Mencoba Mengungkap

1.4K 51 4
                                    

Author POV
Hari ini harusnya Aisyah sedang rapat di sanggarnya. Tapi entah kenapa Aisyah merasa malas, ia ingin beristirahat setelah semalaman ia tak bisa tidur. Notifikasi di Hpnya pun penuh percakapan grub. Aisyah hanya mengabaikan, dan ada dua pesan WA dari Abdian. Laki-laki yang hampir ia lupakan. Aisyah membuka pesan dari Abdian. Yang meminta agar Aisyah kembali aktif d sanggar. Aisyah hanya membaca tanpa membalasnya. Lesuh Aisyah berjalan ke kamar mandi. Selesai mandi Aisyah bersiap shalat duha.  Selesai merapalkan doa usai shalat. Aisyah mengambil Hpnya dan bertepatan ada notifikasi masuk. Egi. Yah laki-laki itulah yang mengirim pesan WA pada Aisyah.

*Egi
"Ais" Aisyah mengerutkan kening membaca pesan tersebut. Ia memberanikan diri membalas pesan tersebut.

*Aisyah
"??" Hanya itu yang mampu Aisyah kirim, membalas pesan laki-laki itu.

*Egi
"Gpp. Saya,ibuk dan Riski pagi ini akan kembali ke dusun. Jaga diri baik-baik." Aisyah semakin bingung.

*aisyah
"Oh hati2 d jalan akhi. Salamkan salam saya pada ibuk."
Di tempat lain Egi sedang tersenyum membaca pesan dari Aisyah wanita yang baru d kenalnya. Saat ia ingin membalas pesan dari Aisyah. Ternyata ada pesan baru dari Aisyah.

*Aisyah
"Maaf akhi. Apa ana menggangu perjalanan akhi? Ada yang mau ana omongin."

*Egi
"Silahkan ukh. Apa?"

*Aisyah
"Maaf sekali lagi sebelumnya akhi, kalau ana lancang. Ana tidak tau ini entah apa namanya. Tapi pertama ana melihat akhi tak sengaja ketika di masjid d dusun menjelang shalat Ied. Dan maaf kalau ana sempat mendoakan akhi dalam shalat ana. Maaf ana lancang." Dengan ragu Aisyah memberanikan mengirim pesan itu. Yang langsung dibaca oleh si penerima.

* Egi
"Jadi ukhti menyatakan perasaan ukthi sama ana? 😊" Aisyah merasa malu membaca jawaban Ikhwan itu.

*Aisyah
"Bukan seperti itu akhi. Ana hanya tidak mau terlalu jauh masuk dalam zina karna antum sering muncul tiba2 di fikiran ana. Ana tidak mau menanggung dosanya akhi. Afwan". Aisyah sedikit merasa malu. Sedangkan yang menerima pesan tersebut tersenyum sendiri membaca pesan itu. Baru ini ada wanita sepolos ini yang ia temui.

*Egi
"Lalu apa ukhti nyaman sama ana? Dalam sebuah hubungan dibutuhkan kenyamanan diawalnya ukh. Kalau ukhti nyaman, ana tidak bisa melarang perasaan itu. "

*Aisyah
"Tapi ana tak mau berpacaran akhi. Ana punya prinsip ingin berta'aruf. Ana tidak tau apakah itu akhi atau bukan orangnya."

*Egi
"Yasudah kita jalani dulu saja ukh. Tapi ana butuh waktu mengenal ukthi. Karna ana selama ini menjalani hubungan pacaran. Tapi nanti ana coba menjalani ta'aruf dengan ukhti." Aisyah terkejut membaca jawaban dari lelaki itu. Apa ini jawaban kalau Allah menunjukkan jalan bahwa ia harus mulai membuka hatinya? Aisyah bingung. Ia hanya menjawab dari pesan lelaki itu.

Egi POV
Aku tak tau apa ini senang atau apa. Baru kali ini aku mengenal seorang wanita yang berani mengutarakan perasaannya dengan polosnya tapi ia tak mau diajak berpacaran. Wanita berpakaian tertutup dengan jilbab lebar yang baru aku kenal. Dan mungkin sudah pernah aku temui sebelumnya, karna dia sudah pernah bersilaturahmi ke rumah kami saat hari raya Idul Fitri. Hati kecilku ingin sekali mencubit pipinya yang tembem dan mencium bibirnya yang mungil itu. Aku membayangkan hal itu terjadi. Aku segera beristigfar dengan kekonyolan pikiranku. Aku melihat Hp ku, dia hanya membacanya tanpa membalasnya. Apa mungkin dia malu atas jawaban yang aku berikan. Tak terasa kami sudah sampai di dusun. Ketika aku berjalan melewati masjid yang dipakai ketika shalat Ied kemarin aku tersenyum, akankah masjid ini menjadi perantara aku dengan wanita yang aku cari? Aku mengaminkan perkataanku sendiri. Sesampainya d rumah, entah kenapa aku ingin memberi kabar padanya. Segera aku mengetikkan kata-kata di layar HP ku.

*Egi
"Assalamu'alaikum ukthi. Alhamdulillah ana sudah sampai. Terimakasih sudah mendoakan perjalanan kami. 😉" Aku segera mengirimkannya. Lama aku menunggu pesanku tak kunjung di baca. Aku mencoba terus mengirimkan "PING" hingga beberapa pesan aku kirimkan masih belum d baca. Kemana dia? Apa mungkin dia tidak mau kenal denganku lagi? Bosan menunggu aku memilih untuk tidur, mataku sangat ngantuk. Perjalanan jauh, dan kurang tidur selama di Palembang membuat tubuh ini terasa lelah.

Cukup lama aku terlelap, dan ketika aku bangun jam sudah menunjukkan pukul 2 siang. Aku melewatkan waktu Dzuhurku. Aku segera menuju kamar mandi untuk berwudhu dan shalat. Setelah shalat, aku segera menuju dapur memberi asupan untuk cacing-cacing d perutku yang mulai berontak. Saat makan aku teringat, apakah pesanku sudah di balasnya? Aku mempercepat makanku. Dan sesudahnya, aku mengambil Hpku, dan melihat notifikasi. Aku tersenyum dia membalasnya.

*Aisyah
"Maaf akhi, ana tadi sedang tidak pegang hp. Alhamdulillah kalau sudah sampai dan dalam keadaan baik." Aku tersenyum. Dan membaca pesan berikutnya.

*Aisyah
"Akhi jangan lupa shalat Dzuhur. Laki2 tidak boleh meninggalkan shalat. Karna laki-laki itu adalah Imam."  Aku segera membalas pesannya.

*Egi
"Sudah ukh. Ukh sudah shalat?" Ada hal yang mengganjal ku. Aku tak nyaman dengan panggilan akhi ukthi. Rasanya aku ingin memanggil nya dengan kata sayang, yang bisa membuat kami semakin dekat meski terpisah jarak.

*Aisyah
"Sudah akhi." Balasnya dan aku segera mengutarakan keinginanku.

*Egi
"Calon istri idaman. 😘.
Ukthi boleh ana ubah panggilan kita? Jadi sayang atau apa biar kita lebih dekat." Ungkapku padanya..

*Aisyah
"Tapi akhi, dalam hubungan ta'aruf tidak boleh seperti itu. Mengirim moticonpun tak boleh.apalagi manggil sayang? Karna kita belum sah." Ucapnya, aku sedikit kecewa. Tapi aku tak mau kalah. Aku mencoba membujuknya.

*Egi
"Kalau gitu gak bisa romantis-romantisan dong? Padahal aku seneng yang namanya romantis. Kalo gitu kita pacaran aja? Kan kita juga jauh. Jadi gak akan aneh-aneh." Jawabku sedikit ragu. Aku melihat lama ia mengetik balasan pesanku.

*Aisyah
"Hmmm ana takut akhi. Nanti kita terlalu terlena dan malah terjerumus."

*Egi
"Aku janji gak akan melakukan apa-apa sebelum kita halal. Dan aku pun mulai nyaman sama kamu." Aku mulai merubah bahasaku.  Dan tak lama ia membalas mengiyakan tawaranku, dan kami sepakat aku memanggil dia "adek" dan dia memanggilku "abang."

Assalamu'alaikum...
Maaf yah temen-temen auto baru muncul. Biar readers penasaran ana siapa. Perkenalan nya nanti di akhir cerita yah. Semoga suka. Dan silahkan coret-coret di komentar untuk krisannya. Wassalamu'alaikum

Cerita Kelam AisyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang