"Selamat pagi, perkenalkan nama gue Arga. Gue sal..."
"Heh!" tegur Pak Yugo.
"Kenapa Pak?"
"Yang sopan kamu bicara, jangan pakai kata GUE."
"Oh, maaf Pak. Saya ulang ya.""Perkenalkan nama saya Arga. Saya mahasiswa pindahan, salah jurusan." ucapnya dengan santai.
"Kamu ini bagaimana, buruk sekali dalam menyusun kalimat."
"Maaf lagi Pak, saya bisanya gitu."Anak-anak satu kelas tertawa karena ulahnya, kecuali aku. Aku yang sedari tadi mencorat-coret buku dan asik sendiri. Kemudian aku menoleh ke arahnya, "kelihatan kayak manusia." batinku.
"Ya sudah, kamu duduk."
"Baik, Pak."Memang tidak ada yang aneh dari tadi, sampai anak itu, Arga, muncul dihadapan ku saat aku sedang menikmati waktu istirahat di kantin.
"Boleh duduk?"
"Duduk aja." balasku dengan nada datar.
"Lo Sara, kan?"
Darimana dia tau namaku? Kenalan juga belum. Mungkin, tadi, dia menanyakan namaku dengan teman yang lain.
"Iya, kenapa?"
"Gue Arga," ucapnya sembari mengulurkan tangan untuk ku jabat.
"Iya, aku tau,"
Aku tidak menghiraukan jabatan tangannya, karena malas untuk melihat manusia yang SKSD seperti Jev.
"Boleh temenan nggak?" tanyanya.
"Buat apa?"
"Gue anak baru, jadi belum punya temen."
Aku menatapnya," kenapa nggak temenan sama yang lain? Kenapa aku?"
"Karena lo beda, kalau yang lain keliatan biasa aja."
Anak ini aneh.. apa yang beda dariku? Apa aku terlihat seperti orang gila dimatanya?
"Terserah kamu." ucapku lalu beranjak pergi meninggalkan Arga.
"Eh tunggu!"Aku pergi ke Perpustakaan. Bukan untuk membaca atau mencari buku, melainkan menghindar darinya dan mendapat ketenangan. Aku tidak ingin di ganggu siapa-pun sekarang.
"Neng.." sapa Pak Dadang. Tukang bersih-bersih di Kampus. Aku tau namanya karena melihat nametag di bajunya.
"Iya, Pak.. saya masuk dulu."
"Mangga atuh."
Aku tersenyum dan berlalu, masuk ke dalam Perpustakaan. Mengambil asal salah satu buku dan duduk. Tidak banyak orang hari ini, cocok sekali untuk aku tidur. Aku membenamkan wajahku di meja dengan tumpuan kedua tangan.Baru lima menit aku mencoba tidur, ada seseorang yang membangunkan-ku. Dia duduk disamping ku dan berkata, "ini Perpus buat baca buku, bukan buat tidur,"
Aku kaget dan langsung duduk tegak sembari menoleh ke samping, "Kamu!"Kalau ada Jev, dia pasti tidak akan membiarkan-ku di ganggu oleh siapa-pun. Jev, kemana kamuuu!
Sekarang aku berjalan dengan cepat menuju kelas. Aku putus asa karena tidak mendapatkan tempat yang nyaman. Lebih baik ramai sekalian daripada sepi tapi ada saja yang mengganggu.Setelah melewati jam kelas Bu Puri yang membahas kelanjutan miniatur, dua minggu lagi waktunya untuk mem-presentasi-kan miniatur dari setiap kelompok. Untungnya, kelompok-ku sangat cepat dan kompak, miniatur kami akan selesai seminggu lagi kalau tidak ada kendala. Bram terhebat!
Waktunya pulang, aku tidak sabar ingin merebahkan badanku di atas tempat tidur. Ku percepat langkahku menuju parkiran untuk mengambil sepeda. Setelah sampai dirumah, ku lihat Papa dan Bunda sedang duduk di teras rumah dengan teh.
"Pa, Bun, Sara pulang!"
"Eh sayang, sini, mau teh nggak?" ucap Bunda.
"Enggak deh, Bun. Sara mau istirahat aja di kamar, capek, Bun."
"Anak Papa kok lesuh gini? Ada masalah, ya? Cerita dulu."
"Ih Papa apaan, enggak ada.. Sara masuk dulu yaa."Kalau ku ceritakan masalahku, apa Papa mengerti? Tentu tidak. Ini masalah anak muda.
Aku masuk ke kamar dan bersih-bersih. Lalu duduk di depan meja riasku, memandangi wajahku sendiri dan membatin, "kamu yang kuat, ya. Kita bisa hadapi ini sama-sama."
Cepat atau lambat aku pasti menemukan jawabannya. Oke Sara, kamu cuma perlu sabar.Tring..tring..
"Siapa yang telfon ya?"
"Rena!" ucapku setelah mengangkat telfon-nya.
"Apa kabar kamu?" tanyanya.
"I'm Okay."
"Kedengarannya nggak gitu. Jujur."
"Renaaaaa." aku merengek.
"Kenapa? Jangan nipuin aku."
...
"Cuma rindu Jev. Aku mau ketemu dia."
"Pantesan nggak pernah nelfon aku, ternyata masih nyari Jev. Nggak rindu sama aku juga apa?" balas Rena dengan nada cemburu.
"Renaa, aku juga rindu kamu. Tapi kamu ngerti, kan? Aku udah lama cari Jev tapi nggak ketemu sampe sekarang."
"Kamu ngerti-lah gimana perasaan aku."
"Iya deh.. Tante sama Om gimana kabarnya?"
"Bunda Papa baik. Om Tante gimana?"
"Baik juga."
"Bulan depan aku kerumah kamu ya. Lagi libur dua minggu soalnya."
"Beneran!? Aaaa aku senang banget!"
"Iya, nanti aku bantu cari Jev. Kita cari sama-sama."
"Makasih ya, Ren. Kamu memang sahabat aku yang paling baik!"
"Hmm iya."
"Yauda aku tidur dulu ya, capek banget. Baru pulang ngampus."
"Yauda deh, titip salam sama Om Tante."
"Iya, aku juga ya. Bye.."
KAMU SEDANG MEMBACA
J E V (TAMAT) (TAHAP REVISI)
TeenfikceImpianmu mungkin boleh hancur karena seseorang. Tapi hidupmu harus tetap berjalan ada atau tidaknya peran pendukung lagi. Berdiri sendiri tanpa meminta bantuan orang lain adalah pilihan yang paling baik. Boleh juga bergantung pada mereka. Tapi sejat...