Nathan membuka ruangan Syifa dengan perlahan, takut jika Syifa sudah sadar dan akan marah marah karena tidak mau bertemu dengannya.
"Alhamdulillah, untung aja belum sadar, kalo udah sadar pasti ngamuk"gumam Nathan seraya menutup pintu, dan berjalan pelan menghampiri Syifa yang terbaring lemah diatas brankar dengan mata tertutup.
Nathan mengambil tangan Syifa yang terbebas dari infus, dan menggenggamnya.
"Sisi maafin Tatan ya? Maafin Tatan yang udah nyakitin Sisi, maafin Tatan yang udah bikin Sisi sakit, maafin Tatan yang udah....., pokoknya maafin atas segala kesalahan Tatan yang udah Tatan perbuat ke Sisi, tolong kasih Tatan kesempatan untuk bisa bertanggung jawab atas Sisi dan anak kita"tulus Nathan dengan mata berkaca kaca, ia sangat merasa bersalah pada Syifa. Pokoknya bagaimana pun ceritanya, ia harus bertanggung jawab atas Syifa, jikapun Syifa menolak, ia akan memaksanya, ia akan berusaha membuat Syifa bahagia bersamanya. Masalah Sisi dan Tatan, itu adalah nama panggilan mereka ketika mereka masih kecil.
Nathan menumpukan tangan kanannya diatas perut Syifa yang masih rata dan mengusapnya. Sedangkan tangan kirinya masih ia gunakan untuk menggenggam tangan Syifa, memberikan kehangatan serta kekuatan agar Syifa merasa nyaman dalam tidurnya. Tanpa terasa air mata Nathan meleleh, melewati pipinya saat ia mengusap perut rata Syifa.
Rasanya Nathan tak percaya jika ada darah dagingnya didalam perut Syifa dan itu karena kesalahannya.
"Maafin ayah ya nak, maafin ayah yang udah nyakitin bunda kamu. Maafin ayah, karena kesalahan ayah, kamu datang dirahim bunda dengan cara yang gak baik. Tapi ayah janji, ayah akan selalu jagain kalian, ayah akan berusaha bikin kalian bahagia"ucap Nathan sedikit terisak seraya mencium permukaan perut Syifa yang tertutup baju seragamnya.
Pintu ruangan terbuka dan menampilkan seorang wanita yang menggunakan jas berwarna putih serta stetoskop yang menggantung dilehernya, diikuti perawat dan Ardan dibelakangnya.
Dokter kandungan yang diketahui bernama Rima itu mendekati Syifa dan Nathan. Setelah tersenyum sekilas pada Nathan, dokter tersebut memeriksa Syifa. Sedangkan Nathan dan Ardan disuruh menunggu diluar.
Setelah beberapa menit, dokter yang kira kira berumur kepala tiga itu keluar ruang rawat Syifa dan menghampiri Nathan.
"Selamat ya pak, istrinya tengah mengandung. Sekarang kandungannya sudah memasuki usia dua minggu. Keadaannya dua duanya sehat, tapi tolong jangan sampai kecapekan ya pak, dan lagi jangan lupa minum vitaminnya, ini resepnya pak, bisa bapak tebus diapotek"jelas dokter Rima menyerahkan resep ditangannya.
"I..iya dok, makasih"ucap Nathan tergagap karena mendengar ucapan dokter itu yang menyebutnya sebagai suami Syifa
"Sama sama pak, kalo gitu, saya permisi"pamit dokter meninggalkan Nathan dan Ardan.
"Lo kudu jelasin sekarang juga ama gue"todong Ardan
"Bentar ye, gue minta tolong lo lagi dong, tolong tebus resep ini, gue mau temuin bini gue lagi"ucap Nathan menyerahkan resep secara paksa dan segera memasuki ruang rawat Syifa
"Yee kamvret lo Tang!"gerutu Ardan beranjak ke apotek dan menebus resep dokter tadi.
Nathan kembali masuk kedalam ruang rawat Syifa, kali ini Syifa terlihat mengerjabkan matanya, Nathan segera berlari menghampiri Syifa. Syifa yang baru saja sadar dan masih lemas akhirnya hanya diam sambil memijit pelipisnya, padahal biasanya jika Nathan mendekat ia akan teriak menyuruhnya menjauh.
"Mau minum?"tanya Nathan lembut seraya tersenyum dan menyodorkan segelas air putih dihadapan Syifa. Syifa menganguk sambil berusaha bangun dari baringannya, dengan sigap Nathan memabantunya bangun dengan sebelah tangannya, sedangkan tangan yang satunya masih setia memegangi segelas air putih.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hubby #2 ✔
Teen FictionSEQUEL YOUNG MATE Ini menceritakan kehidupan anak keduanya Fathan sama Rasya, Nathanio Fauzan Arrafka yangg... yangg... yang baca aja lah yang akan tau Mohon maaf jika ada kesalahan dalam penulisan, jika ada kesamaan baik nama ataupun isi cerita, it...