan Bu Wani sampai meneteskan air mata mengungkap kekecewaannya.

"Saya sadar buk saya salah. Tidak bisa melihat ketulusan Aisyah. Kalau boleh saya ingin bertemu Aisyah Bu, saya mau minta maaf pada Aisyah."
Mendengar perkataan Egi, Ibu Wani dan Ayah Rasyid saling bertukar pandang membuat keluarga Egi bingung.

"Hmmmmmm maaf nak Egi. Tapi sudah dua hari Aisyah tidak lagi disini. Aisyah memutuskan untuk pergi meninggalkan kota ini. Ayah sendiri tidak tau kemana dia pergi, dia hanya memberi kabar dia sudah sampai malam tadi di tempat tujuannya. Dia ingin membuka lembaran baru kehidupannya bersama Arsell." Bagaikan petir di siang bolong tepat di telinganya, seperti itulah perkataan Ayah Rasyid yang di dengar oleh Egi. Dini adik perempuan Egi mengelus pundak kakak laki-lakinya, Egi menangis. Menyesali semua kesalahannya, terbayang wajah Aisyah yang menangis meminta dirinya menikahi Aisyah, terbayang wajah lusuh Aisyah harus bekerja dan menghidupi dirinya juga bayi yang ia kandung. Terbayang wajah tirus Aisyah ketika ia menyusui buah hati mereka beberapa hari lalu, dan terbayang suara tangisan Arsell ketika Aisyah menangis menolak rujukan dari Egi. Egi mendekati Risa ibunya.

"Umak cak Mano? Aku nak rujuk aku nak minta maaf Samo Aisyah Mak. " Egi menangis seperti anak kecil ingin di belikan mainan baru, Risa hanya bisa menahan tangisnya melihat penyesalan anak laki-lakinya. Tak ada yang tau Aisyah dimana, semua sudah terlambat. Egi terlambat untuk melihat ketulusan Aisyah, ia sangat kenal dengan sifat Aisyah.

Risa menangis terbayang saat-saat Aisyah membantu nya memasak, saat Aisyah memijit kakinya di malam hari, saat Aisyah menangis diam-diam di shalat malamnya. Menantunya itu kini sudah pergi, tak ada lagi suara lembut khas Aisyah, tak ada lagi suara gemericik air di pagi hari ketika Aisyah memulai aktifitasnya saat semua keluarga masih tertidur.

Cerita Kelam AisyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang