Aku tidak sabar bertemu Jev hari ini. Melakukan hal seru lagi dan bahagia sepanjang hari. Mungkin berkeliling kota, makan yang banyak, atau menikmati sunset di tepi pantai. Aku tidak sabar!
Setelah bangun tidur aku langsung pergi ke kamar mandi dan bersiap kemudian langsung turun ke bawah untuk sarapan. Hari ini di antar Pak Atmo kesekolah agar cepat sampai.
Tidak ada tanda-tanda Jev pagi ini. Aku melewati lorong sekolah sampai ujung dan masuk ke kelas. Kecewa rasanya. Jev kemana? Apa dia tidak masuk sekolah? Sakit? Atau bagaimana?"Sedari tadi tidak kelihatan, aku telepon juga tidak bisa. Kamu kemana Jev." Gumamku.
Sampai istirahat tiba, aku ke kantin untuk mencari Jev. Tapi tetap saja tidak ada hasil. Dan akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke kelasnya, "kak permisi, aku mau cari Jev, ada nggak ya?" kataku kepada salah satu teman sekelas Jev.
"Jev? Jev siape?."
Nama lengkap Jev apa ya? Aku tidak tahu. Hanya tahu 'Jev' saja.
"Kenapa nih?" Salah seorang teman Jev yang lain menghampiri.
"Ini anak nyari Jev. Jev siape gue kaga tau."
"Oh biar gue yang urus."
"Lo cari Jevier? Dia kaga masuk."
"Kira-kira dia kemana ya kak?"
"Cik cika!"
"Ape."
"Al kemana?" tanyanya, mungkin kepada sekretaris kelas.
"Kaga tau, hari ini dia alpa."
"Tuh lo denger sendiri,kan?"
"Al?"
"Iye, nama dia Jevier Alvaro, biasa dipanggil Al dikelas."
"Oh, yauda deh kak, makasih ya." kataku penuh dengan kecewa.
Aku pergi meninggalkan kelas Jev dan menuju kelasku. Jev kemana ya, kenapa tidak mengabariku?
Bel pulang sekolah berbunyi, semua murid berhamburan keluar kelas dan aku masih mencari Jev di otakku. Aku terus bertanya-tanya pada diriku sendiri, kenapa Jev hilang hari ini? Apa dia memang sakit karena hujan-hujanan semalam?
Sudahlah Jev, aku tidak ingin bermain. Tidak lucu juga jika menjadi bahan bercandaan. Kamu kemana? Kenapa menghilang begitu saja? Jangan berubah menjadi manusia yang ku benci, Jev. Ayolah, temui aku sekarang. Aku menunggumu.
Apa lagi yang bisa ku lakukan? Aku benar-benar tidak menyangka Jev bisa seperti lelaki lain, yang katanya, datang, memberi bahagia kemudian pergi meninggalkan luka. Aku percaya Jev tidak seperti itu. Aku percaya bahwa Jev adalah lelaki yang berbeda. Aku percaya Jev tidak akan mengecewakanku. Mungkin Jev sedang ada masalah yang harus diselesaikan dan tidak sempat mengabariku. Semoga urusannya cepat selesai agar aku bisa bahagia kembali bersama Jev.
Aku sering berbicara kepada diriku sendiri sejak tadi, terus menanyakan keberadaan Jev.
Apa Jev tidak ingin bertemu denganku lagi?Sampai dirumah aku langsung pergi lagi, tidak tahu kemana arahnya, yang penting bertemu Jev. Aku mengayuh sepedaku dengan cepat, melihat sekeliling. Tapi tidak berhasil menemukannya. Dan baru ingat kalau aku tidak tahu rumah Jev. Hanya Jev yang aku kenal, dan sekarang aku bingung harus kemana lagi. Lalu aku memutuskan pergi ke pantai, berlari dan menangis sejadinya. Bertanya kepada semesta dimana Jev sekarang. Aku butuh Jev!
Pencarianku sia-sia, aku tidak menemukan Jev. Aku kembali kerumah dengan mata sembab dan fikiran yang kacau. Tidak tahu harus melakukan apalagi. Aku memilih mandi dan menenangkan diri. Sangat lelah rasanya.
Sesaat setelah aku berbaring di tempat tidur, handphoneku berbunyi. Telepon dari Rena, "Ada apa Ren?" kataku dengan suara yang parau.
"Kamu kenapa Sar? Kok kayak abis nangis?" balas Rena dengan nada panik.
Aku diam dan mulai menangis lagi sambil menceritakan semuanya kepada Rena.
"Jev."
"Jev siapa?"
"Cowok yang jalan sama aku minggu kemarin."
"Kenapa dia?"
"Hari ini dia ngilang,"
"Aku nggak tau dia kemana,"
"Aku nggak mau kehilangan dia Ren." kataku terbata-bata. Tangisku pecah seketika.
"Aduh, udah kamu jangan nangis. Tenangin diri kamu dulu Sar, kamu nggak boleh begini."
"Tapi Jev ngilang Ren,"
"Kamu nggak tau selama empat hari terakhir aku selalu bareng Jev."
"Apa-apa semuanya bareng,"
"Dan sekarang dia ngilang gitu aja gimana aku mau tenang!"
"Ya terus mau gimana, liat besok aja mungkin dia udah masuk sekolah,"
"Jangan berfikir yang macem-macem dulu,"
"Aku nggak mau kamu sampai sakit karena ini." kata Rena menenangkan.
"Tapi aku terlanjur sayang sama dia, aku nggak mau dia pergi Ren!"
"Iya aku ngerti, kamu sabar dulu jangan panik ya."
Aku benar-benar kalut saat ini. Bagaimana jika aku tidak bertemu Jev lagi?
"Hari yang buruk." kataku sambil memandang langit dari jendela kamar.
Apalagi yang harus aku lakukan? Mau mencari Jev kemana lagi?
Padahal baru sehari tidaka bertemu dengannya, aku fikir sehari saja tidak bertemu bukanlah masalah besar. Tapi, ternyata, aku begitu bergantung pada Jev. Apapun, tidak merasa menyenangkan sekarang tanpa Jev.
KAMU SEDANG MEMBACA
J E V (TAMAT) (TAHAP REVISI)
Teen FictionImpianmu mungkin boleh hancur karena seseorang. Tapi hidupmu harus tetap berjalan ada atau tidaknya peran pendukung lagi. Berdiri sendiri tanpa meminta bantuan orang lain adalah pilihan yang paling baik. Boleh juga bergantung pada mereka. Tapi sejat...