Pernikahan

1.4K 30 0
                                    

Egi POV
Aku tak menyangka Aisyah senekat itu. Ia membeberkan semua yang terjadi, bahkan bukti masih lengkap di Hpnya. Aku tak tau harus berbuat apa, aku ingin mempertanggung jawabkan perbuatanku. Tapi aku takut untuk berhadapan dengan keluarga kandungnya kelak. Dia anak tunggal, anak kesayangan Papa dan Mama kandungnya bagaimana jika orangtuanya tau aku hanya pemuda miskin, pengangguran, yang memikat perempuan hanya dengan tampangku saja? Aku melajukan motorku. Saat ini aku butuh seseorang yang bisa membuat aku merasa senang dan menikmati duniaku. Mia,, yah aku melajukan motorku menuju rumah Mia. Aku merasa merindukannya, meski baru semalam kami bertemu dan bercinta layaknya suami istri tapi aku ingin menemuinya untuk melupakan sejenak masalahku ini.

Aku memarkirkan motorku di teras depan rumah Mia. Dia anak terakhir dari 3 bersaudara, kakak dan abangnya sudah menikah. Orang tuanya saat ini sedang berada di rumah kakaknya karna seminggu lagi kakaknya akan melahirkan. Aku melihat Mia sudah menunggu di depan pintu dengan jilbab pendek dan pakaian santai rumahan. Saat aku berjalan, dia menyuruhku masuk. Aku langsung menutup pintu rumahnya, dan menguncinya. Tak tau apakah ada tetangga yang melihat atau tidak. Aku tak peduli, saat ini aku sedang melepaskan hasratku melumat bibir seksi Mia. Ia merangkul kan tangannya di leherku, sambil sedikit menggeliat. Tanganku mulai bermain-main merabah tubuhnya apalagi kalau tidak mengincar bagian dua gundukan di dadanya. Sedikit meremasnya beberapa kali, aku melingkarkan tanganku di pinggulnya dan berusaha melepas pengait pakaian dalam yang menutupi gundukan itu. Ia tersenyum menggoda, kurasakan benda kesayanganku mengeras. Perlahan Mia melepas jilbabnya, membawaku masuk ke kamarnya. Ia melepas baju kaos yang ia pakai, dan membuka resleting celanaku. Tanpa aba-aba karna sudah tak tahan, aku melepas celananya dan mulai meluapkan segala nafsuku. Aku mendengar ia mendesah dan menggeliat, aku sedikit menggigit bibirnya, turun ke bagian dada dan menggigit benda kecil yang ada di gundukan itu bergantian kiri dan kanan.  Saat puncaknya aku mencabut dan seperti biasa aku mengeluarkan cairan itu ditanganku. Sedangkan Mia terkulai lemas, aku merebahkan tubuhku disampingnya.  Saat aku mencoba mengatur nafas, dan beristirahat aku merasakan hal aneh pada kelaminku. Nikmat, dan aku sedikit menginginkannya lagi. Aku mencoba bangun, dan melihat Mia yang sedang bersenang-senang dengan benda itu. Perlahan tapi pasti ia begitu menikmatinya. Melihatku yang sedikit mulai mendesah, Mia naik ke atas tubuhku. Dan kembali memasukkan benda milikku ke dalam miliknya. Ia melumat bibirku, saat aku melakukan ini pada Aisyah, Aisyah tak pernah bisa memberi pelayanan ini padaku. Meskipun aku sudah mengajarinya untuk berada di posisi tubuhku, tetap saja aku yang mengeluarkan banyak tenaga. Tak lama aku mendorong tubuh Mia,merasakan cairan itu akan keluar lagi. Saat setengah tubuh Mia berada diatasnya tubuhku. Aku mengecup keningnya berulang kali.

"Kamu nakal mainnya. Semalamkan baru main juga 3 ronde. Sekarang 2 ronde."  Bisikku di telinga Mia, dan di balas kecupan di bibirku.

"Ketagihan yah. Emang ayah gak suka nda kasih jatah tiap hari? Ayah kapan nikahin nda? Biar kita bisa bebas kapan aja mainnya. Ayah gak perlu jauh-jauh." Rengeknya, mendengar kata pernikahan aku terdiam dan segera memakai bajuku. Aku pamit untuk pulang, dengan alasan aku hanya bisa main sebentar karna masih ada acara resepsi Meli di rumahku. Ia tak curiga.

***
Sesampainya di rumah, aku melihat Mamak yang sedang berbicara pada Aisyah. Dengan lantang aku mengatakan aku akan menikahinya. Tapi aku juga akan menikahi wanita yang aku cintai. Aisyah dan seluruh anggota keluargaku terperanjat, mamak begitu marah padaku. Tapi tak ku hiraukan, aku justru mengatakan jika Aisyah tak setuju maka aku tidak akan menikahi dirinya.

