'Terus mencari Jev, atau melupakannya?'
tulisku pada selembar note yang biasa ku tempelkan di papan kayu impianku. Aku masih bimbang, dan selagi aku belum tahu bagaimana cara melupakan Jev, mungkin tidak masalah jika terus mencarinya. Aku masih yakin bahwa Jev akan kembali nanti. Jev tidak seperti lelaki lain. Aku percaya itu walaupun semesta tidak suka. Jadi, tolong buat aku menang dalam hal ini Jev. Aku mempercayaimu, dan jangan buat aku kecewa.
Hari ini masuk sekolah tanpa semangat lagi. Kenapa bisa begini ya? Satu manusia seperti dia bisa mengubah jalan hidup yang aku punya dengan hebatnya.
Seperti biasa, berjalan melewati lorong sekolah untuk sampai kelas. Ingin membelokan langkahku ke kelas Jev, tapi aku rasa percuma. Sudah dua bulan lebih dia tidak terlihat. "Mungkin memang sudah pindah." gumamku.
"Sulit untuk pamit denganku ya? Atau aku memang nggak penting?" aku membatin.Seperti yang ku katakan semalam, 'menjalani hari yang terasa flat'. Belajar seperti biasa, mendengar beberapa guru yang ceramah saat jam pelajaran, keributan kelas yang membuat ketua kelas hampir frustasi, pemandangan yang sangat kacau, tukang gosip dimana-mana, dan aku rindu Jev.
Aku rasa, hari ini cepat sekali berlalu. Aku tidak ingin langsung pulang kerumah. Mungkin mampir sebentar ke toko buku lalu minum matcha di Cafe bisa membuatku lebih tenang.
Hari ini juga tidak di antar Pak Atmo. Aku menaiki sepeda dan sekarang menuju toko buku. Aku menelusuri setiap rak untuk mencari buku yang aku inginkan. Ya, buku yang menceritakan kisahku dengan Jev. Tidak mungkin ada,kan? Tapi aku berharap dapat menemukannya.
Seperti peramal, aku menerka isi buku hanya dari judulnya saja. Dan, aku tertarik pada satu buku yang berjudul 'After without you'.
Isinya menceritakan tentang bagaimana bahagia bisa di dapatkan dari kesederhanaan, dan kemewahan belum bisa menjamin akan mencipta bahagia. Lalu bagaimana caranya berjuang dalam kehilangan. Ditinggal oleh orang-orang terkasih karena kecelakaan yang terjadi.
Kurang lebih menceritakan bagaimana seorang perempuan yang dulunya memiliki hidup sempurna, dan pada akhirnya harus berjuang sendiri karena yang lain pergi duluan. Paham tidak apa yang aku maksud? Semoga paham."Aku kira ceritanya sama kayak aku dan Jev," gumamku.
Tapi mungkin memang tidak ada yang punya kisah cinta seperti aku dan Jev ya? Manusia mana juga yang mau memiliki cerita cinta seperti aku. Miris.Alhasil, tidak ada yang ku bawa dari toko buku itu. Aku tidak membeli apapun. Tujuanku pergi kesana juga hanya untuk menghabiskan waktu agar tidak mengingat Jev terus.
Langkahku terhenti seketika di depan toko, "ke Cafe atau pantai ya?"
Kan! Jadi ingat Jev lagi, waktu itu selesai dari toko buku, aku ke pantai bersama Jev menaiki bajaj dan aku senang. Empat hari itu masih menempel detail di otakku. Tidak ada yang terlewat sama sekali kalau ingin mengingatnya. Mimik wajah Jev, tawanya, senyumnya, bahkan marahnya tidak bisa keluar dari otakku. Jev benar-benar hebat ya, bisa membuat aku jatuh cinta selamanya, dalam waktu sesingkat ini.
Eh sudah-sudah. Berhenti membicarakan Jev terus!Minum matcha-nya nanti saja, mungkin lebih baik kalau aku ke pantai dan mengenang kembali kisah indah bersama Jev. Tapi kali ini hanya dengan senja, suara ombak dan capit kepiting. Tidak lagi dengan Jev. Aku menikmati sunset sendiri hari ini.
"Kamu kuat Sara, kamu bisa!" kataku sambil menepuk pundak sebelah kiri. Menyemangati diri sendiri itu perlu, agar kamu tidak gampang menyerah menghadapi masalah yang kamu punya.
Aku bisa untuk tetap hidup normal, seperti sebelum Jev mengatakan 'Hai' waktu itu. Tuhan, kalau memang Jev tidak akan pernah menemuiku lagi, tolong sekali, hilangkan semua hal tentang dia dari otakku. Bagaimana-pun juga, aku harus melanjutkan hidup seperti Jev disana. Tidak lucu jika dia bahagia disana dan aku berduka disini.
Sore ini, aku bermanja bersama pantai dan senja. Menceritakan betapa aku sangat sayang dengan Jev. Betapa aku sangat beruntung mengenalnya walaupun harus merasakan duka lebih banyak.
Terkadang, aku sangat bersyukur saat mengingat masa dimana Jev benar-benar menepati janjinya untuk mem-bahagiakan aku. Tapi juga, aku merasa semesta tidak adil dalam berbagi bahagia kepadaku. Aku senang saat bertemu Jev, saat bersama Jev, dan semesta tahu itu. Tapi kenapa dia menghilangkan Jev dan membuat hidupku serasa monokrom lagi? Aku butuh keadilan. Cepat berikan!
KAMU SEDANG MEMBACA
J E V (TAMAT) (TAHAP REVISI)
Teen FictionImpianmu mungkin boleh hancur karena seseorang. Tapi hidupmu harus tetap berjalan ada atau tidaknya peran pendukung lagi. Berdiri sendiri tanpa meminta bantuan orang lain adalah pilihan yang paling baik. Boleh juga bergantung pada mereka. Tapi sejat...