Syarat Dari Aisyah

1K 34 0
                                    

Author POV
Egi merasakan tangan Aisyah mendorong bahunya untuk duduk. Ia menatap Aisyah dalam, Aisyah membalas tatapannya. Baru kali ini Aisyah bersedia menatapnya, meksipun dengan cara dingin seperti sekarang.

"Aku akan kasih kesempatan tapi ada syarat yang harus kamu penuhi." Ucap Aisyah singkat. Egi tak percaya dengan jawaban Aisyah. Ia menatap Aisyah lekat mencari kebohongan dari matanya, tapi tak ia temukan.

"Ka-kamu bilang apa dek? Bisa ulangi?" Tanya Egi masih tidak percaya.

"Aku akan kasih kesempatan dan mau Nerima kamu. Dengan syarat, bawa aku untuk bertemu dengan kedua orangtua kandungku. Dan dengan persetujuan mereka aku akan kembali dan memberi kesempatan itu." Bagai mendengar suara petir menggelegar di pagi hari, Egi terkejut mendengar syarat yang di ucapkan Aisyah. Baru saja ia merasa terbang diatas awan dengan jawaban Aisyah yang bersedia memberi ia kesempatan, dan harus merasakan sakitnya tersambar petir mendengar syarat yang diucapkan Aisyah. Egi masih menatap Aisyah dengan tatapan tak dapat diartikan. Apakah ia harus berkata jujur pada Aisyah, atau berpura-pura membawa Aisyah ke Jakarta. Dan kalaupun itu terjadi, apa yang akan ia lakukan kemudian saat mereka tiba di Jakarta? Apakah ia harus membawa Aisyah ke depan nisan kedua orangtuanya? Itu hal yang bodoh dan akan membuat Aisyah kembali terpuruk yang justru memperburuk kondisi Aisyah. 

"Bersedia atau tidak? Aku akan menerima kamu kalau syarat itu bisa terpenuhi. Dan Mia juga harus..."

"Aku akan melayangkan surat perceraian untuk Mia. Aku nggak mau dia jadi benalu dalam keluarga kita nantinya." Aku memotong ucapan Aisyah, dan dia terlihat terkejut dengan jawabanku.

"Kenapa kamu menceraikan Mia?"

"Udahlah dek, aku nggak mau bahas itu. Aku akan penuhi syarat kamu. Dan untuk Mia biar jadi urusanku. Sekarang kamu istirahatlah, aku mau siapin bubur dulu buat kamu sarapan." Jawabnya untuk menghindari perdebatan pagi dengan Aisyah.

"Aku bukan anak bayi yang harus makan bubur cuma karna sakit demam. Dan aku masih sanggup berjalan, jadi nggak perlu harus makan di dalam kamar. "  Ucap Aisyah membuat Egi tersenyum, Aisyah yang dulu ia kenal sudah sedikit mulai menunjukkan dirinya. Yang selalu memiliki jawaban cetus namun bisa membuat orang di sekitarnya tersenyum.

Egi dan Aisyah pun berjalan beriringan menuju ruang makan, dimana terlihat Dini sedang menyuapi Arsell, Ratna yang sibuk menata masakan di meja makan, dan Bella yang sedang menyantap sarapannya. Bella menatap sinis pada Aisyah, karna sampai saat ini entah kenapa Bella tak pernah suka pada Aisyah.

"Pagi Syah, kamu udah sehat kok langsung keluar kamar? "

"Aisyah udah baikan mah. Aisyah kangen sama Arsell. Arsell kangen umi nggak nak?" Tanya Aisyah sambil mengelus kepala putrinya lembut.

"Umi udah baikan sama Abi? Kalau umi belum baikan sama Abi, Acell nggak mau ngomong atau main sama umi. " Jawab Arsell masih sibuk dengan sarapanya. Dini menatap tak enak pada Aisyah, ponakan nya itu sangatlah mirip dengan Aisyah.

"Sayang, Abi sama Umi udah baikan kok. Buktinya semalam Abi sama Umi sama-sama tidur di kamar. Jadi Arsell berhenti yah marahan sama Umi? Kasihan Umi nanti sakit lagi."  Bujuk Egi pada putri kecilnya. Sambil menarik Aisyah duduk di kursi sampingnya. Ratna, dan Dini tersenyum melihat hubungan Aisyah dan Egi sedikit mulai mencair. Berbeda dengan Bella yang terlihat jengah dengan pemandangan di depannya.

***
Hari ini Egi dan Aisyah sedang berada di showroom milik Egi. Beberapa anak buah Egi yang memang masih memliki kekerabatan keluarga dan tau cerita keluarga Aisyah dan Egi tersenyum melihat Egi kembali bersama dengan Aisyah. Terlihat, Putra yang memang sejak kecil dekat dengan Egi menatap Egi menuntut penjelasan. Yang di balas lambaian tangan oleh Egi, dan membawa Aisyah masuk ke dalam ruangan kerjanya.

Clingggg
suara notifikasi di Hp Egi membuat Egi untuk segera mengambil Hp nya dari dalam saku, dan menyuruh Aisyah untuk duduk di sofa yang tersedia di ruang kerjanya.

Putra Kadal
Gi,lu kasih apaan tuh bini lu bisa nurut sama lu

To: putra Kadal
Si kampret. Lu pikir gw ngedukun? Gw juga bingung ada apa dengan dia. Tiba-tiba mau Nerima gw. Tapi dengan syarat.

Putra Kadal
Syarat apa cuk? Nikah ulang? Atau minta honeymoon ke luar kota atau luar negri? Ajaklah, buat ponakan cowok. Hahaha

To : putra Kadal
Bangke, gw serius. Aisyah bukan tipe perempuan materialistis. Gw juga ga bisa ceritain sekarang. Udah lu jangan ganggu gw sama Aisyah dulu.

Putra Kadal
Mau ngapain lu sama dia di dalam pake di kunci tuh pintu ruangan? Kalo mau program kedua jangan di sini. Bikin gw iri tau nggak.

Egi tergelak membaca balasan sepupunya yang satu itu. Bisa-bisanya seorang putra mengatakan itu. Egi menghampiri Aisyah yang masih duduk di sofa. Ia duduk di sebelah Aisyah mencoba mencairkan suasana canggung diantara keduanya. Egi kembali membaringkan tubuhnya di sofa dengan kepala ia letakkan di pangkuan Aisyah. Ia menatap mata Aisyah, namun Aisyah membalas tatapan itu dengan dingin. Tatapan pertama yang ia dapatkan saat pertama kali bertemu dengan Aisyah, tatapan yang dingin dan seakan tak peduli dengan dirinya. Tangannya terulur membelai pipi Aisyah yang tertutup cadar, Aisyah segeran mengalihkan pandangannya. Aisyah tak bisa menahan gejolak dalam hatinya, ia ingin membelai rambut laki-laki di pangkuannya. Namun, kembali ego menahan perasaannya untuk melakukan itu.

"Apa kamu akan siap untuk menerima kenyataannya yang akan kita lihat nanti kalau ke Jakarta?" Pertanyaan Egi membuat Aisyah kembali menoleh kearahnya.

"Harusnya aku yang ngomong begitu."

"Hmmm lusa kita berangkat ke Jakarta yah. Dan aku berjanji apapun yang terjadi aku akan selalu ada buat kamu. Aku nggak akan ninggalin kamu lagi dek. Kamu harus kuat menghadapi semua cobaan, Abang yakin kamu wanita kuat dek. Kamu bidadari dunia. Ana Uhibbuka fillah ya zaujati." Ucap Egi dan mencium kening Aisyah lama. Aisyah merasakan jantungnya berdegup kencang, ia merasakan Egi memeluknya dengan erat hingga wajahnya menempel di dada bidang milik Egi. Aisyah mencoba menikmati bau harum dari tubuh Egi yang selama ini ia rindukan, bau harum yang dulu menjadi candu baginya. Perlahan Aisyah melingkarkan tangannya di perut Egi membalas pelukan yang ia terima Egi yang merasakan pergerakan dari Aisyah kembali mengeratkan pelukannya. Ia membayangkan bagaimana reaksi Aisyah jika ia tau oranguanya sudah tiada. Airmata menetes di pipi Egi, Aisyah yang mendengar isakan kecil dari Egi, melepas pelukan mereka dan melihat Egi sedang menangis.

Cerita Kelam AisyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang