chapter 22

16.7K 646 3
                                    

"Bang Nathan kenapa sih? Kenapa bisa mabuk? Kenapa bang Nathan marah sama kak Syifa?"tanya Faza hati hati ketika Nathan baru saja selesai diobati dan sekarang tengah beristirahat diruang pasien

"Gak apapa"ucap Nathan singkat

"Bang, kalo ada masalah itu dibicarain baik baik, bukan malah mabuk mabukan kaya tadi. Abang sadar gak sih, kalo bang Nathan tadi nyakitin kak Syifa?"

Nathan hanya diam meresapi setiap kata yang diucapkan adiknya

"Bang, gue gak pernah liat abang kaya gini, menyelesaikan masalah dengan cara sepengecut ini. Yang Faza liat sekarang bukan bang Nathan yang gentle, yang bertanggung jawab, yang selalu berani menyelesaikan masalah dengan cara baik baik, gak dengan cara kaya gini bang. Faza kecewa sama bang Nathan, Faza kecewa karna bang Nathan gak bisa nepatin janjinya. Yang katanya mau bertanggung jawab, yang katanya mau bahagiain kak Syifa, tapi mana bang?! Mana?!"

"Faza kecewa sama abang!"ucap Faza seraya keluar meninggalkan Nathan yang tengah memikirkan segala kesalahannya

"Maafin aku Syifa"lirih Nathan, tanpa terasa setetes air mata mengalir di pipi tirus Nathan, dan diikuti tetesan tetesan selanjutnya, hingga semakin lama semakin deras. Nathan terus menangis dalam diamnya, menyadari kesalahannya yang telah menyakiti hati istrinya, menyadari bahwa ia telah bertindak gegabah yang membuatnya kehilangan salah satu calon anaknya, menydari bahwa ia telah mengingkari janjinya yang katanya akan membahagiakan Syifa. Hingga tak terasa ia pun tertidur lelap.

****

"Ayah jangan cakitin bunda yah"ucap seorang anak laki laki dengan gaya cadelnya yang berada tepat dihadapan Nathan

Nathan penasaan dengan anak dihadapannya itu, karena memiliki wajah yang sangat mirip dengan wajahnya saat masih kecil. Nathan berjongkok untuk menyetarakan tingginya dengan anak tersebut.

"Kamu siapa?"tanya Nathan lembut, takut menyakiti hati anak itu

"Aku anaknya ayah cama bunda. Ayah jangan cakitin bunda lagi ya? Aku cayang ayah cama bunda. Ayah jagain bunda ya? Aku mau pelgi jauh ayah, aku gak bica jagain bunda, jadi aku mohon cama ayah, tolong jagain bunda jangan cakitin bunda lagi, aku cayang bunda cama ayah. Ayah cama bunda jangan sedih ya, aku pasti bahagia disurganya Allah. Aku pelgi ayah, assalamualaikum"ucap anak itu lalu mencium pipi Nathan sekilas sebelum akhirnya ia menghilang

Tiba tiba Nathan terbangun dari tidurnya dengan keringat dingin yang mengucur didahinya. Siapa anak itu? Apakah itu anaknya yang telah pergi? ,Batin Nathan. Terbayang mimpinya tadi, membuat nya menjadi semakin merasa bersalah pada Syifa dan juga calon anaknya yang kini telah tiada.

"Syifa"gumam Nathan, lalu ia bangun dari posisinya dan berlari menuju keruang UGD untuk mencari Syifa.

"Sus, pasien yang tadi keguguran sekarang dimana ya sus?"tanya Nathan pada seorang perawat saat yak melihat ada Syifa didalam ruang UGD

"Oh yang tadi keguguran ada di ruang Mawar nomor 104 pak"

"Baik, makasih ya sus"

Tanpa menunggu perawat itu menjawab ucapannya, Nathan segera berlari dan mencari ruangan yang perawat sebutkan tadi.

Saat sudah berada didepan pintu ruangan rawat Syifa, Nathan segera membukanya dengan cukup keras karena tergesa, yang membuat pintu itu seperti dibanting, dan membuat semua yang ada didalam terkejut, tak terkecuali Syifa yang tengah duduk melamun karena memikirkan nasibnya. Tidak hanya terkejut, bahkan Syifa menjadi takut, takut jika Nathan akan kembali memarahinya.

"Syifaa!"ucap Nathan seraya berlari dan menubruk Syifa, memeluknya dengan erat.

"Maafin aku Syifa, maafin aku!"ucap Nathan dengan tangisan yang cukup keras

 My Hubby #2 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang