•••
'Bunda dan Papa ke rumah Tante Gea ya. Dirumah nggak ada siapa-siapa. Bunda juga nggak tega bangunin kamu. Uang jajan udah Bunda tinggalin. Kalau kamu laper, beli diluar aja. Kalau mau main jangan kesorean. Bunda Papa pulang malam.'
Love, Bunda.Aku langsung memanyunkan bibirku setelah membaca sticky note berwarna hijau tua yang tertempel di lampu tidurku.
"Kenapa sepagi ini udah ditinggal sih? Huh!" umpatku.Aku butuh refreshing, belajar terus untuk persiapan Ujian Nasional membuat otakku serasa tidak berfungsi lagi.
"Kemana ya?" batinku.Hari ini aku sekolah, masuk jam dua untuk simulasi kembali. Aku berniat pergi ke pantai selesai sekolah nanti. Jadi, hari ini naik sepeda mungkin lebih baik.
"Pagi Pak!" sapaku kepada Pak Johan, satpam sekolah dengan kumis lele itu.
"Pagi neng. Sarapan dulu sini." balasnya ramah sambil meraih kue yang ada di pojok meja.
"Iya Pak, makasih ya."Aku melihat jam yang menempel di tanganku, setengah jam lagi, simulasiku baru dimulai. Aku mampir ke kantin untuk membeli makanan, karena dirumah tadi tidak ada apapun dan aku lapar.
"Bu, roti sobek rasa cokelat sama air mineral satu,"
"Sebentar ya," balasnya sambil masih mengurus pesanan sebelumnya.Selesai dengan makanan, aku pergi ke taman belakang sekolah.
'Udah lama nggak kesini'
Sekilas kalimat itu terlintas di otakku.
Sudah pasti, sangat pasti, pasti sekali, diharuskan juga, tidak bisa dipungkiri, ya, aku mengingat Jev.
"Sial." umpatku.
Aku duduk di bawah pohon yang biasa memang selalu aku datangi setiap ke taman setelah kepergian Jev.
Disana, aku merasa tenang. Bahkan kalau mau mengingat kenangan menyebalkan bersama Jev, aku tidak perlu repot-repot, datang kesini dan ya, semua tergambar jelas.
Kamu lagi apa Jev? Rindu aku tidak?
Sudah selama ini aku menjadi manusia yang tidak mengerti arti bahagia setelah kepergianmu.
Bagaimana sekarang? Apa kamu bisa menjelaskan semuanya? Maksud tujuan kamu membuatku bahagia, datang sesingkat itu, sampai kepergianmu yang meninggalkan tanda tanya besar bagiku.Aku benar-benar tidak mengerti dengan rencana Tuhan untukku. Sangat rumit rasanya, melewati hari-hari dengan perasaan yang kalut seperti ini.
Sudah ku coba, untuk biasa saja terhadap apapun menyangkut masa lalu kita. Tapi tetap, Tuhan masih saja membiarkanku merasakan luka yang benar-benar sulit diobati.Bahkan saat Tuhan menghadirkan Aldo dalam hidupku. Tetap saja, tempatmu, tidak bisa digantikan oleh siapapun di hati ini.
Bagaimana sekarang? Aku tidak mungkin terus seperti ini. Membiarkan diriku hancur bersama kenangan kita melewati waktu yang terus berjalan.
Bagaimana cara melupakanmu, Jev?
***
"Baik, selamat mengerjakan ya." ucap Bu Hana, pengawas hari ini.
Aku mengerjakan soal yang ada dengan baik, dengan Jev yang masih ada di otakku.
Sudah ya, sekarang aku mau simulasi dulu. Mengingat Jev-nya nanti dilanjut lagi.Dua jam berlalu, aku sudah selesai dengan ujian hari ini. Saatnya ke pantai untuk mengenang hal indah bersama Jev dulu. Indah, atau menyakitkan sekarang, ya?
Aku mengayuh sepadaku bersama perasaan bingung. Entah kenapa, setiap mengingat Jev, aku selalu saja seperti manusia yang paling malang di dunia.Dan bagian yang paling menyebalkan, aku, selalu saja repot untuk menangis, membiarkan air mataku keluar bebas membasahi pipi, membuat wajahku bengkak karenanya.
"Masih sama seperti dulu, tidak ada yang berubah." gumamku setelah sampai dipantai.
Aku berjalan pelan menuju bibir pantai, tempat dimana aku dan Jev berbagi cerita dengan perasaan penuh bahagia waktu itu.Sudah lama aku tidak datang mengunjungimu, bercerita banyak hal dan menunggu senja yang hadir diujung sana. Apa Jev pernah datang kesini? Menikmati kamu, dan senja yang membuat setiap jiwa merasa tenang.
Desiran ombakmu menghanyutkan aku pada masa itu. Masa dimana aku dan Jev duduk disini sambil bertatap penuh makna.
Tapi aku juga malu. Jev melihatku seperti itu, dan kamu, menyaksikan pipiku yang memerah dibuatnya.
Pantai, kalau nanti Jev datang kesini. Ingatkan dia pada aku yang rindu. Kamu tahu? Sudah setahun aku tidak bertemu Jev.
Sampai aku benar-benar ingin membencinya sekarang. Tapi, bagaimana bisa? Beberapa tempat yang aku lewati seringkali mengingatkan kejadian manis dengan Jev. Aku harus apa? Memusnahkan tempat yang pernah kudatangi bersama Jev? Termasuk kamu? Ah tidak. Kurasa itu terlalu jahat. Aku tidak ingin menyakiti kamu hanya karena aku membenci Jev.
Dan untukmu, Jev.
Aku benar-benar lelah dan ingin mengakhiri ini semua. Aku ingin ikhlas melepasmu. Jadi, jangan terus bermain di otakku. Biarkan aku lupa dengan segala hal menyangkut kamu.
Jangan lagi membebani aku yang malang ini.Kalau memang, suatu saat nanti kita bertemu kembali. Aku ingin, aku sudah menjadi baru. Yang sudah mampu bersikap normal atas dirimu. Yang sudah mampu terima segala hal menyakitkan yang kamu berikan.
Maaf sekali Jev. Aku tidak ingin berduka lebih lama lagi. Aku ingin normal kembali tanpa rasa menyiksa.
Bantu aku, jangan terus gentayangan. Terima kasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
J E V (TAMAT) (TAHAP REVISI)
Teen FictionImpianmu mungkin boleh hancur karena seseorang. Tapi hidupmu harus tetap berjalan ada atau tidaknya peran pendukung lagi. Berdiri sendiri tanpa meminta bantuan orang lain adalah pilihan yang paling baik. Boleh juga bergantung pada mereka. Tapi sejat...