"Ok. Aku akan nikahin Aisyah. Tapi aku juga akan nikahin Mia pacar aku dan aku cinta sama dia. "

"Apa-apaan kamu Gi? Kamu bilang kamu cinta sama dia? Lalu Aisyah? Apa kamu gak pernah cinta sama dia sedangkan kamu sudah meninggalkan beni calon keturunan kamu di rahimnya?" Amarah Mamak memuncak. Tapi aku mencoba santai menghadapi mamak.

"Terserah. Kalau gak setuju aku gak nikahin Aisyah. Toh salah dia juga kenapa gak nahan aku waktu aku maksa? Namanya khilaf dan nafsu susah nak di tahan Mak." Jawabku santai, aku melihat Aisyah menangis terisak.

"Kalau itu jalan terbaik. Aku terima. " Aku tersenyum mendengar perkataan Aisyah, dan dia juga setuju jika aku jadikan istri kedua meskipun dia saat ini hamil. Keluargaku sebenarnya tak setuju, tapi karna Aisyah si wanita polos itu setuju dan membujuk keluargaku akhirnya semua hanya bisa pasrah.

Author POV
Pernikahan Aisyah dan Egi baru saja selesai berlangsung secara sederhana. Jangan tanyakan bagaimana perasaan Aisyah melihat Egi juga menikahi wanita lain selain dirinya di hari yang sama. Setelah akad, Egi dan Mia segera menuju ke rumah Mia untuk melaksanakan resepsi. Sedangkan Aisyah? Dia hanya menikah sah di mata hukum dan agama. Hanya melaksanakan akad, dan saat ini ia sedang beristirahat di kamar pengantin yang disiapkan Rahmi yang telah jadi mertuanya sekarang. Rahmi memilih menemani Aisyah di rumah daripada mendampingi Egi di resepsinya. Entah siapa yang menggantikan posisinya di atas panggung, ia benar-benar kecewa. Di sela shalat Dzuhurnya tadi ia menyelipkan doa, agar Allah menghukum anaknya setimpal dengan kesalahan anaknya pada Aisyah. Dan segera menyadarkan anaknya bahwa Aisyah adalah wanita yang baik dan Sholeha.

Rahmi membuka pelan pintu kamar tempat Aisyah beristirahat. Matanya langsung menangkap sosok Aisyah yang baru menyelesaikan shalatnya. Ia berjalan menuju menantunya itu, mengecup kening Aisyah dan mengelus pelan perut Aisyah yang memang masih datar.  Rahmi tak kuasa menahan air matanya, betapa sabarnya Aisyah menghadapi cobaan ini. Apa yang membuat anaknya seperti ini, Rahmi menyesalkan keluarganya yang berantakan karena sifat suaminya yang malas kerja dan menikah 3kali. Rahmi mengajak Aisyah duduk di ranjang yang sudah dihias. Ia pilu melihat kamar itu, hanya ditiduri oleh Aisyah seorang.

"Syah, Mamak minta maaf gak bisa bahagiain kamu. Di hari pertama dimana pengantin baru harusnya menikmati kebersamaan sama suaminya kamu malah harus sedih disini." Ungkap Rahmi sambil menghapus airmata yang menetes di pipinya. Masih dengan senyum Aisyah memeluk wanita tua di depannya itu.

"Mak, gak papa kok. Yang penting Egi sudah bertanggung jawab dan anak ini bisa lahir dengan adanya seorang ayah. Terimakasih Mak, mamak udah nguatin Aisyah." Aisyah mencium punggung tangan Rahmi dan memeluknya lagi. Rahmi tak bisa menahan airmatanya lagi.

"Kamu yang betah yah disini. Maaf kalo kehidupan kamu disini berbeda dengan diasrama ataupun dirumah papa mamamu di Jakarta."  Ungkap Rahmi yang telah mengetahui bahwa Aisyah sebelum masuk Islam merupakan anak yang berkecukupan kehidupannya. Pasti akan sulit bagi Aisyah untuk beradaptasi tinggal dirumahnya, air harus nimba dari sumur, memasak Masih menggunakan kayu bakar jika gas habis, dan lagi ketika akan BAB harus kesungai.  Tapi mengingat Aisyah sedang hamil, Rahmi sudah meminta pada Andin agar mengijinkan Aisyah mandi dan BAB di tempat mereka. Dan Andin tak keberatan, malah ia menawarkan Aisyah meninggali rumahnya karena ketika Siti kembali sekolah Andin akan tinggal di rumah persinggahan di kebun. 

Cerita Kelam AisyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang