Sudah hampir sebulan aku menjaga Jev. Setiap selesai kuliah, aku mampir ke rumah Jev untuk merawatnya. "Sayang," ucapku sambil membuka pintu kamar Jev.
"Hei.. kamu bawa apa?"
"Buket matahari buat kamu."
"Kenapa kamu bawa itu?"
Aku tersenyum,"aku mau kamu kuat kayak bunga matahari ini."
"Makasih sayang." ucapnya dengan senyum khas miliknya, favorit-ku!
...
"Jev.."
Jev merespon dengan cara menaikkan alisnya.
"Kamu harus sembuh ya, aku pernah janji ke pantai buat bawa kamu ke dia. Aku nggak mau buat dia kecewa."
"Aku yakin kamu bisa, kita lewati ini sama-sama ya.." ucapku sambil memeluk Jev yang sedang tiduran.Ini bukan hal yang mudah untuk kami, setiap hari aku harus melihat Jev dengan keadaan seperti ini. Aku rindu naik motor dengan Jev, juga makan di Bazar seperti dulu. Jev, aku yakin kamu bisa sembuh, aku yakin kamu bisa melewati masa tersulit ini.
"Maaf ya, kamu sering nangis karena aku,"
Aku memandang Jev cukup lama dan menghela nafas, "enggak sayang.. aku nangis karena bahagia, akhirnya aku bisa ketemu kamu lagi, aku bahagia Jev, bukan sedih."
Jev tersenyum mendengar nya.
"Sekarang kamu makan ya, terus istirahat."
"Iya."Setelah selesai menyuapi Jev, aku menunggunya sampai tertidur. Pemandangan yang indah sekali, melihat Jev tidur dengan wajah polosnya sangat membantu untuk menguatkan ku menghadapi ini.
Cuma dia satu-satunya lelaki yang aku cintai dari dulu, walau sempat terganti sebentar oleh Aldo, tapi Jev adalah yang terbaik dan tak tergantikan.Tuhan, begini-kah jalannya? Berapa lama aku harus melihat Jev seperti ini? Tidak bisakah dia sehat seperti dulu? Seperti saat empat hari penting kami?
Mungkin-kah dia bisa melewati ini? Kuatkan Jev juga aku, Tuhan. Aku yakin semua ini akan berlalu dengan cepat.Setelah Jev tertidur, aku keluar dan mendapati Mama Jev sedang melamun di sofa. Aku menghampirinya dan memegang tangan-nya.
"Tante.."
Mama Jev memandangku,
"Sara yakin, ini semua bakal berlalu, dan Jev bakal sehat kayak dulu lagi, Tan."
"Jev bukan laki-laki yang lemah, dia bisa melewati ini semua, kita bisa Tante."
"Sara..." ucap Mama Jev yang mulai meneteskan air mata.Ini memang berat untuk kami semua. Terutama keluarga Jev. Yang bisa aku lakukan hanya yakin dan menguatkan Jev juga Mamanya, bahkan diriku sendiri.
Masih banyak mimpi yang belum ku wujudkan bersama Jev. Jadi tidak mungkin berakhir sekarang."Dulu, Jev anak yang ceria, apalagi waktu cerita tentang kamu.."
"Walaupun dia harus ngerasain sakit di tubuhnya, tapi karena kamu, dia kayak nggak punya penyakit apa-apa.."
"Mama senang lihatnya, kamu selalu bisa buat dia bahagia, ya?"
"Dia selalu semangat kalau ngomongin apa-pun menyangkut kamu, Sar."
"Kata Jev, kamu itu perempuan yang beda di matanya. Kamu itu perempuan yang dia cintai setelah Mama, katanya." ucap Mama Jev sambil tersenyum.Aku merasa bersalah karena berniat melupakan Jev. Sedangkan Jev, setiap hari selalu mengingat dan menceritakanku kepada Mamanya dengan penuh semangat. Apa aku pantas di cintai oleh Jev? Jika aku tahu bahwa Jev tidak benar-benar pergi meninggalkan ku. Mungkin aku bisa bersikap baik dengan tidak menerima cinta Aldo dahulu. Maaf Jev, maafkan Saramu ini..
"Tan.."
"Panggil Mama aja, ya?" sangkal Mama Jev sambil memegang tanganku.
"I-iya, Ma." ucap ku ragu.
"Sara janji nggak akan ngecewain Jev. Sara juga sayang sama Jev, Ma."
"Mama bisa lihat ketulusan kamu, sayang."Setelah bercerita panjang lebar dengan Mama Jev. Aku pamit untuk pulang karena Jev sudah istirahat, dan aku juga harus istirahat untuk hari esok. Aku yakin setiap harinya semua akan membaik, akan pulih seperti sedia kala. Jev akan sembuh seperti sebelum bertemu denganku.
Aku mengambil tas-ku dari kamar Jev.
"Lekas sembuh ya sayang," ucapku sambil mengelus rambutnya pelan.
Aku beranjak dari kamar Jev dan pamit kepada Mama.
"Ma, Sara balik dulu ya, besok Sara datang lagi,"
"Iya, kamu hati-hati ya sayang,"
"Iya, Ma."Aku menaiki mobil, tidak langsung pulang, aku pergi ke pantai untuk menenangkan diri sejenak. Memikirkan bagaimana caranya agar bisa duduk disini lagi menikmati semesta bersama Jev.
Kamu tahu? Sekarang aku sudah bertemu dengan Jev. Aku tidak akan menanyakan lagi apakah Jev pernah datang kesini untuk melihatmu.. Maaf, sudah terlalu banyak merepotkanmu dengan ceritaku.. dan terima kasih sudah mau mendengarkan.. Bahagia sekali rasanya, hanya tinggal menunggu waktu untuk Jev sembuh..Jev.. kalau nanti kamu sudah sembuh, kita pergi kesini ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
J E V (TAMAT) (TAHAP REVISI)
Roman pour AdolescentsImpianmu mungkin boleh hancur karena seseorang. Tapi hidupmu harus tetap berjalan ada atau tidaknya peran pendukung lagi. Berdiri sendiri tanpa meminta bantuan orang lain adalah pilihan yang paling baik. Boleh juga bergantung pada mereka. Tapi sejat...